- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Rupiah Sejengkal Lagi Tembus Rp17.000/US$, Pasar Mulai Waspada


TS
jaguarxj220
Rupiah Sejengkal Lagi Tembus Rp17.000/US$, Pasar Mulai Waspada
Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah diperkirakan akan menembus level psikologis terlemah sepanjang masa di Rp17.000/US$ dalam waktu dekat, di tengah kepercayaan investor global yang terus rapuh di pasar domestik.
Risiko pelemahan hingga menembus level tersebut akan mendorong Bank Indonesia meningkatkan intervensi di pasar demi menahan volatilitas mata uang agar tak sampai tertembus, karena berisiko kian mengerosi kepercayaan pasar ke titik nadir.
Analisis terbaru dari salah satu bank terbesar di Jepang, MUFG, memperkirakan, rupiah potensial makin melemah menembus Rp17.100/US$ dalam beberapa bulan mendatang, seperti dilansir dari Bloomberg News.
Sedangkan Barclays Plc, bank investasi asal Inggris, memperkirakan rupiah berpeluang menguji level Rp17.200/US$ pada kuartal pertama tahun depan di tengah intervensi bank sentral.
Sejauh ini, rupiah keluar sebagai mata uang terlemah di Asia bahkan ketika indeks dolar AS di pasar global mencatat penurunan hingga double digit.
Mengacu data Bloomberg, sepanjang 2025, rupiah menjadi satu-satunya mata uang di Asia yang melemah terhadap dolar AS dengan penurunan nilai hingga hampir 5% year-to-datedengan hari ini menyentuh Rp16.863/US$ dalam intraday trading.

Sementara mata uang Asia lain berhasil menguat terhadap dolar AS, ketika indeks yang mengukur the greenback terhadap enam mata uang utama dunia membukukan pelemahan 9,4% year-to-date.
Sebagian analis menilai, Bank Indonesia tidak akan membiarkan rupiah menembus Rp17.000/US$.
"Jika rupiah menembus ambang batas itu, potensi kepanikan pasar bisa meningkat yang pada akhirnya bisa memicu arus keluar modal lebih besar dan membawa tekanan lebih lanjut pada nilai tukar," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede.
Pada perdagangan hari ini, rupiah ditutup melemah 0,3% di level Rp16.855/US$, turun nilainya terdalam ketiga di Asia hari ini setelah won dan yuan Tiongkok.
Asing tak henti jual
Pemodal asing memang tak berhenti menjual aset rupiah sejak pasar domestik kembali dibuka usai libur panjang Lebaran.
Berdasarkan data otoritas bursa yang dikumpulkan oleh Bloomberg, pemodal asing membukukan net sell senilai US$ 3,03 miliar year-to-date. Angka itu setara dengan Rp51,1 triliun dengan kurs dolar AS terakhir.
Pemodal global mencatat posisi jual bersih tanpa putus selama 11 hari perdagangan di bursa saham domestik. Itu merupakan rekor periode jual asing di saham RI yang terpanjang sejak terakhir terjadi pada 2022 silam.
Sementara di pasar surat utang negara, pemodal asing sudah mencatat net sell selama enam hari perdagangan beruntun. Kepemilikan asing di SBN terpangkas Rp7,2 triliun sampai data terakhir 16 April lalu.
Adapun di instrumen Sekuritas Rupiah (SRBI), pemodal asing membukukan net sell sebesar Rp7,94 triliun sepanjang tahun ini sampai data 16 April lalu, menurut laporan Bank Indonesia.
Rupiah yang makin melemah akan kian mempercepat laju keluarnya modal asing dari pasar domestik.
Cadangan devisa malah rekor
BI akan lebih banyak mengandalkan cadangan devisa untuk meredakan tekanan volatilitas rupiah.
Nilai cadangan devisa Indonesia saat ini berada di level rekor terbesar sepanjang masa, sebesar US$ 157,08 miliar.
Cadev RI bahkan mencetak rekor baru ketika rupiah pada saat yang sama mengalami tekanan besar pada akhir Maret lalu.
BI mengatakan kenaikan itu adalah bersumber dari penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
"Kami memprediksi BI akan sangat bergantung pada cadangan devisa juga memanfaatkan [operasi moneter] memakai instrumen seperti nondeliverable forward [NDF] domestik sembari menoleransi sekian derajat penyesuaian nilai tukar," imbuh Karinska Salsabila dari Mirae Asset Sekuritas.
Kabar terbaru dari kinerja neraca dagang seharusnya juga bisa mengangkat rupiah.
Surplus neraca dagang RI pada Maret melejit hingga US$ 4,33 miliar, lebih tinggi dibanding bulan Februari sebesar US$ 3,11 miliar. Angka surplus dagang bulan lalu itu melampaui ekspektasi pasar yang semula cuma memperkirakan sebesar US$ 2,86 miliar.
Torehan kinerja itu memberi optimisme secara umum dengan harapan mendukung nilai surplus transaksi berjalan RI antara US$ 1 miliar hingga US$ 1,5 miliar pada kuartal 1-2025 ini, menurut analisis dari Mega Capital Sekuritas.
"Hal itu menyiratkan penurunan tajam posisi defisit neraca berjalan 12 bulan terakhir (TTM) menjadi 0,35% dari PDB. Capaian tersebut bisa mendorong stabilitas rupiah pada kuartal dua tahun ini dengan kisaran pergerakan di Rp16.500-Rp16.900/US$," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital.
Dalam pernyataan hari ini, Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan RI pada Maret lalu adalah hal positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...mulai-waspada/
Ingat kata bang napi... WASPADALAH... WASPADALAH..
Risiko pelemahan hingga menembus level tersebut akan mendorong Bank Indonesia meningkatkan intervensi di pasar demi menahan volatilitas mata uang agar tak sampai tertembus, karena berisiko kian mengerosi kepercayaan pasar ke titik nadir.
Analisis terbaru dari salah satu bank terbesar di Jepang, MUFG, memperkirakan, rupiah potensial makin melemah menembus Rp17.100/US$ dalam beberapa bulan mendatang, seperti dilansir dari Bloomberg News.
Sedangkan Barclays Plc, bank investasi asal Inggris, memperkirakan rupiah berpeluang menguji level Rp17.200/US$ pada kuartal pertama tahun depan di tengah intervensi bank sentral.
Sejauh ini, rupiah keluar sebagai mata uang terlemah di Asia bahkan ketika indeks dolar AS di pasar global mencatat penurunan hingga double digit.
Mengacu data Bloomberg, sepanjang 2025, rupiah menjadi satu-satunya mata uang di Asia yang melemah terhadap dolar AS dengan penurunan nilai hingga hampir 5% year-to-datedengan hari ini menyentuh Rp16.863/US$ dalam intraday trading.

Rupiah potensial menguji level psikologis terlemah di Rp17.000/US$ dalam waktu dekat (Bloomberg)
Sementara mata uang Asia lain berhasil menguat terhadap dolar AS, ketika indeks yang mengukur the greenback terhadap enam mata uang utama dunia membukukan pelemahan 9,4% year-to-date.
Sebagian analis menilai, Bank Indonesia tidak akan membiarkan rupiah menembus Rp17.000/US$.
"Jika rupiah menembus ambang batas itu, potensi kepanikan pasar bisa meningkat yang pada akhirnya bisa memicu arus keluar modal lebih besar dan membawa tekanan lebih lanjut pada nilai tukar," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede.
Pada perdagangan hari ini, rupiah ditutup melemah 0,3% di level Rp16.855/US$, turun nilainya terdalam ketiga di Asia hari ini setelah won dan yuan Tiongkok.
Asing tak henti jual
Pemodal asing memang tak berhenti menjual aset rupiah sejak pasar domestik kembali dibuka usai libur panjang Lebaran.
Berdasarkan data otoritas bursa yang dikumpulkan oleh Bloomberg, pemodal asing membukukan net sell senilai US$ 3,03 miliar year-to-date. Angka itu setara dengan Rp51,1 triliun dengan kurs dolar AS terakhir.
Pemodal global mencatat posisi jual bersih tanpa putus selama 11 hari perdagangan di bursa saham domestik. Itu merupakan rekor periode jual asing di saham RI yang terpanjang sejak terakhir terjadi pada 2022 silam.
Sementara di pasar surat utang negara, pemodal asing sudah mencatat net sell selama enam hari perdagangan beruntun. Kepemilikan asing di SBN terpangkas Rp7,2 triliun sampai data terakhir 16 April lalu.
Adapun di instrumen Sekuritas Rupiah (SRBI), pemodal asing membukukan net sell sebesar Rp7,94 triliun sepanjang tahun ini sampai data 16 April lalu, menurut laporan Bank Indonesia.
Rupiah yang makin melemah akan kian mempercepat laju keluarnya modal asing dari pasar domestik.
Cadangan devisa malah rekor
BI akan lebih banyak mengandalkan cadangan devisa untuk meredakan tekanan volatilitas rupiah.
Nilai cadangan devisa Indonesia saat ini berada di level rekor terbesar sepanjang masa, sebesar US$ 157,08 miliar.
Cadev RI bahkan mencetak rekor baru ketika rupiah pada saat yang sama mengalami tekanan besar pada akhir Maret lalu.
BI mengatakan kenaikan itu adalah bersumber dari penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
"Kami memprediksi BI akan sangat bergantung pada cadangan devisa juga memanfaatkan [operasi moneter] memakai instrumen seperti nondeliverable forward [NDF] domestik sembari menoleransi sekian derajat penyesuaian nilai tukar," imbuh Karinska Salsabila dari Mirae Asset Sekuritas.
Kabar terbaru dari kinerja neraca dagang seharusnya juga bisa mengangkat rupiah.
Surplus neraca dagang RI pada Maret melejit hingga US$ 4,33 miliar, lebih tinggi dibanding bulan Februari sebesar US$ 3,11 miliar. Angka surplus dagang bulan lalu itu melampaui ekspektasi pasar yang semula cuma memperkirakan sebesar US$ 2,86 miliar.
Torehan kinerja itu memberi optimisme secara umum dengan harapan mendukung nilai surplus transaksi berjalan RI antara US$ 1 miliar hingga US$ 1,5 miliar pada kuartal 1-2025 ini, menurut analisis dari Mega Capital Sekuritas.
"Hal itu menyiratkan penurunan tajam posisi defisit neraca berjalan 12 bulan terakhir (TTM) menjadi 0,35% dari PDB. Capaian tersebut bisa mendorong stabilitas rupiah pada kuartal dua tahun ini dengan kisaran pergerakan di Rp16.500-Rp16.900/US$," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital.
Dalam pernyataan hari ini, Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan RI pada Maret lalu adalah hal positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...mulai-waspada/
Ingat kata bang napi... WASPADALAH... WASPADALAH..






sopjigong dan 6 lainnya memberi reputasi
7
747
43


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan