Semua tergoda dengan suasana jadi petani, tapi bergaya konvensi.
Petani yang seolah tidak mau susah payah merawat tanaman, memanen, dan lainnya. Namun di balik itu semua sangat susah dan banyak hal yang menjadi rintangan.
Betapa tidak, saat tanam, butuh bibit usia minimal 8 bulan ( jikalau beli dengan harga Rp. 8.000), 1 batang butuh tanah ukuran 8 x 9 meter, butuh pupuk minimal 100 kg menunggu buah, butuh dibersihkan dari gulma dan rumut liar.
Semua pekerjaan mrenunggu masa buah tak pernah terbayang. Yang ada di fikiran manusia hanya hasilnya saja. Tak mempertimbangkan unsur biaya, dan tenaga masa sebelum panen.
Tanah ukuran 8 x 9 luas 40 m² hanya untuk 1 batang tanaman, jika ditanam sayuran sudah berapa banyak jenis? Setiap orang butuh sayuran sebagai makanan, namun banyak yang lupa bahwa tanaman keras tak bisa dikonsumsi secara langsung.
Namun, sudah banyak yang terhipnotis dengan gaya perusahaan. Tanah yang kosong walau hanya 500 m² berniat jadi perusahaan beaar dg hasil tak sebanding.
Sangat miris, gaya petani mental perusahaan besar.
Semoga Indonesia kembali bangkit melalui sektor pertanian, yang mengusahakan tanam bahan pangan manusia yang memmikirkan makanan generasi anak cucu bangsa Indonesia.
Indonesia sangat menarik hanya karena tanahnya subur, tanah yang selalu disinari matahari, tanah yang cukup dengan air hujan, tanah yang banyak terdapat gunung. Maka, tanah Indonesia sangat subur, namun mental bangsa nya dijajah dengan gaya kapitalis.