Kaskus

News

jaguarxj220Avatar border
TS
jaguarxj220
Penghasilan Turun & Pekerjaan Sulit, Kelas Menengah Mulai Pesimis
Bloomberg Technoz, Jakarta - Keyakinan konsumen di Indonesia turun sampai ke level terendah dalam enam bulan terakhir, akibat kondisi ekonomi saat ini yang dinilai makin memburuk karena penurunan penghasilan, makin susahnya mendapatkan pekerjaan juga tekanan daya beli.

Hal itu terungkap dalam laporan terbaru Survei Konsumen bulan Maret yang dilansir oleh Bank Indonesia hari ini. Hasil survei mengungkap, masyarakat RI menilai kondisi ekonomi saat ini sebagai yang terburuk, dengan indeks jatuh ke level terendah sejak Februari 2023.

Pemburukan kondisi ekonomi itu terutama karena sebagian besar masyarakat di Tanah Air saat ini mengalami penurunan kondisi penghasilan, serta tekanan daya beli di kala lapangan kerja dinilai makin sempit.

Kelas menengah bahkan terindikasi mulai pesimistis utamanya terkait ketersediaan pekerjaan. Hal itu ditandai dengan penurunan indeks ketersediaan lapangan kerja kelompok ini yang jatuh di zona pesimis di bawah 100 untuk pertama kalinya.

Persepsi yang memburuk terhadap kondisi ekonomi saat ini, diiringi dengan keyakinan yang makin merosot akan perbaikan ekonomi ke depan. Hal itu terlihat dari kejatuhan indeks ekspektasi konsumen yang terjerembab ke level terendah sejak September 2024.

Penurunan ekspektasi itu mencerminkan persepsi masyarakat yang menilai kondisi ekonomi ke depan atau dalam waktu enam bulan nanti akan lebih buruk ketimbang saat ini.

Keyakinan konsumen yang melemah tersebut juga terjadi ketika kondisi keuangan masyarakat diduga mengalami tekanan makin besar.

Rasio tabungan masyarakat makin turun, bahkan menyentuh 13,8% yang menjadi level terendah setidaknya dalam lima tahun terakhir. Bahkan lebih rendah dibanding masa pandemi memicu resesi pada 2020-2021 lalu. Kala itu rasio tabungan masih di kisaran 14%-20%.

Pada saat yang sama, alokasi pendapatan untuk konsumsi juga cuma naik sedikit padahal bulan Maret adalah puncak konsumsi masyarakat seiring kedatangan Ramadan dan Idulfitri. Pada bulan lalu, rasio utang konsumen di Indonesia juga turut meningkat menyentuh level tertinggi dalam tiga bulan.

Gambaran terkini kondisi konsumen di Indonesia itu memberikan peringatan lebih lanjut bagi para pembuat kebijakan. Ekspektasi yang memburuk terhadap kondisi ekonomi ke depan akan semakin menyurutkan animo masyarakat dalam berbelanja.

Padahal belanja konsumen, konsumsi rumah tangga adalah motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai saat ini. Di tengah tensi perang dagang yang terus memanas, perekonomian domestik terancam makin terpuruk bila daya beli masyarakat terus tertekan sehingga konsumsi rumah tangga merosot.

Penghasilan Turun & Pekerjaan Sulit, Kelas Menengah Mulai Pesimis

Berikut ini penjelasan terperinci hasil survei Keyakinan Konsumen edisi Maret 2025 seperti yang dilansir oleh Bank Indonesia:

1. Kondisi ekonomi saat ini

Indeks Ekonomi saat ini mengukur persepsi masyarakat terhadap kondisi perekonomian dibandingkan enam bulan lalu. Pada Maret 2025, indeks turun cukup banyak mencapai 3,6 poin ke level 110,6 yang menjadi level terendah sejak Oktober 2024 lalu.

Pandangan masyarakat yang lebih buruk terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini terutama karena pemburukan kondisi penghasilan yang dialami, juga akibat sempitnya lapangan kerja. Daya beli juga melemah karenanya.

Konsumen dengan kelas pengeluaran menengah bawah yaitu antara Rp2,1 juta hingga Rp3 juta menjadi yang paling anjlok indeksnya dengan penurunan hingga 9,6 poin dibanding bulan sebelumnya.

Begitu juga konsumen dengan pengeluaran antara Rp4,1 juta hingga Rp5 juta yang turun 5,1 poin. Sementara konsumen dengan besar pengeluaran terbanyak di atas Rp5 juta, masih naik indeksnya sebesar 1,9 poin.

2. Kondisi Penghasilan Saat Ini

Hampir semua kelompok konsumen mengalami penurunan kondisi penghasilan pada Maret. Indeks Penghasilan Saat Ini turun terdalam dicatat oleh konsumen dengan pengeluaran antara Rp2,1 juta hingga Rp3 juta, dengan penurunan mencapai 12,2 poin ke level terendah sejak September 2023.

Begitu juga konsumen dengan pengeluaran menengah antara Rp3,1 juta sampai Rp5 juta juga mengalami penurunan kondisi penghasilan.

Yang menilai kondisi penghasilan mereka pada Maret lebih baik dibanding periode sebelumnya adalah konsumen dengan pengeluaran terbawah dan teratas. Kedua kelompok itu mencatat kenaikan indeks masing-masing 6,6 poin dan 2 poin.

Penghasilan saat ini yang sebagian besar dirasakan lebih buruk, sepertinya mempengaruhi pula ekspektasi terhadap kondisi penghasilan enam bulan ke depan.

Indeks Ekspektasi Penghasilan di semua kelompok pengeluaran tercatat turun. Penurunan ekspektasi penghasilan terdalam dicatat oleh konsumen berpengeluaran Rp2,1 juta-Rp3 juta serta Rp4,1 juta hingga Rp5 juta.

3. Ketersediaan Lapangan Kerja

Hampir semua responden survei menilai ketersediaan lapangan kerja di Indonesia saat ini semakin sempit dibanding sebelumnya.

Bahkan, tiga kelompok pengeluaran menengah yaitu antara Rp2,1 juta sampai Rp5 juta, indeksnya jatuh ke level pesimistis yaitu di bawah 100.

Terlemparnya indeks ketersediaan lapangan kerja kelas menengah ke zona pesimistis menjadi yang pertama kali, setelah terakhir kali terjadi pada tahun 2022 silam.

Indeks ketersediaan lapangan kerja terendah dicatat pengeluaran Rp2,1 juta-Rp3 juta yang tercatat di 95,4, terendah sejak Maret 2022.

Kondisi ketersediaan lapangan kerja yang sempit di Indonesia saat ini diperkirakan akan berlanjut ke depan. Indeks Ekspektasi Lapangan Kerja 'terjun' ke level terendah sejak April 2022.

Kelompok pengeluaran menengah lagi-lagi keluar sebagai yang paling sangsi akan terjadi perluasan pekerjaan ke depan. Pengeluaran Rp2,1 juta sampai Rp5 juta mencatat penurunan indeks ekspektasi hingga double digit.

4. Minat Belanja Barang Tahan Lama

Indeks durable goods menjadi salah satu indikator daya beli masyarakat. Ketika indeks ini naik, itu berarti masyarakat masih memiliki rencana berbelanja di luar kebutuhan makanan yang menjadi pertanda daya beli yang baik.

Sebaliknya, bila indeks ini turun, bisa diduga terjadi tekanan daya beli yang membuat masyarakat mengurangi atau bahkan berhenti berbelanja di luar kebutuhan makanan.

Pada Maret, Indeks Belanja Barang Tahan Lama turun sampai 3,5 poin ke level terendah sejak November 2024. Hampir semua kelompok pengeluaran mengalami tekanan daya beli, terindikasi dari penurunan indeks ini, kecuali konsumen kelas atas dengan pengeluaran di atas Rp5 juta per orang per bulan.

Penurunan terdalam dicatat oleh konsumen berpengeluaran antara Rp4,1 juta hingga Rp5 juta, sebesar 8,2 poin pada Maret.

Penurunan indeks ini persis pada bulan ketika musim perayaan datang menjadi indikator paling kuat terjadi tekanan daya beli di tengah masyarakat RI.

Data ini juga sinkron dengan perkembangan proporsi pengeluaran konsumen. Pada Maret lalu ketika Ramadan datang dan Lebaran dirayakan, proporsi pendapatan konsumen yang dialokasikan untuk konsumsi alias average propensity to consume ratio, hanya naik 0,6 poin persentase menjadi 75,3%.

Kenaikan itu diikuti oleh peningkatan alokasi pendapatan untuk membayar cicilan utang. Rasio utang orang Indonesia pada Maret naik menjadi 10,8%, tertinggi dua bulan.

Pada saat yang sama di kala konsumsi dan utang naik ketika musim perayaan datang, rasio tabungan orang Indonesia makin 'jatuh'.

Alokasi pendapatan yang ditabungkan pada Maret lalu hanya sebesar 13,7%, yang menjadi angka terendah sejauh ini bahkan lebih rendah ketimbang rasio tabungan masyarakat saat pecah pandemi lima tahun lalu.

Penurunan rasio tabungan terbesar dicatat oleh konsumen dengan pengeluaran menengah bawah yaitu Rp2,1 juta-Rp3 juta dan konsumen kelas atas di atas Rp5 juta. Masing-masing turun 1,2 poin persentase dan 1,4 poin persentase.

Penurunan rasio tabungan ketika konsumsi dan utang naik menuai dugaan bahwa masyarakat makin banyak memakai tabungan untuk membiayai konsumsi dan membayar utang.

5. Ekspektasi Kegiatan Usaha

Para responden yang disurvei bulan lalu juga tidak terlalu yakin kondisi usaha akan membaik ke depan. Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha pada Maret turun sampai 6,4 poin ke level terendah sejak Oktober lalu.

Konsumen dengan pengeluaran Rp2,1 juta sampai Rp3 juta mencatat penurunan indeks hingga 12,2 poin ke lebel terendah sejak Oktober 2024.

Hanya konsumen dengan pengeluaran terendah antara Rp1 juta sampai Rp2 juta saja yang masih menilai kegiatan usaha ke depan akan lebih baik, dengan kenaikan indeks 1,0 poin pada Maret.

https://www.bloombergtechnoz.com/det...mulai-pesimis/


Bikin survei itu kayak Bank Indonesia gini.
Ada analisisnya, detailnya apa, kategorinya apa, trend nya bagaimana..

Bukan cuma ujug2 dapet angka kepuasan 88% tanpa ada penjelasan rinci apa2..

Bikin ngakak aja hasil survei angka cantik.. emoticon-Ngakak (S)
ryan LimantoAvatar border
MemoryExpressAvatar border
nunuahmadAvatar border
nunuahmad dan 8 lainnya memberi reputasi
9
588
35
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan