- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dedi Mulyadi vs Buzzer, Temuan Mencurigakan Disebut, Ada Dalang Kuat Dibelakangnya


TS
gentongbabi
Dedi Mulyadi vs Buzzer, Temuan Mencurigakan Disebut, Ada Dalang Kuat Dibelakangnya
Dedi Mulyadi vs Buzzer, Temuan Mencurigakan Disebut Mulyono Jilid II, Ada Dalang Kuat Dibelakangnya

KDM VS BUZZER - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyinggung adanya 'kekuatan' yang hendak memframing-nya buruk. Dedi Mulyadi kini mendapatkan julukan baru dari orang-orang pembencinya, sosok akrab disapa KDM itu disebut Mulyono Jilid II hingga Gubernur Konten.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kini mendapatkan julukan baru dari orang-orang pembencinya, sosok yang akrab disapa KDM itu disebut Mulyono Jilid II hingga Gubernur Konten.
Temuan tak disangka itu kini sudah diketahui langsung oleh Dedi Mulyadi.
Dari hasil penelusuran yang dilakukan, julukan yang kini diberikan kepadanya diberikan oleh sejumlah pihak yang tak senang dengan kinerjanya.
Bahkan kini Dedi Mulyadi kerap mendapatkan tentangan hingga komentar negatif.
Padahal aksi yang dilakukan banyak memberikan manfaat dan perubahan bagi masyarakat Jawa Barat.
Dedi Mulyadi merespons santai terkait adanya julukan baru yang diberikan kepadanya.
Ia menilai sebutan tersebut disematkan oleh orang-orang yang selalu memperhatikan segala aktivitasnya.
"Setelah bisa melewati masa-masa sulit, menyelamatkan anak remaja di Jawa Barat dari berbagai problem kriminal yang dialaminya melalui pendidikan disiplin di Barak Militer, kini berbagai pihak mulai mengepung kembali," ucap Dedi Mulyadi dikutip dari Instagram @dedimulyadi71.
Konten Sensitif

Pantas saja Ono Surono sekarang berani menyinggung kebijakan yang dibuat Kang Dedi Mulyadi (KDM). Ada bekingan kuat yang kini dimiliki Ono. Bahkan ada temuan pelanggaran dari kebijakan yang dibuat KDM.
"Dengan berbagai stigma, sebagai Gubernur Konten, Mulyono Jilid II, Gubernur Pencitraan dan berbagai tayangan lainnya, yang sengaja dibuat dengan tujuan cuma satu, karena mereka sangat memperihatikan saya," imbuhnya.
Mantan Bupati Purwakarta itu meyakini yang memberikan julukan itu berasal dari netizen hingga buzzer yang menggerakan.
Lantas siapa yang menggerakan? Dedi Mulyadi tak mengungkap secara gamblang hasil penemuannya.
Dedi Mulyadi menyebut netizen yang memberikan pandangan dan komentar buruk soal dirinya, bukan berasal dari Jawa Barat.

GUBERNUR KONTEN - Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi memberikan keterangan pers seusai menjalani pemeriksaan Kesehatan di kompleks Kementerian Dalam Negeri, Minggu (16/2/2025).
Menurut Dedi Mulyadi, mereka adalah buzzer yang memang memiliki tujuan untuk menjelek-jelekkan dan menciptakan citra buruk tentang dirinya.
Ia lalu mengungkit soal videonya saat sedang mengaduk semen yang kini tengah viral kembali.
Gara-gara video tersebut, Dedi Mulyadi ramai disebut sebagai Gubernur Pencitraan.
Padahal menurut Dedi Mulyadi video tersebut direkam sekitar 6 tahun lalu.
"Apapun yang saya lakukan dikomentari, dan ini dilakukan oleh orang di luar Jawa Barat, artinya banyak warga di luar Jawa Barat kesal sama saya," kata Dedi Mulyadi.
Meski mendapatkan serangan dan sebutan negatif, Dedi Mulyadi mengaku tidak masalah.
Dedi Mulyadi menilai, warga Jawa Barat akan selalu mencintainya.
Ia lalu menantang para buzzer untuk kembali membuat konten negatif soal dirinya.
"Bagi saya enggak ada masalah, terima kasih ya telah berupaya menggiring opini agar saya dibenci oleh warga," ujar Dedi Mulyadi.
"Salam untuk para buzzer tetap semangat, bikin konten negatif sebanyak-banyaknya tentang saya,"

DEDI MULYADI NANGIS - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menangis haru saat memeluk para siswa yang baru saja dipulangkan setelah mengikuti program pendidikan militer di barak TNI. Peristiwa tersebut di terjadi dihalaman depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jabar, Selasa (20/5/2025). (Kompas.com)
"Agar bapak dan ibu bisa ngebul dapurnya," imbuhnya.
Sementara itu, kepemimpinan Dedi Mulyadi yang bergaya ala Raja Sunda membuat PDIP geram.
Hal itu seperti disampaikan Pakar Komunikasi Politik Universitas Padjajaran, Kunto Adi Wibowo, usai menganalisis aksi walk out Fraksi PDIP DPRD Jabar di rapat paripurna beberpa waktu lalu.
PDIP mengkritik keras Dedi Mulyadi yang kerap bergerak sendiri mengeksekusi kebijakannya tanpa konsultasi dengan DPRD.
Kunto menjelaskan, kritik Fraksi PDIP terhadap Dedi Mulyadi beralasan.
Sebab, ada kebijakan gubernur yang bisa jalan tanpa DPRD, dan ada yang tidak.
Salah satu yang tidak itu adalah dalam hal perumusan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Menurut Kunto, akar permasalahan perselisihan PDIP dengan Dedi Mulyadi adalah efisiensi anggaran
Pemprov Jabar yang mencapai 20 persen lebih.
Efisiensi itu dilakukan tanpa melibatkan DPRD dan hanya menggunakan dasar hukum Peraturan Gubernur (Pergub).
"Ya sebenarnya memang benar ada kebijakan di tangan eksekutif yang bisa langsung dilakukan sendiri. Tapi kan komplainnya anggota DPRD Jawa Barat adalah soal anggaran yang kemarin di awal terjadi efisiensi itu hampir 20 persen."
"Pak Dedi Mulyadi kemudian mengalokasikan anggaran atau melakukan efisiensi lebih dari 20 persen gitu dan itu hanya dengan Pergub. Sebenarnya kan akar masalahnya di situ," kata Kunto di Kompas Petang, Sabtu (18/5/2025).
Selain efisiensi, pernyataan Dedi Mulyadi yang menyebut raja tak perlu menyusun APBD juga menjadi titik kritikan.
Menurut Kunto, Dedi yang seorang gubernur sedang memposisikan diri sebagai Raja Sunda.

KLARIFIKASI DEDI MULYADI- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan klarifikasi mengenai ide menggaji warga Jakarta. Ia sempat disindir PDIP. (Tangkap Layar Youtube Kompas TV)
"Nah soal yang APBD ini, soal pendanaan ini yang jadi problem. Karena kan pernyataannya Kang Dedi Mulyadi kan juga ada kenapa para raja dulu tidak menyusun APBD, VOC itu bangun gedung bagus beda dengan SD kan gitu."
"Ini kan yang jadi problem ya, maksud saya akhirnya kan Kang Dedi Mulyadi memosisikan dirinya sebagai raja bukan kepala daerah, dan itu jelas akan apa ya menimbulkan friksi atau ketegangan dengan DPRD," paparnya.
Kunto berpendapat, jika polemik Dedi Mulyadi dengan PDIP terus berlarut-larut, maka yang dirugikan adalah masyarakat Jabar, sebab, peraturan yang seharusnya terbit, seperti soal anggaran, bisa macet.
"Ya saya melihatnya bahkan dalam jangka pendek saja sudah ada yang walk out kan gitu, baru beberapa bulan Kang Dedi Mulyadi memimpin Lalu kan di jangka panjang sangat mungkin pembahasan Perda atau bahkan APBD itu akan berlarut-larut karena ada resistensi dari DPRD dan berlarut-larutnya pembahasan anggaran pendanaan program juga akan terancam keberlanjutannya dan juga kebermanfaatannya bagi rakyat."
"Sekali lagi yang dirugikan adalah rakyat Jawa Barat," paparnya.
Sumber

bagus, serang terus mak







gunaivi dan 5 lainnya memberi reputasi
4
682
34


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan