Kaskus

Entertainment

nzbAvatar border
TS
nzb
Masyarakat Kita Makin Gila? Ternyata Ini Akar Masalahnya, Bukan Cuma Soal Ekonomi!
Oleh : Naufal Muhazzib

Masyarakat Kita Makin Gila? Ternyata Ini Akar Masalahnya, Bukan Cuma Soal Ekonomi!


Halo agan-agan semua,

TS mau bahas hal yang mungkin udah sering kita lihat, rasain, bahkan jadi korbannya. Tapi entah kenapa, kayaknya banyak yang masih pura-pura nggak tahu.

Coba deh, buka media sosial. Isinya bisa bikin otak panas: ada yang ngamuk-ngamuk di jalan, adu jotos cuma gara-gara serempetan, saling hujat di kolom komentar, bahkan yang viral akhir-akhir ini, orang tua dorong anak jadi konten demi cuan.


Pertanyaannya: kenapa masyarakat kita makin gampang meledak? Makin gampang emosi, baper, sensitif, bahkan nekat?


Dan jawabannya... ternyata nggak sesederhana karena "duit susah". Yuk kita bongkar pelan-pelan.


[1] Realita Sosial: Kita Hidup di Tengah Tekanan yang Nggak Kelihatan


Gini gan, hidup di Indonesia itu ibarat main game survival tapi levelnya hard mode.


Gaji naik? Iya. Tapi harga kebutuhan naiknya dua kali lipat.


Lulus kuliah? Selamat, siap-siap nganggur 2 tahun.


Nikah? Mahal. Nggak nikah? Dicibir.


Kerja keras? Tetep aja ada yang bilang “kurang bersyukur”.


Akhirnya, banyak orang nahan stres dalam diam. Dan karena nggak semua orang punya akses ke edukasi mental health atau komunitas suportif, mereka meledak di tempat yang salah: jalan raya, medsos, rumah tangga.


[2] Budaya Komparasi: Hidup Kita Jadi Ajang Pamer?


Zaman dulu, kita iri sama tetangga karena dia ganti mobil baru.

Sekarang? Kita bisa iri sama orang yang bahkan kita nggak kenal, cuma karena liat story-nya tiap hari di Instagram.


“Wah dia liburan ke Bali, gua di rumah ngaduk mie instan.”

“Dia dapet kerja di startup keren, gua masih ngelamar ke 40 tempat.”


Inilah yang bikin tekanan sosial makin menggila. Semua orang pengen terlihat "sukses", dan kalau nggak bisa—mereka merasa gagal, malu, rendah diri, bahkan kehilangan arah.


TS juga pernah ngalamin ini. Dan itu real, gan. Rasanya kayak hidup terus-terusan diaduin sama ekspektasi yang nggak masuk akal.


[3] Negara Gagal Melindungi yang Lemah?


TS nggak mau sok-sokan jadi pengamat politik, tapi kalau kita jujur:

Banyak banget sistem yang nggak adil.


Akses pendidikan? Mahal.


BPJS? Ribet.


Lapangan kerja? Banyak, tapi gajinya nggak layak.


Korupsi? Udah kayak sinetron berseri.



Kita dipaksa kuat sendiri. Makanya orang-orang jadi survival mode. Nggak heran kalau akhirnya banyak yang individualis, males bantuin orang, dan sibuk mikirin dirinya sendiri.


“Kalau gua susah, orang lain juga harus ngerasain.”

Itu mindset yang makin lama makin normal—dan itu serem.


[4] Kesenjangan Sosial: Kaya Makin Kaya, Miskin Makin Ketinggalan


Buka berita, kita lihat influencer beli tas miliaran. Tapi di sisi lain, anak sekolah ada yang makan nasi pake garam doang.

Mereka sama-sama warga negara Indonesia, tapi akses dan perlakuannya beda jauh.


TS ngerasa, makin ke sini kesenjangan makin terasa. Dan orang yang merasa tertinggal, gampang banget kena mental.


Apalagi kalau negara dan media malah glorifikasi kekayaan dan “sukses instan”. Nggak heran banyak orang nekat ambil jalan pintas: nipu, ngutang, jual harga diri demi status sosial.


[5] Solusinya Ada di Kita?


Oke, TS udah cukup ngoceh. Sekarang bagian yang penting:


Apakah semua ini bisa diselesaikan?


Jawabannya: bisa. Tapi butuh lebih dari sekadar "sabar" dan "ikhlas". Kita perlu:


Edukasi mental health yang masuk ke sekolah-sekolah.


Komunitas yang suportif, bukan cuma komen “sabar ya dek” tapi beneran hadir.


Sistem sosial yang adil.


Dan yang paling penting: berhenti saling ngejudge, mulai saling ngerti.


Kalau agan-agan bisa jadi satu dari orang-orang yang lebih peka, yang nggak asal ngegas, yang mau dengerin sebelum nyalahin—itu udah jadi langkah besar buat bikin masyarakat kita nggak makin gila.


[Penutup]


TS nggak nyalahin siapa-siapa. Tapi jelas, kita nggak bisa pura-pura semuanya baik-baik aja.

Masyarakat kita sedang capek, banyak yang terluka, banyak yang nggak punya ruang buat nangis.

Kalau kita terus anggap itu "biasa", jangan kaget kalau yang meledak bukan cuma emosi—tapi kemanusiaan kita sendiri.


Stay waras, gan.


Referensi:


1. Komnas HAM (2023). Laporan Tahunan Hak Asasi Manusia Indonesia

2. Tirto.id. “Masyarakat Makin Mudah Marah? Ini Penjelasan Psikologinya”

3. Tempo.co. “Kesenjangan Sosial di Indonesia Meningkat Pascapandemi”

4. Katadata.co.id. “Kondisi Mental Generasi Muda: Antara Tekanan dan Harapan”

5. UNICEF Indonesia. “Pentingnya Kesehatan Mental di Kalangan Remaja”

aliezreiAvatar border
kubelti3Avatar border
jlampAvatar border
jlamp dan 7 lainnya memberi reputasi
8
777
27
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan