Kaskus

News

pilotesemka315Avatar border
TS
pilotesemka315
Tantangan Meningkatkan Minat Baca di Era Digital
Tantangan Meningkatkan Minat Baca di Era Digital
Tantangan Meningkatkan Minat Baca di Era Digital

Di tengah ramainya hiruk-pikuk masalah di arus informasi digital, kita sering lupa bahwa kemampuan membaca masih menjadi fondasi utama dalam belajar dan pastinya untuk menangkal HOAX agar tidak mudah dikelabuhi, dimanfaatkan, dan digiring opininya.

Berliterasi bukan hanya sekadar memahami teks, tetapi juga harus bisa melatih fokus, membentuk pola pikir, dan memperluas wawasan.

Fakta yang ada sekarang, minat baca generasi saat ini semakin menurun, bahkan di kalangan siswa dan mahasiswa. Data dari UNESCO memperlihatkan kondisi yang mengkhawatirkan. Indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya berada pada angka 0,001 persen. Artinya, dari setiap 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang benar-benar memiliki kebiasaan membaca secara konsisten rutin serta baik.

Ini menjadi tantangan besar di era digital sekarang ini, khususnya di bidang pendidikan. Sebab, rendahnya minat baca bisa berdampak langsung pada prestasi akademik dan daya pikir jangka panjang. Masalah ini bukan hanya milik sekolah atau guru.

Rendahnya minat baca adalah gejala sosial yang juga tumbuh dari lingkungan keluarga, sistem pendidikan, hingga kebiasaan sehari-hari. Apabila tidak segera diatasi, kita berisiko melahirkan generasi yang mahir mencari informasi cepat, tetapi kesulitan memahami secara mendalam.

Penyebab Rendahnya Minat Baca Sekarang Ini

Ada banyak alasan mengapa membaca terasa berat bagi sebagian besar siswa dan mahasiswa. Namun, dalam tulisan ini hanya bebrapa saja yang dibahas ya.

Pertama, rendahnya kemampuan membaca yang sudah terbentuk sejak dini. Ketika proses membaca terasa sulit, kegiatan ini pun tidak lagi menyenangkan, bahkan sampai-sampai membaca adalah hal yang menakutkan dan pada akhirnya dihindari.

Kedua, tidak adanya contoh di rumah. Kebiasaan membaca tidak tumbuh sejak kecil karena kita tidak terbiasa melihat contoh di rumah atau tidak adanya dukungan dari lingkungan terkecil kita (keluarga). Di banyak keluarga, budaya membaca belum menjadi kebiasaan yang ditanamkan. Kita lebih akrab dengan suara televisi menyala atau notifikasi ponsel dibandingkan suasana tenang untuk membaca buku.

Ketiga, lingkungan sekolah pun belum sepenuhnya mendukung tumbuhnya minat baca. Banyak guru lebih menekankan hasil ujian dibandingkan proses memahami bacaan. Padahal, minat baca akan berkembang jika siswa diberi kesempatan menikmati proses membaca tanpa tekanan.

Kurikulum yang terlalu padat dan berfokus pada hasil ujian juga dapat mengurangi jumlah waktu yang siswa miliki untuk membaca dengan santai dan menikmatinya (Ananda dan Yasin, 2024).

Keempat, faktor konsumsi digital. Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap pengaruh media digital. Saat ini, perhatian lebih mudah terserap oleh video pendek, hiburan cepat, dan konten visual yang menarik. Tanpa pengelolaan yang baik, teknologi justru memperkuat kebiasaan mencari informasi cepat tanpa proses membaca yang utuh dan mendalam.

Bahkan menurut Komdigi, Masyarakat Indonesia itu Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos.

Ini bukti bahwa masyarakat kita lebih suka menonton media sosial dan mengungkapkan apapun di media sosial, tidak digunakan untuk membaca hal-hal yang edukatif.

Terakhir, akses terhadap bahan bacaan juga masih menjadi tantangan di beberapa daerah. Tidak semua sekolah memiliki perpustakaan yang memadai atau koleksi buku yang relevan dengan minat siswa. Bahkan di lingkungan perkotaan, buku kadang dianggap sebagai beban tugas, bukan sebagai sumber kesenangan atau inspirasi.

Selain itu, pihak perpustakaan dan sekolah juga harus bisa mengemas program-program yang menarik, agar siswa mau membaca minimal bisa konsisten rutin tidak harus menyelesaikan 1 buku sehari.

Mulai Dari Hal-Hal yang Sederhana untuk Meningkatkan Minat Baca

Menumbuhkan minat baca perlu dimulai dari lingkungan yang paling dekat. Keluarga dan sekolah dapat menjadi tempat terbaik untuk menanamkan kebiasaan membaca sejak dini. Ketika siswa terbiasa melihat orang dewasa membaca dan diberi ruang untuk membaca bebas di sekolah, minat baca akan tumbuh secara alami sebab pada dasarnya seseorang ingin menyesuaikan dengan lingkungannya.

Kedua, buku yang disediakan harus menarik dan sesuai dengan usia. Kayaknya sekolah dan perpustakaan juga harus survei dulu, entah wawancara atau kuesioner, agar tau buku apa yang disukai oleh siswa/mahasiswa.

Kalau pengadaan buku tidak ada proses seperti ini, pada akhirnya perpus hanya sebagai ajang untuk tempat menaruh "bahan pengadaan buku" saja tetapi tidak relevan dengan apa yang diinginkan pembaca.

Bacaan yang terlalu sulit atau tidak relevan akan mudah ditinggalkan. Maka, upaya menghadirkan bahan bacaan yang bervariasi dan mudah diakses menjadi langkah nyata yang perlu diperkuat.

Teknologi pun bisa dimanfaatkan secara positif. Aplikasi membaca digital, audiobook, dan platform interaktif dapat membantu mengenalkan kembali kebiasaan membaca dengan cara yang lebih akrab bagi generasi saat ini.

Kuncinya bukan sekadar memperbanyak akses, tetapi mengarahkan penggunaannya untuk membangun kedekatan dengan aktivitas membaca. Namun, jika bisa disediakan dalam bentuk cetak, lebih baik daripada hanya bentuk digital (untuk kasus membangun budaya suka membaca).

Terakhir, dari penelitian Dewi dan Ni (2019), solusi lainnya untuk meningkatkan keinginan untuk membaca, bisa menggunakan metode belajar dengan memanfaatkan media seperti majalah, flashcard, dan majalah dinding yang menarik serta interaktif untuk menumbuhkan minat baca. Selain itu, penggunaan buku bergambar, audiobook, dan aplikasi belajar digital dapat membantu membuat proses membaca dan memahami materi menjadi lebih menyenangkan dan efektif.

Ini tantangan bersama, bukan hanya tantangan pemerintah dan sekolah saja. Namun, pihak keluarga sebagai pembentuk kebiasaan siswa/mahasiswa paling besar, juga harus bersinergi dengan program-program seperti ini. Menumbuhkan dari keluarga adalah kunci utama untuk meraih kesuksesan.

Kehidupan kita akan berubah apabila dimulai dengan perubahan di dalam diri sendiri, keluarga dan persekitaran.

kumparan.com
uforenangAvatar border
billy.ar15Avatar border
billy.ar15 dan uforenang memberi reputasi
2
328
29
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan