- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Hidup Sehat di Usia 106 Tahun: Kisah Mbah Kayat, Lansia Mandiri dari Jombang


TS
ranggadias12
Hidup Sehat di Usia 106 Tahun: Kisah Mbah Kayat, Lansia Mandiri dari Jombang

Di tengah dinamika kehidupan modern yang serba cepat, sosok Mbah Kayat, warga Desa Kademangan, Mojoagung, Jombang, hadir sebagai inspirasi akan hidup sehat dan bahagia di usia senja. Di usianya yang kini menginjak 106 tahun, ia tetap aktif, mandiri, dan penuh semangat.
Sejak tahun 2024, Mbah Kayat tinggal di Panti Werdha milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang berlokasi di Jalan Gus Dur, Jombang. Tanpa menggunakan tongkat, tanpa kacamata, dan tanpa keluhan berarti, ia menepis anggapan bahwa lanjut usia selalu identik dengan ketergantungan dan sakit-sakitan.
“Paling tua ya Mbah Kayat. Di KTP memang tertulis 104 tahun, tapi beliau yakin usianya sudah 106 tahun. Adiknya saja malah lebih tua di KTP. Ya, orang dulu kan tanggal lahirnya sering dikira-kira,” ujar Budiharjo, Kepala UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW) Jombang, saat ditemui pada Kamis (22/5/2025).
Setiap harinya, Mbah Kayat memulai pagi dengan rutinitas sederhana: bangun pagi, menyapu kamar, merapikan tempat tidur, dan berjemur di bawah sinar matahari. Meski telah hidup sendiri selama puluhan tahun, ia tetap aktif dan tidak menggantungkan diri pada orang lain.
Tak hanya itu, Mbah Kayat juga rajin mengikuti kegiatan kerajinan tangan di panti. Dengan jari-jarinya yang masih lincah, ia mampu merangkai gantungan kunci dan berbagai kerajinan lain. “Beliau tidak banyak menyusahkan petugas. Masih kuat, sehat, dan mandiri,” tambah Budiharjo.
Saat ditanya rahasia umur panjangnya, jawaban Mbah Kayat justru sederhana namun sarat makna. “Kulo mboten damel umur. Kulo namung nglakoni, jujur lan sabar,” katanya dengan suara pelan dan tatapan yang menyejukkan. Artinya, “Saya tidak membuat umur. Saya hanya menjalaninya, jujur dan sabar.”
Meskipun ketiga anak laki-lakinya tinggal di kota lain dan anak perempuannya mengalami gangguan ingatan, Mbah Kayat tetap merasa tenang dan bahagia di lingkungan panti werdha. Ia mengaku bersyukur karena masih bisa menjalankan ibadah dan memiliki banyak teman sebaya.
“Saya cuma berharap bisa terus salat dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah,” ungkapnya penuh harap.
Kisah Mbah Kayat menjadi bukti bahwa umur panjang bukan semata-mata soal keajaiban atau genetik, melainkan tentang gaya hidup yang sederhana—jujur, sabar, dan bersyukur. Di usia lebih dari satu abad, Mbah Kayat tak hanya bertahan, tapi juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.
INFO LENGKAPNYA DI SINI






hhendryz dan 2 lainnya memberi reputasi
3
268
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan