- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Era Suram Dolar Datang, Analis Asing Ramal Rupiah Rp15.200/US$


TS
jaguarxj220
Era Suram Dolar Datang, Analis Asing Ramal Rupiah Rp15.200/US$
Bloomberg Technoz, Jakarta - Para analis dari berbagai institusi asing memperkirakan rupiah berpeluang membukukan kinerja penguatan nan kuat pada separuh kedua tahun ini di tengah masa suram dolar Amerika Serikat (AS) yang diprediksi makin meyakinkan ke depan.
Pamor dolar AS di pasar global makin terkikis seiring dengan kinerja perekonomian terbesar di dunia itu yang mengecewakan ditambah sinyal kuat bahwa Presiden AS Donald Trump lebih menyukai dolar yang lemah karena akan baik bagi kinerja dagang mereka.
Beberapa bank investasi asing yang dikenal sebagai top forecaster rupiah, di antaranya TD Securities, memperkirakan, rupiah berpotensi menguat hingga lebih dari 4% di sisa tahun ini dari posisi Jumat lalu di Rp16.440/US$. Itu berarti, rupiah potensial menuju kisaran Rp15.700-an/US$ tahun ini.
Adapun ING Financial Market, institusi keuangan yang berpusat di New York, melempar prediksi lebih optimistis. Menurut lembaga ini, rupiah potensial menyentuh level Rp15.200/US$ pada akhir tahun ini. Sementara analisis dari Citigroup Global Market memprediksi, rupiah diperkirakan menguat di kisaran Rp16.000/US$ tahun depan.
"Rupiah memiliki ruang penguatan mengejar performa mata uang Asia lain seiring dengan kinerjanya sejauh ini yang masih underperform sejak awal tahun," kata Alex Loo, Ahli Strategi Makro TD Securities di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg.
Dolar AS diperkirakan makin melemah hingga 5% pada akhir tahun ini seiring dengan langkah investor global yang terus mendiversifikasi penempatan aset dengan mengurangi posisi di aset-aset AS. Hal itu akan menguntungkan mata uang yang jadi lawannya, tak terkecuali rupiah, menurut analis.
Dolar AS menghadapi banyak variabel yang potensial menekan pamornya. Selain karena kinerja ekonomi yang lebih buruk ketimbang perkiraan, terdapat pula sinyal kuat dari Presiden Trump yang lebih suka dolar AS melemah.
Kini ditambah penurunan peringkat utang AS oleh Moody's pada Jumat lalu, seolah memperpanjang daftar alasan untuk menjauhi aset-aset keuangan negeri terbesar itu.
Namun, rupiah masih memiliki faktor penjegal yang bisa membuatnya gagal mengalahkan dolar AS secara lebih baik. Pertumbuhan ekonomi RI terindikasi melemah pada kuartal pertama tahun ini. Di tengah inflasi yang masih terjaga di bawah batas bawah median proyeksi bank sentral, ekspektasi terhadap penurunan bunga acuan BI rate membesar. Hal itu mungkin akan membatasi ruang penguatan pada rupiah.
"Kami memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan dalam waktu relatif dekat dan cepat," kata Brendan McKenna, Ekonom Wells Fargo Securities, yang memprediksi BI akan menurunkan bunga acuan sebanyak 75 basis poin pada tahun ini.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah melemah terseret sentimen global pemangkasan peringkat kredit AS oleh Moody's. Meski melemah, rupiah masih membukukan kinerja positif sepanjang bulan Mei ini, dengan penguatan 0,8% month-to-date.
Arus masuk modal asing
Pasar keuangan Indonesia relatif tangguh bila menyoal tentang sentimen negatif perang dagang. Kejatuhan IHSG pada awal transaksi usai libur panjang Lebaran karena sentimen tarif Trump pada 8 April lalu, tak perlu waktu lama untuk berbalik arah.
Pasar saham domestik pulih dengan cepat dengan mencatat penguatan 19,52% dari titik terendahnya pada April lalu ketika indeks ambles 9% akibat perang dagang Trump.
Animo asing pun akhirnya membaik. Data Bloomberg mencatat, selama Mei ini, pemodal asing telah mencatat net buy senilai US$ 115,8 juta, sekitar Rp1,90 triliun month-to-date. Pekan lalu menjadi momentum asing berbelanja besar di bursa saham, dengan nilai net buy Rp5,03 triliun.
Adapun di pasar surat utang, asing juga masih positif dengan menaikkan posisi kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp10,14 triliun selama Mei ini sehingga sepanjang tahun ini di pasar fixed income asing mencetak net buy US$ 1,79 miliar.
Sentimen bullish di pasar keuangan domestik akan terjaga momentumnya bila Pemerintah RI bisa memastikan komitmennya menjaga disiplin fiskal di tengah kebutuhan belanja yang besar.
Analis menilai, sentimen terhadap rupiah bisa makin membaik bila penghematan fiskal yang ditempuh Pemerintah RI berlanjut. "Jika kita melihat pergeseran dalam pengeluaran yang menunjukkan berkurangnya pengeluaran sosial [bansos] dan komitmen lebih kuat pada target fiskal, rupiah mungkin lebih tangguh dan bahkan mampu menutup pelemahan sepanjang tahun ini," kata McKenna.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...h-rp15-200-us/
Berita positif datang dari analis Bank Investasi asing..
Tapi kalo kata bajjer sini, antek asing apalagi dari barat jangan dipercaya sih ya..
Pamor dolar AS di pasar global makin terkikis seiring dengan kinerja perekonomian terbesar di dunia itu yang mengecewakan ditambah sinyal kuat bahwa Presiden AS Donald Trump lebih menyukai dolar yang lemah karena akan baik bagi kinerja dagang mereka.
Beberapa bank investasi asing yang dikenal sebagai top forecaster rupiah, di antaranya TD Securities, memperkirakan, rupiah berpotensi menguat hingga lebih dari 4% di sisa tahun ini dari posisi Jumat lalu di Rp16.440/US$. Itu berarti, rupiah potensial menuju kisaran Rp15.700-an/US$ tahun ini.
Adapun ING Financial Market, institusi keuangan yang berpusat di New York, melempar prediksi lebih optimistis. Menurut lembaga ini, rupiah potensial menyentuh level Rp15.200/US$ pada akhir tahun ini. Sementara analisis dari Citigroup Global Market memprediksi, rupiah diperkirakan menguat di kisaran Rp16.000/US$ tahun depan.
"Rupiah memiliki ruang penguatan mengejar performa mata uang Asia lain seiring dengan kinerjanya sejauh ini yang masih underperform sejak awal tahun," kata Alex Loo, Ahli Strategi Makro TD Securities di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg.
Dolar AS diperkirakan makin melemah hingga 5% pada akhir tahun ini seiring dengan langkah investor global yang terus mendiversifikasi penempatan aset dengan mengurangi posisi di aset-aset AS. Hal itu akan menguntungkan mata uang yang jadi lawannya, tak terkecuali rupiah, menurut analis.
Dolar AS menghadapi banyak variabel yang potensial menekan pamornya. Selain karena kinerja ekonomi yang lebih buruk ketimbang perkiraan, terdapat pula sinyal kuat dari Presiden Trump yang lebih suka dolar AS melemah.
Kini ditambah penurunan peringkat utang AS oleh Moody's pada Jumat lalu, seolah memperpanjang daftar alasan untuk menjauhi aset-aset keuangan negeri terbesar itu.
Namun, rupiah masih memiliki faktor penjegal yang bisa membuatnya gagal mengalahkan dolar AS secara lebih baik. Pertumbuhan ekonomi RI terindikasi melemah pada kuartal pertama tahun ini. Di tengah inflasi yang masih terjaga di bawah batas bawah median proyeksi bank sentral, ekspektasi terhadap penurunan bunga acuan BI rate membesar. Hal itu mungkin akan membatasi ruang penguatan pada rupiah.
"Kami memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan dalam waktu relatif dekat dan cepat," kata Brendan McKenna, Ekonom Wells Fargo Securities, yang memprediksi BI akan menurunkan bunga acuan sebanyak 75 basis poin pada tahun ini.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah melemah terseret sentimen global pemangkasan peringkat kredit AS oleh Moody's. Meski melemah, rupiah masih membukukan kinerja positif sepanjang bulan Mei ini, dengan penguatan 0,8% month-to-date.
Arus masuk modal asing
Pasar keuangan Indonesia relatif tangguh bila menyoal tentang sentimen negatif perang dagang. Kejatuhan IHSG pada awal transaksi usai libur panjang Lebaran karena sentimen tarif Trump pada 8 April lalu, tak perlu waktu lama untuk berbalik arah.
Pasar saham domestik pulih dengan cepat dengan mencatat penguatan 19,52% dari titik terendahnya pada April lalu ketika indeks ambles 9% akibat perang dagang Trump.
Animo asing pun akhirnya membaik. Data Bloomberg mencatat, selama Mei ini, pemodal asing telah mencatat net buy senilai US$ 115,8 juta, sekitar Rp1,90 triliun month-to-date. Pekan lalu menjadi momentum asing berbelanja besar di bursa saham, dengan nilai net buy Rp5,03 triliun.
Adapun di pasar surat utang, asing juga masih positif dengan menaikkan posisi kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp10,14 triliun selama Mei ini sehingga sepanjang tahun ini di pasar fixed income asing mencetak net buy US$ 1,79 miliar.
Sentimen bullish di pasar keuangan domestik akan terjaga momentumnya bila Pemerintah RI bisa memastikan komitmennya menjaga disiplin fiskal di tengah kebutuhan belanja yang besar.
Analis menilai, sentimen terhadap rupiah bisa makin membaik bila penghematan fiskal yang ditempuh Pemerintah RI berlanjut. "Jika kita melihat pergeseran dalam pengeluaran yang menunjukkan berkurangnya pengeluaran sosial [bansos] dan komitmen lebih kuat pada target fiskal, rupiah mungkin lebih tangguh dan bahkan mampu menutup pelemahan sepanjang tahun ini," kata McKenna.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...h-rp15-200-us/
Berita positif datang dari analis Bank Investasi asing..
Tapi kalo kata bajjer sini, antek asing apalagi dari barat jangan dipercaya sih ya..







agus774 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
512
31


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan