Kaskus

News

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Siswa SMP Tak Bisa Membaca, Wabup Sarankan Penggunaan HP di Sekolah Dibatasi
Siswa SMP Tak Bisa Membaca, Wabup Sarankan Penggunaan HP di Sekolah Dibatasi
Siswa SMP Tak Bisa Membaca, Wabup Sarankan Penggunaan HP di Sekolah Dibatasi
Made Wijaya Kusuma - detikBali
Senin, 14 Apr 2025 20:01 WIB

Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna saat bertemu Disdikpora dan Dewan Pendidikan Buleleng, Senin (14/4/2025). (Foto: Dok. Pemkab Buleleng)

Buleleng - Ratusan siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng tidak bisa membaca dengan lancar. Padahal, kemampuan membaca seharusnya sudah tuntas sejak sekolah dasar (SD).
Wakil Bupati (Wabup) Buleleng Gede Supriatna mendorong Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) dan Dewan Pendidikan Buleleng untuk bersinergi menangani persoalan tersebut. Ia pun menyarankan agar penggunaan handphone (HP) di lingkungan sekolah dibatasi.

"Karena ada temuan anak yang tidak bisa menulis, tapi lancar mengetik di HP atau lancar bermedia sosial. Kami tidak menampik adanya teknologi, tapi ini dilakukan agar anak bisa berkonsentrasi dalam menempuh pendidikan," ujar Supriatna dalam keterangan tertulis yang diterima detikBali, Senin (14/4/2025).

Supriatna juga menyoroti kurangnya motivasi diri serta keluarga siswa. Dia menjelaskan pendidikan tidak bisa hanya diserahkan kepada guru di sekolah. Menurutnya, orang tua juga harus mendampingi agar perkembangan intelektual anak.

Ketua Dewan Pendidikan Buleleng I Made Sedana mengungkapkan fenomena itu menunjukkan rendahnya literasi siswa. Ia menyarankan agar Disdikpora melakukan pemetaan untuk memastikan kebutuhan masing-masing siswa.

"Apakah berkebutuhan khusus atau bagaimana. Selain itu, pola mengajar guru juga harus dicermati, apakah sistem administrasi menyebabkan guru sibuk dan abai dalam melakukan pengajaran," ujar Sedana.

Sementara itu, Plt Kepala Disdikpora Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengungkapkan jumlah siswa SMP di daerah itu mencapai 34.062 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 155 siswa masuk dalam kategori tidak bisa membaca (TBM) dan 208 siswa masuk kategori tidak lancar membaca (TLM).

Ariadi membeberkan beberapa penyebab siswa tidak lancar membaca. Antara lain kurangnya motivasi, pembelajaran tidak tuntas, disleksia, disabilitas, dan kurangnya dukungan keluarga.

Adapun faktor eksternal lainnya yakni efek jangka panjang pembelajaran jarak jauh (PJJ), kesenjangan literasi dari jenjang SD, pemahaman keliru tentang kurikulum, kekhawatiran tenaga pendidik terhadap ancaman hukum dan stigma sosial, hingga faktor keluarga yang menyebabkan psikologis siswa terganggu.

"Misalnya siswa memiliki trauma di masa kecil akibat kekerasan rumah tangga, perceraian, atau kehilangan anggota keluarga. Atau korban perundungan," kata Ariadi.

https://www.detik.com/bali/berita/d-...olah-dibatasi.

dampak jangka Panjang sekolah dasar yang ditempuh masa covid-19 2020-2021
superman313Avatar border
aldonisticAvatar border
rtrnAvatar border
rtrn dan 5 lainnya memberi reputasi
6
813
76
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan