- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
CREEPYPASTA : SHADOW OF THE PAST (PROLOG)


TS
djrahayu
CREEPYPASTA : SHADOW OF THE PAST (PROLOG)
Quote:
Langit malam itu terlalu gelap untuk sebuah pertanda. Angin berdesir di antara pepohonan yang bergoyang seperti bisikan tak kasat mata.
Seorang perempuan muda bernama Sasha (25 tahun), berlari tergopoh-gopoh di tengah hutan, napasnya tersengal dan matanya dengan liar memandang ke belakang.
Sesuatu ... atau bisa dikatakan seseorang, mengejarnya. Darah mengalir dari luka di lengannya, tapi rasa takut yang menggerayangi tulangnya jauh lebih menyakitkan.
Ia tersandung, jatuh ke tanah basah, dan saat ia berbalik, bayangan tinggi berdiri di depannya. Pisau tampak berkilat di bawah rembulan.
"Kau seharusnya tidak pernah kembali," suara itu mengiris kegelapan.
---
Sepuluh tahun yang lalu, tubuh seorang anak perempuan ditemukan di lokasi yang sama. Tergeletak di antara dedaunan kering, tangan kanannya terpotong rapi. Kasus itu membuat Detektif Arka Wijaya yang saat itu masih terobsesi dipecat atas tuduhan atasan sendiri yang terlibat. Tapi mayat-mayat itu terus berjatuhan, dan pembunuhnya berhenti tiba-tiba ... sampai hari ini.
Arka terbangun dari mimpinya yang berulang. Adegan Sasha yang berlari dengan keringat dingini.
Teleponnya, tiba-tiba berdiring. Di ujung garis, suara penyiar berita membacakan laporan. "Jenazah perempuan ditemukan di Hutan Sancang ... dengan ciri yang sama seperti kasus 'Bedah Bayang' satu dekade lalu."
Layar ponselnya menyala lagi, sebuah pesan dari nomor tak dikenal. "Selamat datang kembali, Detektif. Kau rindu akan game kita?" Di belakangnya, di balik jendela kamarnya, bayangan seseorang berdiri ... persis seperti di mimpinya.
Ponsel Arka jatuh dari genggamannya. Tubuhnya gemetar, bukan karena dingin, tapi karena ingatan yang tiba-tiba menyambar. Sepotong memori yang seharusnya tidak ada.
Dalam mimpinya ia melihat diri sendiri yang berdiri di tepi hutan, tangan berlumuran darah, dan senyum yang bukan miliknya.
"Kau pikir kau bisa lari dari dirimu sendiri?" bisik suara itu lagi, tapi kali ini, suaranya sendiri.
Ia menatap cermin di dinding. Sebuah bayangan bergerak terlambat, seolah tertahan di demensi lain.
---
Di kantor polisi, foto-foto korban terpampang di papan buletin. Setiap mayat memiliki luka yang sama. Tangan kanan mereka terpotong bersih dan sebuah simbol aneh tergores di dada, membentuk huruf "A" yang terbalik.
Komandan Reska, mantan atasannya, menatap Arka dengan pandangan hampa. "Kau tahu kenapa kasus ini kembali muncul? Karena si pembunuh selalu merasa kurang puas. Dan kau ... kau adalah saut-satunya yang tersisa dari daftar korbannya."
Kata-kata itu menggantung, tapi Arka tidak mengerti. Atau, ia tidak mau mengerti.
---
Hujan mulai turun ketika Arka tiba di rumah Sasha. Apartemennya yang sempit masih berbau parfum vanila dan kayu manis milik gadis itu.
Di lantai, ia menemukan sesuatu yang membuat darahnya membeku. Sebuah buku harian dengan tulisan tangannya sendiri, tapi ia tidak ingat pernah menulisnya. Halaman terakhir robek, dan yang tersisa hanyalah coretan merah seperti darah.
"Jangan cari aku. Aku sudah mati sejak kau memutuskan melupakan segalanya."
Di kejauhan, sirene polisi meraung. Tapi yang lebih menakutkan, ia mendengar suara langkah kaki di lorong. Persis seperti ritme larinya sendiri di malam itu.
Lampu apartemen pun padam tiba-tiba. Dalam kegelapan Arka mendengar sesuatu yang membuat nadinya mengeras.
Suara detak jam dinding yang seharusnya tidak ada di ruangan itu. Dan detik-detiknya bergema seperti hitungan mundur. Ketika senter ponsel menyala. Ia melihat cermin di depannya. Dan refleksinya tidak meniru gerakannya.
Bayangan itu mendekat pelan, bibirnya berbisik tanpa suara. "Kau yang memulai ini."
Tiba-tiba, pintu apartemen terbanting dari luar.
Polisi menerobos masuk, senjata terhunus. Tapi yang mereka temukan hanya Arka yang berdiri kaku di tengah ruangan. Tangan kanannya mencengkeram pisau dapur yang tidak ia ingat pernah mengambilnya.
"Turunkan senjata mu!" teriak komandan Reska. Tapi Arka tidak mendengarnya. Di telinganya, hanya ada derau suara yang semakin keras. Teriakan anak kecil, ledakan dan suara perempuan - ibunya- yang memohon, "jangan lihat Arka! Tutup matamu!"
Dan ketika ia memejam kan mata, ia melihat adegan yang mustahil. Dirinya kecil, berdiri di atas genangan darah, memandang mayat yang ia kenal terlalu baik.
Dunia kembali tajam ketika sangkutan tangan memborgol pergelangannya.
Di luar hujan telah berubah menjadi badai. Arka melihat jendela mobil patroli. Di balik tirai air yang mengalir, sosok tinggi dengan jas hujan hitam berdiri di tepi jalan menatapnya. Wajahnya tersembunyi di balik kerudung itu. Saat mobil bergerak, radio polisi menyala dengan sendirinya, memutar rekaman usang suara anak-anak yang menyanyikan lagu pengantar tidur - versi yang sama dengan yang selalu ia dengar dalam mimpinya.
"Tidurlah, sayang ... sebelum bayanganmu bangun ...."
Lagu itu terhenti, dan untuk pertama kalinya sejak ia kehilangan keluarganya, Arka tertawa.
---
"Semua unit ... laporan dari RS Jiwa Merah ... kamar 307 ..." Suaranya terputus-putus, "pasien tidak ditemukan ... tapi ranjangnya penuh akar hitam yang bergerak ...." Di balik suara operator terdengar jelas suara anak kecil menyanyikan lagu pengantar tidur yang selalu menghantui Arka.
---
Seorang perempuan bernama Laras menjatuhkan pisau.
Cermin di depannya retak dan membentuk simbol "A" Terbalik, dan dari balik retakan itu, tangan-tangan kecil menjulur. Beberapa dari mereka memakai gelang rumah sakit, dan beberapa berdarah.
Mereka meraih rambut Laras yang tiba-tiba memutih seketika, menariknya mendekati cermin.
"Kami tidak ingin sendiri ...." suara mereka berbisik.
---
Di kamar mayat rumah sakit, sebuah lemari es tiba-tiba terbuka.
Jenazah ibu Arka tersenyum dengan mata yang terbuka lebar. Jari-jarinya yang kaku menggenggam erat mainan robot. Cairan pembalseman di wajahnya mengering, membentuk garis-garis seperti air mata.
Di dinding, jam berhenti pada pukul 03:15, tepat ketika rekaman CCTV menangkap bayangan tinggi membungkuk di atas jenazah. Seolah memberikan sesuatu ke mulut mayat itu.
Lalu layar CCTV menghitam total, hanya menyisakan tulisan berkedip.
"SELAMAT DATANG DI SIKLUS 101"




riodgarp dan doelviev memberi reputasi
2
210
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan