- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bila Sumbawa Mekar, Satria Wangsa: Daerah Istimewa Lombok Bisa Maju bak Singapura


TS
medievalist
Bila Sumbawa Mekar, Satria Wangsa: Daerah Istimewa Lombok Bisa Maju bak Singapura
Bila Pulau Sumbawa Mekar, Satria Wangsa: Daerah Istimewa Lombok Bisa Maju bak Singapura
Tayang: Minggu, 18 Mei 2025 16:50 WITA

Ketua Dinasty Nusantara NTB, Lalu Satria Wangsa
TRIBULOMBOK.COM, MATARAM - Usulan pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) dipastikan sudah masuk dalam daftar Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI.
PPS merupakan bagian dari usulan pemekaran 42 provinsi, 252 kabupaten, 46 kota, 6 daerah istimewa, dan 5 daerah otonomi di Kemendagri.
Dari semua usulan tersebut, PPS disebut-sebut menjadi salah satu daerah prioritas untuk pemekaran. Seingga pembentukan PPS hanya tinggal menunggu moratorium daerah otonomi baru (DOB) dibuka presiden.
Masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB), baik dari Pulau Sumbawa maupun Pulau Lombok juga kompak mendukung pembentukan PPS sebagai DOB baru.
Lalu Satria Wangsa, salah satu tokoh masyarakat Lombok yang juga ketua Dinasty Nusantara NTB mengatakan, bila PPS berdiri, maka Lombok harus segera diusulkan sebagai daerah istimewa dengan nama Daerah Istimewa Lombok (DIL).
Menurutnya, masyarakat kedua wilayah otonom, PPS dan DIL, bisa sama-sama maju.
"Bila Provinsi NTB nanti terbagi dua, menjadi Propinsi Pulau Sumbawa/PPS dan Daerah Istimewa Lombok/DIL, InsyaAllah dua-duanya akan maju dan saling melengkapi," kata Lalu Satria Wangsa, pada Tribun Lombok, Minggu (18/5/2025).
Lebih lanjut, dia menjelaskan, masing-masing daerah dapat mengembangkan diri menurut karakteristik dan potensi daerahnya.
"DIL nanti bisa (maju) laksana Singapura dan Thailand, sedangkan PPS bisa laksana Malaysia," ujarnya.
Lombok dengan konsep DIL, kata Satria Wangsa, memiliki potensi kuat dalam sektor pariwisata, ekokomi kreatif, pertanian, perdagangan, serta industri berbasis komoditas rakyat seperti tembakau.
"DIL dengan Selat Lombok sebagai alur pelayaran internasional (ALKI) II dapat memanfaatkannya sebagai potensi perdagangan internasional dan manufaktur sebagaimana Singapura dengan Selat Malakanya," ujar alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini.
Lombok juga punya potensi besar dengan mega proyek Global Hub Kayangan jika mampu direalisasikan.
"Bila Singapura yang miskin SDA sukses mengembangkan perdagangan, industri, dan pariwisata (destinasi buatan manusia) maka Lombok selain memiliki potensi ketiganya bisa lebih maju, sebagaimana Thailand yang mengembangkan pariwisata alam terutama pantai, pertanian organik, agroindustri, dan energi terbarukan," katanya.
Bila Swiss mengunggulkan pariwisata pegunungan, maka Lombok juga bisa mengembangkan wisata pegunungan seperti Gunung Rinjani, kemudian destinasi wisata Sembalun, Senaru, Tete Batu, dan Batukliang Utara.
Sedangkan Pulau Sumbawa dengan kekuatan sumber daya alam (SDA)-nya dapat mengembangkan perkebunan, perikanan laut, dan pertambangan. Sebab mereka memiliki cadangan sumber daya alam mineral dan energi seperti Malaysia.
"Dan bila warga PPS tambah sejahtera maka mereka perlu tambahan kebutuhan pokok termasuk sayur mayur dari Lombok dan warga PPS akan butuh rekreasi maka tujuan terdekatnya tentu Lombok atau DIL," katanya.
Terkait Dana Bagi Hasil (DBH) tidak perlu dirisaukan karena sebenarnya antara Pulau Lombok dan Sumbawa saling berbagi DBH.
Pulau Sumbawa mendapat bagian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dari Lombok, sedang Sumbawa membagi DBH dari tambang emas AMMAN.
Selama ini, DBH AMMAN yang dihasilkan dari Pulau Sumbawa jumlahnya Rp400-an miliar dibagi proporsional antara Pemprov NTB, daerah penghasil, dan daerah lainnya.
Jumlah ini hampir sama dengan DBHCHT dari Lombok di angka Rp400-an miliar, juga dibagi ke daerah lain secara proporsional.
"Jadi kalau terbentuk PPS dan DIL, DBH AMMAN pembagiannya akan terkonsentrasi di PPS saja sedang DBH-CHT akan terkonsentrasi di DIL saja," ujarnya.
Lebih lanjut, Satria Wangsa mengatakan, orang mungkin sering lupa bahwa Lombok sebagaimana Sumbawa juga mempunyai kandungan mineral yang tidak kalah banyak.
Di pegunungan selatan pulau Lombok dari Kuta hingga ujung barat Sekotong penuh kandungan emas perak, ibarat tidur di atas emas perak.
Bahkan dengan penambangan secara sederhana dapat menghasilkan emas dengan mudah dan jumlah yang tidak sedikit. Tidak jarang penambang amatir menghasilkan banyak emas.
Apalagi potensi pertambagan Lombok dikelola secara modern, pasti akan memberikan hasil yang lebih besar.
"Terlepas dari legalitas penambangan tersebut, tapi gambaran di atas menunjukkan bahwa Lombok memiliki kandungan mineral yang tidak sedikit. Tapi dalam RTRW NTB Pulau Lombok tidak diperuntukkan untuk tambang skala besar," katanya.
Meski berdiri sendiri sebagai daerah otonom, dia sangat yaknin interaksi dan mobilitas sosial kedua wilayah tetap berjalan baik.
"Secara sejarah penduduk dua pulau ini masih berkerabat, lebih-lebih saat ini banyak warga pulau Sumbawa bermukim di Lombok," katanya.
https://lombok.tribunnews.com/2025/0...#goog_rewarded
Bali aja bukan DI, masak Lombok mau jd DIL
Tayang: Minggu, 18 Mei 2025 16:50 WITA

Ketua Dinasty Nusantara NTB, Lalu Satria Wangsa
TRIBULOMBOK.COM, MATARAM - Usulan pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) dipastikan sudah masuk dalam daftar Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI.
PPS merupakan bagian dari usulan pemekaran 42 provinsi, 252 kabupaten, 46 kota, 6 daerah istimewa, dan 5 daerah otonomi di Kemendagri.
Dari semua usulan tersebut, PPS disebut-sebut menjadi salah satu daerah prioritas untuk pemekaran. Seingga pembentukan PPS hanya tinggal menunggu moratorium daerah otonomi baru (DOB) dibuka presiden.
Masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB), baik dari Pulau Sumbawa maupun Pulau Lombok juga kompak mendukung pembentukan PPS sebagai DOB baru.
Lalu Satria Wangsa, salah satu tokoh masyarakat Lombok yang juga ketua Dinasty Nusantara NTB mengatakan, bila PPS berdiri, maka Lombok harus segera diusulkan sebagai daerah istimewa dengan nama Daerah Istimewa Lombok (DIL).
Menurutnya, masyarakat kedua wilayah otonom, PPS dan DIL, bisa sama-sama maju.
"Bila Provinsi NTB nanti terbagi dua, menjadi Propinsi Pulau Sumbawa/PPS dan Daerah Istimewa Lombok/DIL, InsyaAllah dua-duanya akan maju dan saling melengkapi," kata Lalu Satria Wangsa, pada Tribun Lombok, Minggu (18/5/2025).
Lebih lanjut, dia menjelaskan, masing-masing daerah dapat mengembangkan diri menurut karakteristik dan potensi daerahnya.
"DIL nanti bisa (maju) laksana Singapura dan Thailand, sedangkan PPS bisa laksana Malaysia," ujarnya.
Lombok dengan konsep DIL, kata Satria Wangsa, memiliki potensi kuat dalam sektor pariwisata, ekokomi kreatif, pertanian, perdagangan, serta industri berbasis komoditas rakyat seperti tembakau.
"DIL dengan Selat Lombok sebagai alur pelayaran internasional (ALKI) II dapat memanfaatkannya sebagai potensi perdagangan internasional dan manufaktur sebagaimana Singapura dengan Selat Malakanya," ujar alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini.
Lombok juga punya potensi besar dengan mega proyek Global Hub Kayangan jika mampu direalisasikan.
"Bila Singapura yang miskin SDA sukses mengembangkan perdagangan, industri, dan pariwisata (destinasi buatan manusia) maka Lombok selain memiliki potensi ketiganya bisa lebih maju, sebagaimana Thailand yang mengembangkan pariwisata alam terutama pantai, pertanian organik, agroindustri, dan energi terbarukan," katanya.
Bila Swiss mengunggulkan pariwisata pegunungan, maka Lombok juga bisa mengembangkan wisata pegunungan seperti Gunung Rinjani, kemudian destinasi wisata Sembalun, Senaru, Tete Batu, dan Batukliang Utara.
Sedangkan Pulau Sumbawa dengan kekuatan sumber daya alam (SDA)-nya dapat mengembangkan perkebunan, perikanan laut, dan pertambangan. Sebab mereka memiliki cadangan sumber daya alam mineral dan energi seperti Malaysia.
"Dan bila warga PPS tambah sejahtera maka mereka perlu tambahan kebutuhan pokok termasuk sayur mayur dari Lombok dan warga PPS akan butuh rekreasi maka tujuan terdekatnya tentu Lombok atau DIL," katanya.
Terkait Dana Bagi Hasil (DBH) tidak perlu dirisaukan karena sebenarnya antara Pulau Lombok dan Sumbawa saling berbagi DBH.
Pulau Sumbawa mendapat bagian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dari Lombok, sedang Sumbawa membagi DBH dari tambang emas AMMAN.
Selama ini, DBH AMMAN yang dihasilkan dari Pulau Sumbawa jumlahnya Rp400-an miliar dibagi proporsional antara Pemprov NTB, daerah penghasil, dan daerah lainnya.
Jumlah ini hampir sama dengan DBHCHT dari Lombok di angka Rp400-an miliar, juga dibagi ke daerah lain secara proporsional.
"Jadi kalau terbentuk PPS dan DIL, DBH AMMAN pembagiannya akan terkonsentrasi di PPS saja sedang DBH-CHT akan terkonsentrasi di DIL saja," ujarnya.
Lebih lanjut, Satria Wangsa mengatakan, orang mungkin sering lupa bahwa Lombok sebagaimana Sumbawa juga mempunyai kandungan mineral yang tidak kalah banyak.
Di pegunungan selatan pulau Lombok dari Kuta hingga ujung barat Sekotong penuh kandungan emas perak, ibarat tidur di atas emas perak.
Bahkan dengan penambangan secara sederhana dapat menghasilkan emas dengan mudah dan jumlah yang tidak sedikit. Tidak jarang penambang amatir menghasilkan banyak emas.
Apalagi potensi pertambagan Lombok dikelola secara modern, pasti akan memberikan hasil yang lebih besar.
"Terlepas dari legalitas penambangan tersebut, tapi gambaran di atas menunjukkan bahwa Lombok memiliki kandungan mineral yang tidak sedikit. Tapi dalam RTRW NTB Pulau Lombok tidak diperuntukkan untuk tambang skala besar," katanya.
Meski berdiri sendiri sebagai daerah otonom, dia sangat yaknin interaksi dan mobilitas sosial kedua wilayah tetap berjalan baik.
"Secara sejarah penduduk dua pulau ini masih berkerabat, lebih-lebih saat ini banyak warga pulau Sumbawa bermukim di Lombok," katanya.
https://lombok.tribunnews.com/2025/0...#goog_rewarded
Bali aja bukan DI, masak Lombok mau jd DIL




aldonistic dan dragunov762mm memberi reputasi
2
418
28


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan