Kaskus

News

jaguarxj220Avatar border
TS
jaguarxj220
Pengamat: Data Biometrik Penjagaan Terakhir yang Lain Sudah Bocor
Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah maraknya kebocoran data pribadi seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan kartu keluarga, Heru Sutadi, Direktur Eksekutif Indonesia Information Communication Technology (ICT) Institute mengingatkan data biometrik seperti retina dan iris mata, kini menjadi pertahanan digital terakhir yang harus dijaga dengan ketat.

Terlebih belakangan ini muncul World App yang merupakan inisiatif kontroversial yang bertujuan untuk membangun sistem identitas global berbasis biometrik melalui pemindaian iris mata melalui perangkat kamera Orb.

"Biometrik itu kan merupakan data yang tidak bersifat umum, ya, kalau dalam perlindungan data, tapi bersifat spesifik. Jadi memang untuk retina, iris mata, itu perlakuannya dan juga bagaimana perlindungan terhadap data itu haruslah berbeda dengan data-data umum. Kalau dibilang dengan pengamanan yang jauh lebih tinggi," kata Heru kepada Bloomberg Technoz, Kamis (8/5/2025).

"Karena apa, karena data biometrik tersebut, kalau kita sekarang ini kan data-data NIK, kartu keluarga, semua pada bocor gitu ya. Nah penjagaan terakhir data kita itu adalah data biometrik."

Dengan latar belakang bahwa retina mata memiliki tingkat keunikan lebih tinggi dibandingkan pengenalan wajah maupun sidik jari, Heru mengingatkan masyarakat untuk tidak sembarangan menyerahkan data retina, apalagi hanya demi imbalan berupa uang tunai atau aset digital dari aplikasi tertentu.

"Kita berharap masyarakat juga cerdas ya, jangan kemudian menggadaikan mata hanya untuk mungkin mendapatkan uang sebagai kompensasi atau apa sebagai pendaftar biaya pendaftaran." kata Heru.

Ia menambahkan, "yang jadi bahaya itu kita dapat Rp500 ribu-Rp1 juta nanti mereka menyalahgunakan data kita [untuk] meminjam di pinjol [pinjaman online] Rp5 juta, Rp10 juta, kan kita [yang akan] rugi."

Senada dengan itu, Pratama Persadha, pakar keamanan siber dari CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) mengingatkan, meski belum ada laporan kebocoran retina secara masif, ancaman penyalahgunaan tetap nyata. Terutama jika data biometrik disimpan secara terpusat tanpa enkripsi dan pengawasan ketat.

"Jika data biometrik seperti retina disimpan secara terpusat tanpa enkripsi yang memadai atau tanpa pengawasan yang ketat, maka akan muncul risiko serius seperti pemalsuan identitas digital, pencurian akun berbasis autentikasi biometrik, hingga penggunaan untuk profiling populasi secara masif oleh aktor jahat, baik komersial maupun politik," jelas Pratama.

Dia menambahkan, sistem verifikasi retina memiliki akurasi yang jauh lebih tinggi daripada sidik jari. Namun keunggulan ini juga dibarengi dengan potensi risiko besar. Retina tidak bisa diubah atau dikaburkan, berbeda dengan sidik jari yang dalam kondisi tertentu masih bisa dimanipulasi.

Di sisi lain, Pratama juga menyoroti masih minimnya kesadaran di Indonesia terkait perlindungan data biometrik, bahkan sidik jari pun, yang telah digunakan dalam e-KTP dan layanan perbankan, masih menghadapi tantangan etis dan teknis.

Karena itu, ia menilai penawaran imbalan tunai untuk pengumpulan data biometrik bukanlah bentuk partisipasi sukarela, tetapi justru kompromi yang berisiko.

"Ketika masyarakat dihadapkan pada penawaran berupa imbalan tunai atau digital untuk menukar data biometriknya, maka yang terjadi bukanlah partisipasi sukarela, melainkan bentuk kompromi yang dibungkus dengan iming-iming keuntungan sesaat. Di sinilah literasi digital dan etika perlindungan data menjadi sangat krusial," tegasnya.

Sebagaimana diketahui, beberapa waktu belakangan nama World App sempat buat heboh di Indonesia. Karena disebut memberi reward sebesar Rp800.000 bagi seseorang yang berkenan data retinanya direkam. Kehebohan sempat juga ramai di Bekasi.

World App menjanjikan kemudahan akses ke sistem keuangan global, ada beberapa potensi bahaya keamanan data yang perlu dipertimbangkan secara serius.

Meskipun aplikasi ini menjanjikan akses finansial yang inklusif dan identitas digital yang dapat diverifikasi secara global, terdapat sejumlah kekhawatiran serius terkait keamanan data dan privasi pengguna.

Salah satu isu paling menonjol adalah pengumpulan data biometrik yang sangat sensitif, seperti citra iris mata. Data semacam ini bersifat unik dan permanen—jika sampai bocor atau disalahgunakan, tidak ada cara untuk menggantinya seperti mengganti kata sandi.

Walakin pengembang World App mengklaim bahwa data biometrik tidak disimpan setelah proses verifikasi dan hanya digunakan untuk menciptakan “proof of personhood” anonim, banyak pihak menilai bahwa tingkat transparansi dan kontrol yang diberikan kepada pengguna masih sangat terbatas.

Mengutip dari MIT Technology, sejumlah pakar mengingatkan pemindaian iris mata penuh celah etis, hukum, dan teknis, bahkan akademisi Pete Howson menyindir proyek dari World App sebagai kolonialisme dalam industri kripto.

"Eksperimen blockchain dan mata uang kripto dipaksakan pada komunitas yang rentan pada dasarnya karena... orang-orang ini tidak dapat melawan," tulis dia.

https://www.bloombergtechnoz.com/det...n-sudah-bocor/



Tenang, Pak Wapres sudah coba, tidak apa2 katanya.. emoticon-Ngakak (S)

Pengamat: Data Biometrik Penjagaan Terakhir yang Lain Sudah Bocor
AnaesteshiAAvatar border
kecimprinkAvatar border
bang.toyipAvatar border
bang.toyip dan 7 lainnya memberi reputasi
8
425
29
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan