Kaskus

News

jaguarxj220Avatar border
TS
jaguarxj220
Hati-hati, Harga Emas Pernah Turun Tajam
Bloomberg Technoz, Jakarta - Reli kenaikan harga emas makin tak terbendung. Di pasar dunia, harga emas sudah diperdagangkan memecahkan rekor tertinggi baru, yang serta merta diikuti oleh lonjakan harga emas di dalam negeri.

Di pasar spot, harga emas dunia sempat melesat di level US$ 3.357,78 per troy ounce pada hari Rabu kemarin, melonjak 3,5% hanya dalam sehari yang menjadi kenaikan harian terbesar harga emas sejak Maret 2023.

Kenaikan luar biasa harga emas di luar negeri itu, memicu pula kenaikan harga emas di pasar lokal. Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatat kenaikan harga sampai tiga kali dalam 24 jam terakhir.

Pada Rabu pagi, harga emas yang dijual Antam sudah naik Rp20.000 per gram mencapai Rp1.916.000, yang menjadi rekor tertinggi baru.

Lalu pada sore hari yang sama, harga emas Antam naik lagi hingga Rp27.000 menjadi Rp1.943.000 per gram. Lalu, pada Kamis pagi ini, harga emas Antam kembali terkerek naik Rp32.000 menjadi Rp1.975.000 per gram.

Harga buyback juga tak kalah 'ganas' bergerak. Harga buyback menjadi acuan penting yang perlu diperhatikan pada investor emas karena angka itulah yang menjadi dasar hitungan bila seseorang hendak menjual emas simpanannya.

Hari ini, buyback price emas Antam sudah di level Rp1.824.000 per gram, yang juga menjadi harga buyback tertinggi sepanjang masa. Selisih harga jual dan beli emas oleh Antam kini melebar jadi Rp151.000 per gram.

Sebagai perbandingan, tepat setahun lalu, selisih harga jual emas Antam dan buyback 'hanya' di kisaran Rp106.000 per gram. Pada kisaran tahun 2010-an silam, selisihnya bahkan pernah cuma Rp50.000 per gram.

Semakin lebar selisih harga jual dan beli emas Antam, menjadi indikator makin kecil potensi untung investor. Sebaliknya, semakin sempit selisihnya maka peluang untung investor juga kian besar.

Gambarannya, bila Anda membeli emas hari ini, sejatinya Anda belum mengantongi untung. Justru investor langsung 'rugi' karena bila pada hari yang sama emas tersebut dijual, harganya langsung turun Rp151.000 per gram karena acuannya adalah harga buyback tersebut.

Peluang untung membesar bila emas baru dijual ketika harga buyback sudah melampaui level harga yang dikeluarkan oleh investor saat membeli emas.

Pernah Turun

Melihat lonjakan harga emas baik di pasar mancanegara maupun domestik yang luar biasa dan mungkin sebentar lagi menjebol Rp2 juta per gram, mungkin membuat banyak orang mulai 'gentar' apakah sekarang ini masih menjadi waktu yang tepat untuk membeli ketika harga dirasa sudah mahal.

Bagaimana bila ke depan harga emas malah berbalik turun?

Sejatinya, harga emas hampir selalu naik ketika ketidakpastian di konteks perekonomian global membesar. Emas diburu sebagai aset aman alias safe haven, semacam tempat parkir dana sementara, karena pergerakannya relatif lebih stabil dalam jangka panjang.

Namun, karena emas tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) sebagaimana obligasi, misalnya, emas akan cenderung ditinggalkan begitu prospek ekonomi kembali cerah. Dana-dana investor yang semula ditempatkan di emas akan berangsur keluar kembali menyerbu aset-aset agresif yang lebih berisiko dengan peluang return lebih besar pula, seperti saham atau paper investment lain.

Dalam perjalanannya, harga emas juga tak selalu mendaki. Berdasarkan pelacakan hingga 50 tahun ke belakang, seperti ditunjukkan oleh data Bloomberg, harga emas di pasar dunia pernah beberapa kali mengalami kejatuhan besar.

Kejatuhan harga emas hampir pasti mempengaruhi pula penurunan harga emas di pasar lokal, seperti emas Antam. Meski seringkali kurs dolar AS menahan penurunannya jadi lebih terbatas.

Kapan harga emas pernah turun? Melihat data ke belakang, harga emas dunia pernah mengalami anjlok cukup parah dalam hitungan tahunan. Ketika krisis minyak melanda dunia pada dekade 1970-an dan memicu instabilitas perekonomian global, emas mulai banyak diburu.

Perburuan terhadap emas memuncak ketika terjadi intervensi Uni Soviet ke Afghanistan hingga harga komoditas ini menyentuh level tertinggi kala itu yaitu dari US$ 160 'terbang' menjadi US$ 850 per troy ounce. Setelah itu, harga emas berangsur turun hingga menyentuh US$ 589,75 pada akhir tahun 1980, atau longsor 31% dari puncaknya.

Penurunan itu berlanjut sampai bertahun-tahun setelahnya. Puncak harga emas US$ 850 per troy ounce baru terpatahkan ketika pecah krisis finansial global yang berepisentrum di Amerika Serikat pada 2008, menyusul kebangkrutan Lehman Brothers yang memantik tsunami keuangan di seluruh dunia.

Harga emas terus mendaki di tengah ketakutan warga dunia melihat kejatuhan raksasa ekonomi dunia, hingga untuk pertama kalinya memecahkan level harga US$ 1.000 per troy ounce pada pertengahan Maret 2008.

Bisa disimpulkan, ada jeda waktu hampir 30 tahun bagi harga emas untuk akhirnya bisa kembali membukukan rekor tertinggi baru. Selama 30 tahun itu, harga emas bergerak rata-rata 'cuma' di kisaran US$ 400-an, separuh dari rekor tertinggi pada tahun 1980.

Rekor harga emas kembali tercipta pada 2009, masih karena ketidakpastian global akibat kondisi di Amerika. Harga emas reli kencang pada kuartal akhir 2009 hingga menembus level US$ 1.200-an per troy ounce. Setelah memecahkan rekor, harga emas sempat ambles lagi di kisaran US$ 1.000-an pada pertengahan 2010.

Namun, tak butuh waktu lama bagi emas untuk kembali memecahkan rekor-rekor berikutnya, yaitu pada 2011 di mana ketika itu harga emas melesat hingga US$ 1.900 per troy ounce.

Hanya saja, setelah rekor baru tersebut pecah, harga emas juga tak butuh waktu lama untuk merosot sampai ke level rendah hingga ambles di US$ 1.051 pada 2015. Turun 44% hanya dalam empat tahun dengan pergerakan rata-rata di US$ 1.384 per troy ounce.

Penurunan harga emas ketika itu terutama karena pembalikan arah kebijakan moneter global. Bank sentral AS menggeber quantitative easing atau pembelian besar-besaran aset finansial di pasar demi menahan bunga acuan di level rendah.

Awalnya, quantitative easing The Fed yang dimulai pada 2008 itu masih positif bagi emas.

Namun, pada tahap kedua quantitative easing, yang diwarnai dengan kebangkitan lagi ekonomi AS, harga emas mulai rontok seiring kembalinya dana pemodal ke aset-aset berisiko seperti saham.

Harga emas baru melesat memecahkan lagi rekor-rekor baru ketika pecah Pandemi Covid-19 pada 2020, hingga menjebol level US$ 2.063 pada pertengahan tahun pagebluk itu.

Bahkan ketika The Fed menggeber kebijakan higher for longer dengan terus menaikkan bunga acuan demi menjinakkan inflasi pascapandemi di AS yang melesat luar biasa, harga emas bergeming.

Lima tahun terakhir atau sejak 2020-2025, harga emas dunia bergerak rata-rata di US$ 1.993, dengan level tertinggi terjadi kemarin di US$ 3.357 per troy ounce.

Efek ke Harga Emas Lokal

Melihat tren pergerakan 50 tahun terakhir, emas selayaknya aset lain memang tak kalis dari tren penurunan. Ketika harga emas dunia turun, harga emas lokal seperti emas produksi Antam biasanya mengikuti. Meski, penurunan harga emas di pasar domestik biasanya masih tertahan oleh kurs dolar AS.

Untuk diketahui, harga emas dan dolar AS di pasar dunia biasanya berlawanan. Ketika emas naik, dolar biasanya turun. Begitu juga sebaliknya, ketika harga emas turun, dolar AS di pasar dunia biasanya naik.

Hal itu berdampak pada harga emas Antam yang dijual dalam satuan gram dan denominasi rupiah. Ketika harga emas dunia turun, sedang pada saat bersamaan kurs dolar AS tengah mahal, harga emas Antam biasanya turunnya tidak sebanyak harga emas di mancanegara karena tertahan pelemahan rupiah.

Sebagai gambaran, ketika harga emas dunia melesat pada 2011, harga emas Antam ikut merangkak naik termahal di level Rp596.000 per gram pada tahun itu.

Lalu, saat harga emas dunia ambles lebih dari 40% pada 2015, harga emas Antam pada saat yang sama turun ke kisaran Rp400-an ribu per gram. Penurunannya relatif lebih kecil dibanding harga emas dunia.

Kemungkinan karena pada saat yang sama harga dolar AS di Indonesia naik hingga 35%.

Begitu juga pada saat harga emas dunia terkoreksi dari level tertinggi kala pandemi, harga emas Antam cenderung 'anteng' dengan membukukan kenaikan 113% sampai kenaikan hari ini.

Dari data-data tersebut, bisa disimpulkan bahwa emas meski disebut sebagai aset safe haven, masih memiliki risiko turun harga. Pada beberapa periode, penurunannya bahkan begitu curam hingga butuh waktu pulih hingga puluhan tahun.

Namun, dalam konteks emas lokal, penurunan harga emas relatif lebih terbatasi karena faktor kurs dolar AS. Grafik emas juga memberi petunjuk sebaiknya emas diperlakukan sebagai aset lindung nilai jangka panjang agar bisa memberikan keuntungan maksimal.

https://www.bloombergtechnoz.com/det...h-turun-tajam/


Inilah uniknya harga emas di Indonesia.

Kalau emas dunia naik, harga emasnya naik
Kalau emas dunia turun, harga emasnya ketahan kurs yang melemah, jadi ga turun banyak.

Investasi emas selalu menguntungkan di jangka panjang, jadi selalu gunakan uang dingin untuk investasi jangka panjang.
0
556
25
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan