- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
TNI Bisa Masuk Kampus, BEM SI: Masa Depan Pendidikan Kritis Terancam


TS
mabdulkarim
TNI Bisa Masuk Kampus, BEM SI: Masa Depan Pendidikan Kritis Terancam

Kompas.com - 24/04/2025, 12:04 WIB Firda Janati, Jessi Carina Tim Redaksi 4 Lihat Foto ilustrasi Tentara Nasional Indonesia (TNI)(canva.com)
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) Herianto mengatakan, masuknya TNI ke area kampus bukan hanya mengancam mahasiswa, tetapi juga masa depan pendidikan.
Hal ini diutarakan Herianto untuk menanggapi pernyataan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto yang mengatakan bahwa kampus adalah tempat terbuka bagi siapa pun, termasuk untuk TNI.
"Ketika militer masuk kampus, yang terancam bukan hanya mahasiswa, tapi juga masa depan pendidikan kritis dan demokratis di Indonesia ini," ujar Herianto kepada Kompas.com, Kamis (24/4/2025).
Mendikti Brian juga menjelaskan, kampus adalah tempat terbuka terhadap pelbagai pihak dan sifat terbuka itu bisa memperluas riset. Namun, menurut Herianto, kehadiran TNI di kampus tidak memiliki relevansi dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kehadiran TNI di kampus tidak memiliki relevansi langsung dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya, hal ini justru berpotensi menciptakan iklim ketakutan," paparnya. Dengan adanya TNI di kampus, kata Herianto, dapat berpotensi membunuh daya kritis dan mempersempit ruang diskusi mahasiswa.
"Isu ini genting karena menyentuh inti dari kebebasan akademik, hak untuk berpikir, menyampaikan pendapat, dan mengkritik tanpa tekanan," ucap dia.
Herianto meminta pemerintah memastikan kebebasan meski Mendikti Brian menekankan aspek penelitian dan perluasan riset sebagai dasar keterlibatan TNI di kampus.
"Tetap perlu ada kehati-hatian ekstra. Kehadiran institusi militer di ruang akademik, meski dengan niat baik," ucapnya.
Sebelumnya, Mendikti Saintek Brian Yuliarto menegaskan, kampus adalah tempat terbuka bagi siapa pun yang hendak bekerja sama ataupun mengisi materi, termasuk untuk TNI.
"Kalau dari kami, dalam konteks kerja sama penelitian, kerja sama kuliah akademik, mengisi materi, dan sebagainya, kampus itu adalah tempat yang terbuka. Dan sudah banyak berjalan sebenarnya ya beberapa mitra kampus, tidak hanya dari TNI, juga dari kalangan industri, dari kalangan profesional lainnya. Itu tentu bisa terlibat dalam proses pengajaran dan juga tidak kalah penting, dalam proses penelitian," ujar Brian di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Brian menjelaskan bahwa kampus adalah tempat terbuka terhadap pelbagai pihak dan sifat terbuka itu bisa memperluas riset.
"Sekarang misalnya kami dengan Pindad itu kan industri angkatan juga ya, industri senjata ya, tentu itu kaitannya dengan TNI dan sebagainya. Itu kami bekerja sama untuk menemukan berbagai hal kaitannya apakah kemandirian industri senjata atau industri ya untuk mendukung pelaksanaan pertahanan di Indonesia. Jadi secara itu tidak ada masalah," jelasnya.
https://nasional.kompas.com/read/202...paign=partner.
Kapuspen soal TNI Datangi Diskusi Mahasiswa: Ngobrol Dibilang Memata-matai

Devi Puspitasari - detikNews
Kamis, 24 Apr 2025 13:31 WIB
Foto: Kapuspen TNI Brigjen Kristomei Sianturi (Devi Puspitasari/detikcom)
Jakarta - Kapuspen TNI Brigjen Kristomei Sianturi menanggapi soal TNI mendatangi diskusi mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang. Menurutnya, TNI kerap disebut menjadi mata-mata padahal hanya mengobrol saja.
Awalnya, Brigjen Kristomei menjelaskan tidak ada permasalahan antara TNI dengan mahasiswa.
"TNI di kampus kan, masalahnya hanya dibesar-besarkan saja. Sebenarnya tidak ada permasalahan antara TNI dengan teman-teman mahasiswa di kampus. Tidak ada," kata Kristomei kepada wartawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (24/4/2025).
Dia mengatakan TNI selalu bekerja sama dengan mahasiswa. Contohnya, TNI dilatih di Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam rangka pembekalan untuk kompi pertanian. Kemudian, TNI menggandeng mahasiswa untuk pengembangan radar, drone, dan pengembangan senjata.
"Terus masalahnya di mana? Kemudian, kami juga diminta, ingat ya, kami juga diminta untuk melatih bela negara, wawasan kebangsaan yang meminta siapa? Kampus," ucapnya.
Kristomei menegaskan, TNI memiliki alasan memasuki kampus. Namun, ia menilai narasi yang beredar seolah membenturkan TNI dengan mahasiswa.
"TNI tidak ujuk-ujuk masuk ke sana, kenapa tiba-tiba sekarang dinarasikan seolah-olah[b] TNI dan mahasiswa berhadapan, bermusuhan, kenapa? Nah ini apakah ini ada unsur mendeligimitasi pemerintah, merongrong pemerintah dengan cara membenturkan TNI dengan mahasiswanya? Karena sistem pertahanan kita pertahanan rakyat semesta,[/b\" jelasnya.
Dia menilai narasi itu melemahkan sistem pertahanan. Dia pun mengajak mahasiswa untuk menggunakan nalar dalam menyikapi hal tersebut.
"Kalau TNI sudah jauh dengan rakyat, tni jauh dengan mahasiswa, ya nggak berlaku sistem hankamrata nanti. Nah itu adalah sistem untuk melemahkan sistem pertahanan kita, itu yang harus sadari bersama, karena itu kami mengajak kepada temen mahasiswa, kita menggunakan nalar logis," tuturnya.
Kristomei merespons peristiwa diskusi mahasiswa di Jawa Tengah (Jateng) yang didatangi oleh sejumlah anggota TNI. Dia mengatakan Babinsa saat itu tidak untuk memata-matai namun memonitoring wilayah.
"Babinsa di situ bertugas tidak untuk memata-matai atau tidak untuk mengitimidasi kegiatan kampus. Tugas Babinsa adalah memonitoring wilayah, sehingga dia bisa menyiapkan kantong-kantong perlawanan apabila terjadi perang semesta, perang gerilya atau perang berlarut," ucapnya.
"Jadi dia mendata berapa perempuannya, laki-lakinya, dimana ada bengkel yang bisa dijadikan tempat perbaikan senjata. Dimana ada ahli yang memang ahli mesiu, seorang Babinsa harus bisa menguasai itu. Sehingga dia memonitoring wilayah, sehingga apabila terjadi perang gerilya atau perang berlarut, tidak aneh lagi dan masyarakat udah kenal, ini lho Babinsanya," ucapnya.
Dia menegaskan narasi itu harus diluruskan. Kristomei pun menanggapi soal ramai mahasiswa yang mengundang TNI ke lingkungan kampus UI dalam malam konsolidasi mahasiswa. Diduga anggota TNI tersebut diundang untuk berdiskusi.
"Menurut saya narasi miring tadi harus diluruskan bersama bahwa cuma ngobrol dibilang memata-matai, besok-besok kita makan di Kampus UI saja dibilang memata-matai. Kayak saya jemput anak kuliah dibilang memata-matai, ya jangan lah," ucapnya.
"Kita berpikir logis saja, tak ada perintah untuk represif, dan mengintimidasi, apalagi mencampuri urusan internal kampus," tutupnya.
UIN Semarang Buka Suara
Sebelumnya, Wakil Rektor I UIN Walisongo Semarang, Mukhsin Jamil, heran dengan datangnya anggota TNI untuk mendata peserta diskusi mahasiswa di kampusnya. Namun Mukhsin tak keberatan bila anggota TNI datang dalam acara diskusi mahasiswa asalkan mereka juga datang untuk ikut berdiskusi.
"Respons kita pertama kali kaget, karena, loh kok kayak zaman dulu lagi? Sebenarnya kita nggak masalah mau tentara atau polisi datang asalkan dalam rangka berdiskusi, tidak untuk mengintimidasi mahasiswa," katanya dilansir detikJateng, Rabu (23/4/2025).
Terkait adanya personel TNI yang diduga meminta data mahasiswa, Mukhsin pun mempertanyakan urgensinya. Menurutnya, tak ada yang salah dari diskusi mahasiswa yang mengantisipasi kemungkinan kembalinya situasi Orde Baru di negara.
"Apa urgensinya meminta data diri mahasiswa dan pentingnya apa mempersoalkan diskusi itu? Saya kira diskusi apa pun, kebetulan temanya tentang militerisme, setiap anak bangsa wajar merespons dengan cara mereka sendiri," tegasnya.
https://news.detik.com/berita/d-7883...-memata-matai.
Bagaimana dengan dosen yang berasal dari militer tapi mengajar di kampus bukan Universitas Pertahanan?
0
261
24


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan