- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mitsubishi A6M Zero Pesawat Andalan Kekaisaran Jepang Pada Perang Dunia II


TS
Anca1
Mitsubishi A6M Zero Pesawat Andalan Kekaisaran Jepang Pada Perang Dunia II


Quote:
Pendahuluan
Mitsubishi A6M Zero adalah pesawat tempur jarak jauh yang dioperasikan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dari tahun 1940 hingga 1945. Sekutu menyebutnya "Zero" sejak Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mulai memakai pesawat ini pada tahun 1940. Nama Jepang untuk pesawat ini adalah Rei-shiki kanjō sentōki (零式艦上戦闘機 Pesawat Tempur Kapal Induk Tipe 0). Kode resmi Sekutu adalah Zeke.
Ketika baru mulai dioperasikan pada Perang Dunia II, Zero dianggap pesawat terbang berbasis kapal induk paling mumpuni di dunia, berkat daya manuver yang sangat baik dan jangkauan terbang yang sangat jauh. Pada masa awal operasinya, Zero memperoleh reputasi legendaris sebagai pesawat untuk pertarungan udara, rasio bunuh 12 banding 1. Namun pada pertengahan 1942, kombinasi taktik-taktik baru bersamaan mulai dipakainya peralatan yang lebih baik memungkinkan pilot Sekutu menghadapi pesawat Zero pada kedudukan lebih seimbang. Dinas Udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang juga sering menggunakan pesawat Zero sebagai pesawat tempur berbasis darat. Pada tahun 1943, kelemahan inheren dalam desain serta ketidakmampuan mengembangkan mesin pesawat yang lebih bertenaga membuat Zero makin kurang efektif melawan pesawat tempur musuh tipe baru yang makin mendekati daya manuver Zero, serta dilengkapi daya tembak lebih besar, pelat perisai, serta kecepatan yang lebih baik. Meski Mitsubishi A6M sudah ketinggalan zaman pada tahun 1944, Jepang tidak pernah sepenuhnya mengganti pesawat ini dengan tipe pesawat lebih baru. Pada tahun-tahun terakhir Perang Pasifik, Zero dipakai dalam operasi-operasi kamikaze. Semasa Perang Dunia II berlangsung, Jepang memproduksi lebih banyak pesawat Zero dibandingkan produksi pesawat jenis lainnya.
Mitsubishi A6M Zero adalah pesawat tempur jarak jauh yang dioperasikan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dari tahun 1940 hingga 1945. Sekutu menyebutnya "Zero" sejak Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mulai memakai pesawat ini pada tahun 1940. Nama Jepang untuk pesawat ini adalah Rei-shiki kanjō sentōki (零式艦上戦闘機 Pesawat Tempur Kapal Induk Tipe 0). Kode resmi Sekutu adalah Zeke.
Ketika baru mulai dioperasikan pada Perang Dunia II, Zero dianggap pesawat terbang berbasis kapal induk paling mumpuni di dunia, berkat daya manuver yang sangat baik dan jangkauan terbang yang sangat jauh. Pada masa awal operasinya, Zero memperoleh reputasi legendaris sebagai pesawat untuk pertarungan udara, rasio bunuh 12 banding 1. Namun pada pertengahan 1942, kombinasi taktik-taktik baru bersamaan mulai dipakainya peralatan yang lebih baik memungkinkan pilot Sekutu menghadapi pesawat Zero pada kedudukan lebih seimbang. Dinas Udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang juga sering menggunakan pesawat Zero sebagai pesawat tempur berbasis darat. Pada tahun 1943, kelemahan inheren dalam desain serta ketidakmampuan mengembangkan mesin pesawat yang lebih bertenaga membuat Zero makin kurang efektif melawan pesawat tempur musuh tipe baru yang makin mendekati daya manuver Zero, serta dilengkapi daya tembak lebih besar, pelat perisai, serta kecepatan yang lebih baik. Meski Mitsubishi A6M sudah ketinggalan zaman pada tahun 1944, Jepang tidak pernah sepenuhnya mengganti pesawat ini dengan tipe pesawat lebih baru. Pada tahun-tahun terakhir Perang Pasifik, Zero dipakai dalam operasi-operasi kamikaze. Semasa Perang Dunia II berlangsung, Jepang memproduksi lebih banyak pesawat Zero dibandingkan produksi pesawat jenis lainnya.
Quote:
Sejarah
Pesawat tempur Mitsubishi A5M baru saja memasuki masa dinas pada awal 1937 ketika Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mulai mencari pesawat penggantinya. Pada Mei 1937, angkatan laut menerbitkan spesifikasi pesawat tempur baru berbasis kapal induk 12-Shi, dan menyampaikannya Nakajima dan Mitsubishi. Kedua perusahaan tersebut mulai membuat desain awal, sementara mereka menunggu persyaratan lebih terinci yang akan disampaikan beberapa bulan kemudian.
Berdasarkan pengalaman A5M di Cina, angkatan laut mengirimkan persyaratan yang diperbarui pada Oktober 1937, di antaranya mengharuskan kecepatan terbang 370 mil per jam, dan kemampuan menanjak 3.000 m (9.840 kaki) dalam 3,5 menit. Dilengkapi tanki rurut, angkatan laut menginginkan pesawat yang dapat bertahan terbang selama dua jam pada kecepatan normal, atau 6 hingga 8 jam pada kecepatan jelajah ekonomis. Persenjataan terdiri dari dua meriam 20 mm, dua senapan mesin 7,7 mm (0,303 inci), dan dua bom 30 kg atau 60 kg. Semua pesawat harus dipasangi satu set radio lengkap, ditambah radio pencari arah untuk navigasi jarak jauh. Daya manuver setidaknya harus setara dengan A5M, sementara rentang sayap harus kurang dari 12 m agar dapat digunakan di atas kapal induk. Semua spesifikasi harus terpenuhi dengan memakai mesin-mesin yang sudah ada, sekaligus berarti pembatasan pada desain secara signifikan. Mesin pesawat Zero jarang dapat mencapai 1.000 daya kuda (750 kilowatt) pada semua varian yang diproduksi.
Tim Nakajima menganggap persyaratan pesawat tempur baru itu mustahil dapat diwujudkan, dan menarik diri dari persaingan dengan Mitsubishi pada Januari 1938. Kepala perancang pesawat Mitsubishi, Jiro Horikoshi berpendapat persyaratan pesawat baru itu dapat dipenuhi, asalkan bobot pesawat dibuat seringan mungkin. Desain pesawat ini menerapkan semua kemungkinan upaya penghematan bobot. Sebagian besar dari pesawat dibuat dari logam sangat rahasia paduan aluminium 7075 yang dikembangkan oleh Sumitomo Metal Industries pada tahun 1936. Paduan aluminium itu disebut Extra Super Duralumin (ESD) yang lebih ringan dan lebih kuat dari paduan-paduan aluminium lainnya (misalnya 24S alloy) yang dipakai waktu itu. Namun ESD lebih rapuh dan rawan karat Kelemahan tersebut diimbangi dengan memberi lapisan antikarat setelah pesawat selesai dibuat. Pelat perisai tidak dipasang untuk melindungi pilot, mesin, atau titik-titik kritis pada pesawat. Pesawat ini juga tidak dilengkapi tangki bahan bakar swarapat yang sudah umum pada waktu itu. Tidak adanya pelat perisai membuat pesawat Zero lebih ringan, memiliki daya manuver lebih baik, dan jangkauan terbang lebih jauh dibandingkan pesawat tempur bermesin tunggal lainnya semasa Perang Dunia II. Pesawat Zero dapat mencari sasaran hingga ratusan mil jauhnya, menantangnya untuk duel udara, dan masih dapat kembali ke kapal induk atau pangkalan yang masih ratusan mil jauhnya. Namun upaya meringankan bobot pesawat dengan tidak memasang pelat perisai menyebabkan pesawat ini mudah terbakar dan meledak bila terkena tembakan lawan.
Sebagai pesawat terbang sayap tunggal dengan kantilever untuk pemasangan sayap bawah yang dilengkapi roda pendaratan dapat ditarik masuk, dan kokpit tertutup, Zero adalah salah satu pesawat termodern di dunia ketika baru selesai dibuat. Pesawat ini memiliki sayap kecepatan rendah dengan gaya angkat cukup besar dan beban sayap sangat rendah. Dikombinasikan dengan bobot yang sangat ringan, pesawat ini memiliki kecepatan stal sangat rendah, di bawah 60 kn (110 km/h; 69 mph). Keiistimewaan tersebut menjadi alasan utama pesawat Zero memiliki kemampuan manuver yang fenomenal, dan dapat mengungguli semua pesawat tempur Sekutu dari zamannya. Model-model awal dilengkapi dengan tab servo pada kedua aileron setelah para pilot mengeluh gaya kontrol menjadi terlalu berat ketika pesawat berada pada kecepatan di atas 300 kilometres per hour (190 mph). Pemasangan tab servo tidak dilanjutkan pada model-model selanjutnya setelah diketahui gaya kontrol lebih ringan menyebabkan pilot memberi tekanan berlebihan pada sayap sewaktu melakukan manuver berbahaya.
Desain pesawat Zero pernah dituduh sebagai jiplakan terang-terangan dari pesawat tempur Amerika Serikat dan komponennya yang diekspor ke Jepang pada tahun 1930-an, khususnya pesawat tempur Vought V-143. Chance Vought menjual prototipe dan diagram V-143 kepada Jepang pada tahun 1937. Ketika kepadanya diperlihatkan sebuah pesawat Zero hasil sitaan pada tahun 1943, Presiden Direktur Vought Eugene Wilson mengaku, "[Aku melihat] di sebuah Vought V 142 [sic] atau pesawat yang serupa benar dengannya, buatan Jepang," sementara mesinnya jelas-jelas Chance Vought, ruang penyimpanan roda pendaratan pada pangkal sayap berasal dari Northrop, perancang-perancang Jepang bahkan menyalin stempel inspeksi dari suku cadang tipe Pratt & Whitney. Meski penjualan V-143 sepenuhnya legal, Wilson nantinya mengakui bahwa konflik kepentingan dapat terjadi pada ekspor teknologi militer. Sebenarnya tidak ada hubungan signifikan antara V-143 dan Zero buatan Jepang. V-143 adalah desain pesawat gagal yang telah ditolak oleh Korps Udara Angkatan Darat Amerika Serikat dan beberapa pelanggan di luar negeri. Zero dan V-143 hanya memiliki kesamaan superfisial dalam bentuk. Tuduhan pesawat Zero sebagai hasil jiplakan terbukti meragukan.
Pesawat tempur Mitsubishi A5M baru saja memasuki masa dinas pada awal 1937 ketika Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mulai mencari pesawat penggantinya. Pada Mei 1937, angkatan laut menerbitkan spesifikasi pesawat tempur baru berbasis kapal induk 12-Shi, dan menyampaikannya Nakajima dan Mitsubishi. Kedua perusahaan tersebut mulai membuat desain awal, sementara mereka menunggu persyaratan lebih terinci yang akan disampaikan beberapa bulan kemudian.
Berdasarkan pengalaman A5M di Cina, angkatan laut mengirimkan persyaratan yang diperbarui pada Oktober 1937, di antaranya mengharuskan kecepatan terbang 370 mil per jam, dan kemampuan menanjak 3.000 m (9.840 kaki) dalam 3,5 menit. Dilengkapi tanki rurut, angkatan laut menginginkan pesawat yang dapat bertahan terbang selama dua jam pada kecepatan normal, atau 6 hingga 8 jam pada kecepatan jelajah ekonomis. Persenjataan terdiri dari dua meriam 20 mm, dua senapan mesin 7,7 mm (0,303 inci), dan dua bom 30 kg atau 60 kg. Semua pesawat harus dipasangi satu set radio lengkap, ditambah radio pencari arah untuk navigasi jarak jauh. Daya manuver setidaknya harus setara dengan A5M, sementara rentang sayap harus kurang dari 12 m agar dapat digunakan di atas kapal induk. Semua spesifikasi harus terpenuhi dengan memakai mesin-mesin yang sudah ada, sekaligus berarti pembatasan pada desain secara signifikan. Mesin pesawat Zero jarang dapat mencapai 1.000 daya kuda (750 kilowatt) pada semua varian yang diproduksi.
Tim Nakajima menganggap persyaratan pesawat tempur baru itu mustahil dapat diwujudkan, dan menarik diri dari persaingan dengan Mitsubishi pada Januari 1938. Kepala perancang pesawat Mitsubishi, Jiro Horikoshi berpendapat persyaratan pesawat baru itu dapat dipenuhi, asalkan bobot pesawat dibuat seringan mungkin. Desain pesawat ini menerapkan semua kemungkinan upaya penghematan bobot. Sebagian besar dari pesawat dibuat dari logam sangat rahasia paduan aluminium 7075 yang dikembangkan oleh Sumitomo Metal Industries pada tahun 1936. Paduan aluminium itu disebut Extra Super Duralumin (ESD) yang lebih ringan dan lebih kuat dari paduan-paduan aluminium lainnya (misalnya 24S alloy) yang dipakai waktu itu. Namun ESD lebih rapuh dan rawan karat Kelemahan tersebut diimbangi dengan memberi lapisan antikarat setelah pesawat selesai dibuat. Pelat perisai tidak dipasang untuk melindungi pilot, mesin, atau titik-titik kritis pada pesawat. Pesawat ini juga tidak dilengkapi tangki bahan bakar swarapat yang sudah umum pada waktu itu. Tidak adanya pelat perisai membuat pesawat Zero lebih ringan, memiliki daya manuver lebih baik, dan jangkauan terbang lebih jauh dibandingkan pesawat tempur bermesin tunggal lainnya semasa Perang Dunia II. Pesawat Zero dapat mencari sasaran hingga ratusan mil jauhnya, menantangnya untuk duel udara, dan masih dapat kembali ke kapal induk atau pangkalan yang masih ratusan mil jauhnya. Namun upaya meringankan bobot pesawat dengan tidak memasang pelat perisai menyebabkan pesawat ini mudah terbakar dan meledak bila terkena tembakan lawan.
Sebagai pesawat terbang sayap tunggal dengan kantilever untuk pemasangan sayap bawah yang dilengkapi roda pendaratan dapat ditarik masuk, dan kokpit tertutup, Zero adalah salah satu pesawat termodern di dunia ketika baru selesai dibuat. Pesawat ini memiliki sayap kecepatan rendah dengan gaya angkat cukup besar dan beban sayap sangat rendah. Dikombinasikan dengan bobot yang sangat ringan, pesawat ini memiliki kecepatan stal sangat rendah, di bawah 60 kn (110 km/h; 69 mph). Keiistimewaan tersebut menjadi alasan utama pesawat Zero memiliki kemampuan manuver yang fenomenal, dan dapat mengungguli semua pesawat tempur Sekutu dari zamannya. Model-model awal dilengkapi dengan tab servo pada kedua aileron setelah para pilot mengeluh gaya kontrol menjadi terlalu berat ketika pesawat berada pada kecepatan di atas 300 kilometres per hour (190 mph). Pemasangan tab servo tidak dilanjutkan pada model-model selanjutnya setelah diketahui gaya kontrol lebih ringan menyebabkan pilot memberi tekanan berlebihan pada sayap sewaktu melakukan manuver berbahaya.
Desain pesawat Zero pernah dituduh sebagai jiplakan terang-terangan dari pesawat tempur Amerika Serikat dan komponennya yang diekspor ke Jepang pada tahun 1930-an, khususnya pesawat tempur Vought V-143. Chance Vought menjual prototipe dan diagram V-143 kepada Jepang pada tahun 1937. Ketika kepadanya diperlihatkan sebuah pesawat Zero hasil sitaan pada tahun 1943, Presiden Direktur Vought Eugene Wilson mengaku, "[Aku melihat] di sebuah Vought V 142 [sic] atau pesawat yang serupa benar dengannya, buatan Jepang," sementara mesinnya jelas-jelas Chance Vought, ruang penyimpanan roda pendaratan pada pangkal sayap berasal dari Northrop, perancang-perancang Jepang bahkan menyalin stempel inspeksi dari suku cadang tipe Pratt & Whitney. Meski penjualan V-143 sepenuhnya legal, Wilson nantinya mengakui bahwa konflik kepentingan dapat terjadi pada ekspor teknologi militer. Sebenarnya tidak ada hubungan signifikan antara V-143 dan Zero buatan Jepang. V-143 adalah desain pesawat gagal yang telah ditolak oleh Korps Udara Angkatan Darat Amerika Serikat dan beberapa pelanggan di luar negeri. Zero dan V-143 hanya memiliki kesamaan superfisial dalam bentuk. Tuduhan pesawat Zero sebagai hasil jiplakan terbukti meragukan.
Quote:
Operasional
Pesawat-pesawat Zero pertama (A6M2 pre-series) mulai beroperasi pada Juli 1940. Pada 13 September 1940, pesawat-pesawat Zeros mencatat kemenangan pertama pertempuran udara-ke-udara setelah 13 pesawat A6M2 pimpinan Letnan Saburo Shindo menyerang 27 pesawat Polikarpov I-15 dan I-16 buatan Rusia milik Angkatan Udara Cina Nasionalis. Semua pesawat tempur Cina Nasional ditembak jatuh tanpa Jepang mengalami kerugian sebuah pesawat pun. Pada saat ditarik mundur setahun kemudian, pesawat Zero telah berhasil menembak jatuh 99 pesawat Cina (266 pesawat menurut sumber-sumber lain).
Pada saat dilancarkannya Serangan Pearl Harbor sejumlah 420 pesawat Zero aktif beroperasi di Pasifik. Model 21 basis kapal induk adalah tipe Zero yang dipakai menghadapi pesawat Amerika Serikat. Pesawat Zero model 21 memiliki jarak terbang luar biasa, sejauh lebih dari 2.600 km (1.600 mil). Pesawat ini dapat menjangkau sasaran-sasaran yang jauh dari kapal induk, lebih jauh dari kemampuan yang diharapkan sebelumnya. Zero dapat mendatangi medan pertempuran yang begitu jauh jaraknya sehingga komandan-komandan Sekutu merasakan pesawat-pesawat Zero yang datang jumlahnya lebih banyak dari jumlah sebenarnya.
Pesawat Zero dengan cepat mendapat reputasi sebagai pesawat tempur yang menakutkan. Berkat kombinasi daya manuver yang luar biasa dan daya tembaknya, pesawat Zero dengan mudah dapat menyelesaikan kumpulan pesawat tempur campuran milik Sekutu yang dikirim ke Pasifik pada tahun 1941. Zero terbukti sebagai musuh yang tangguh bahkan untuk Supermarine Spitfire. Meski terbang tidak secepat pesawat tempur Inggris, pesawat Zero dapat mengecoh Spitfire dengan mudahnya, dapat terus menerus menanjak pada sudut sangat curam, dan dapat berada di udara tiga kali lipat lebih lama.
Namun Sekutu segera mengembangkan taktik untuk mengatasi Zero. Pesawat Zero sangat lincah, meladeni pertarungan udara tradisional dengan sebuah Zero kemungkinan akan berakhir dengan fatal. Ketika menjadi lawan Zero, pesawat sebaiknya menukik dalam kecepatan tinggi dari atas, memberondong sejumlah tembakan, lalu menanjak kembali hingga di ketinggian. (Serentetan pendek tembakan dari senapan mesin berat atau meriam sering sudah cukup untuk menjatuhkan pesawat Zero yang rapuh). Taktik "boom-and-zoom" (menembak lalu kabur) seperti ini terbukti sukses dalam Teater Cina Burma India (CBI) oleh "Flying Tigers" dari American Volunteer Group (AVG) ketika melawan pesawat terbang Angkatan Darat Jepang yang memiliki daya manuver serupa seperti Nakajima Ki-27 Nate and Ki-43 Oscar. Pilot-pilot AVG dilatih untuk memanfaatkan sebaik-baiknya keunggulan P-40 yang kukuh, bersenjata berat, secara umum lebih cepat dalam menukik dan terbang datar pada ketinggian rendah, serta kemampuan guling yang baik.
Manuver penting lainnya disebut "Thach Weave" (Anyaman Thach) yang diciptakan oleh Mayor Udara John S. "Jimmy" Thach. Dua pesawat terbang dalam formasi, terpisah dengan jarak 60 m (200 kaki) satu sama lainnya. Bila ekor salah satu pesawat dikunci oleh pesawat Zero, maka dua pesawat tersebut akan terbang saling bersilangan, memotong arah terbang satu sama lainnya. Bila pesawat Zero terus mengikuti pesawat target yang dikuncinya, maka pesawat Zero itu akan berada dalam posisi tembak wingman pesawat target. Taktik ini pertama kali dipakai dengan hasil baik selama Pertempuran Midway, dan setelah itu di atas Kepulauan Solomon, dab berakibat pada tewasnya penerbang berpengalaman Jepang dalam jumlah besar. Kualitas keterampilan penerbang lawan yang harus dihadapi penerbang Sekutu makin menurun, dan akhirnya menjadi faktor penting kemenangan Sekutu. Tewasnya penerbang berpengalaman dalam jumlah besar Pertempuran Laut Karang dan Pertempuran Midway tidak dapat digantikan oleh Jepang, dan menjadi pukulan berat bagi kekuatan kapal induk Jepang.
Sebaliknya, pesawat-pesawat tempur Sekutu memiliki desain yang kukuh dan dapat melindungi penerbangnya. Penerbang jagoan Saburo Sakai menjelaskan ketangguhan pesawat-pesawat tahap awal Grumman sebagai faktor yang menghalangi diperolehnya supremasi udara oleh pesawat Zero:
Aku yakin sekali dengan kemampuanku menghancurkan pesawat Grumman itu dan memutuskan untuk menghabisi pesawat musuh itu hanya dengan senapan mesin kaliber 7,7 mm yang kumiliki. Aku menyetel meriam 20 mm pada posisi off (tembak), dan terbang mendekat. Untuk alasan yang aneh, bahkan setelah aku menghujani sekitar lima atau enam ratus rentetan langsung ke arah Grumman itu, pesawat itu tidak jatuh, tapi terus terbang! Aku pikir ini sangat aneh--tidak pernah terjadi sebelumnya--dan aku memperkecil jarak antara pesawatku dengan pesawat musuh hingga hampir-hampir aku dapat meraihnya dan menyentuh Grumman itu. Aku terkejut melihat kemudi belok dan ekor Grumman tercabik-cabik, tampak seperti sobekan kain rombeng. Dengan pesawat dalam keadaan seperti itu, tidak heran kalau pilotnya sudah tidak lagi mampu melawan! Tapi sebuah pesawat Zero yang tertembak dengan jumlah peluru yang sama pastinya sudah jadi sebuah bola api sekarang.
Setelah Lockheed P-38 Lightning, Grumman F6F Hellcat, dan Vought F4U Corsair yang lebih bertenaga tampil di medan perang Pasifik, pesawat Zero yang memakai mesin bertenaga rendah, dipaksa keras untuk mampu bersaing. Pada pertempuran dengan F6F atau F4U, satu-satunya hal positif yang dapat dikatakan mengenai Zero pada tahap perang ini adalah kemampuan manuver yang sama baiknya dibandingkan sebagian besar pesawat lawan, bila pesawat Zero itu berada di tangan pilot yang terampil. Meskipun demikian, di tangan pilot mahir, Zero masih bisa mematikan.
Disebabkan kurangnya mesin pesawat bertenaga tinggi dan masalah dalam pengembangan model-model pengganti yang direncanakan, Zero terus diproduksi hingga tahun 1945. Total produksi A6M kira-kira 10.449 buah pesawat (3.879 oleh Mitsubishi dan 6.570 oleh Nakajima)
Pesawat-pesawat Zero pertama (A6M2 pre-series) mulai beroperasi pada Juli 1940. Pada 13 September 1940, pesawat-pesawat Zeros mencatat kemenangan pertama pertempuran udara-ke-udara setelah 13 pesawat A6M2 pimpinan Letnan Saburo Shindo menyerang 27 pesawat Polikarpov I-15 dan I-16 buatan Rusia milik Angkatan Udara Cina Nasionalis. Semua pesawat tempur Cina Nasional ditembak jatuh tanpa Jepang mengalami kerugian sebuah pesawat pun. Pada saat ditarik mundur setahun kemudian, pesawat Zero telah berhasil menembak jatuh 99 pesawat Cina (266 pesawat menurut sumber-sumber lain).
Pada saat dilancarkannya Serangan Pearl Harbor sejumlah 420 pesawat Zero aktif beroperasi di Pasifik. Model 21 basis kapal induk adalah tipe Zero yang dipakai menghadapi pesawat Amerika Serikat. Pesawat Zero model 21 memiliki jarak terbang luar biasa, sejauh lebih dari 2.600 km (1.600 mil). Pesawat ini dapat menjangkau sasaran-sasaran yang jauh dari kapal induk, lebih jauh dari kemampuan yang diharapkan sebelumnya. Zero dapat mendatangi medan pertempuran yang begitu jauh jaraknya sehingga komandan-komandan Sekutu merasakan pesawat-pesawat Zero yang datang jumlahnya lebih banyak dari jumlah sebenarnya.
Pesawat Zero dengan cepat mendapat reputasi sebagai pesawat tempur yang menakutkan. Berkat kombinasi daya manuver yang luar biasa dan daya tembaknya, pesawat Zero dengan mudah dapat menyelesaikan kumpulan pesawat tempur campuran milik Sekutu yang dikirim ke Pasifik pada tahun 1941. Zero terbukti sebagai musuh yang tangguh bahkan untuk Supermarine Spitfire. Meski terbang tidak secepat pesawat tempur Inggris, pesawat Zero dapat mengecoh Spitfire dengan mudahnya, dapat terus menerus menanjak pada sudut sangat curam, dan dapat berada di udara tiga kali lipat lebih lama.
Namun Sekutu segera mengembangkan taktik untuk mengatasi Zero. Pesawat Zero sangat lincah, meladeni pertarungan udara tradisional dengan sebuah Zero kemungkinan akan berakhir dengan fatal. Ketika menjadi lawan Zero, pesawat sebaiknya menukik dalam kecepatan tinggi dari atas, memberondong sejumlah tembakan, lalu menanjak kembali hingga di ketinggian. (Serentetan pendek tembakan dari senapan mesin berat atau meriam sering sudah cukup untuk menjatuhkan pesawat Zero yang rapuh). Taktik "boom-and-zoom" (menembak lalu kabur) seperti ini terbukti sukses dalam Teater Cina Burma India (CBI) oleh "Flying Tigers" dari American Volunteer Group (AVG) ketika melawan pesawat terbang Angkatan Darat Jepang yang memiliki daya manuver serupa seperti Nakajima Ki-27 Nate and Ki-43 Oscar. Pilot-pilot AVG dilatih untuk memanfaatkan sebaik-baiknya keunggulan P-40 yang kukuh, bersenjata berat, secara umum lebih cepat dalam menukik dan terbang datar pada ketinggian rendah, serta kemampuan guling yang baik.
Manuver penting lainnya disebut "Thach Weave" (Anyaman Thach) yang diciptakan oleh Mayor Udara John S. "Jimmy" Thach. Dua pesawat terbang dalam formasi, terpisah dengan jarak 60 m (200 kaki) satu sama lainnya. Bila ekor salah satu pesawat dikunci oleh pesawat Zero, maka dua pesawat tersebut akan terbang saling bersilangan, memotong arah terbang satu sama lainnya. Bila pesawat Zero terus mengikuti pesawat target yang dikuncinya, maka pesawat Zero itu akan berada dalam posisi tembak wingman pesawat target. Taktik ini pertama kali dipakai dengan hasil baik selama Pertempuran Midway, dan setelah itu di atas Kepulauan Solomon, dab berakibat pada tewasnya penerbang berpengalaman Jepang dalam jumlah besar. Kualitas keterampilan penerbang lawan yang harus dihadapi penerbang Sekutu makin menurun, dan akhirnya menjadi faktor penting kemenangan Sekutu. Tewasnya penerbang berpengalaman dalam jumlah besar Pertempuran Laut Karang dan Pertempuran Midway tidak dapat digantikan oleh Jepang, dan menjadi pukulan berat bagi kekuatan kapal induk Jepang.
Sebaliknya, pesawat-pesawat tempur Sekutu memiliki desain yang kukuh dan dapat melindungi penerbangnya. Penerbang jagoan Saburo Sakai menjelaskan ketangguhan pesawat-pesawat tahap awal Grumman sebagai faktor yang menghalangi diperolehnya supremasi udara oleh pesawat Zero:
Aku yakin sekali dengan kemampuanku menghancurkan pesawat Grumman itu dan memutuskan untuk menghabisi pesawat musuh itu hanya dengan senapan mesin kaliber 7,7 mm yang kumiliki. Aku menyetel meriam 20 mm pada posisi off (tembak), dan terbang mendekat. Untuk alasan yang aneh, bahkan setelah aku menghujani sekitar lima atau enam ratus rentetan langsung ke arah Grumman itu, pesawat itu tidak jatuh, tapi terus terbang! Aku pikir ini sangat aneh--tidak pernah terjadi sebelumnya--dan aku memperkecil jarak antara pesawatku dengan pesawat musuh hingga hampir-hampir aku dapat meraihnya dan menyentuh Grumman itu. Aku terkejut melihat kemudi belok dan ekor Grumman tercabik-cabik, tampak seperti sobekan kain rombeng. Dengan pesawat dalam keadaan seperti itu, tidak heran kalau pilotnya sudah tidak lagi mampu melawan! Tapi sebuah pesawat Zero yang tertembak dengan jumlah peluru yang sama pastinya sudah jadi sebuah bola api sekarang.
Setelah Lockheed P-38 Lightning, Grumman F6F Hellcat, dan Vought F4U Corsair yang lebih bertenaga tampil di medan perang Pasifik, pesawat Zero yang memakai mesin bertenaga rendah, dipaksa keras untuk mampu bersaing. Pada pertempuran dengan F6F atau F4U, satu-satunya hal positif yang dapat dikatakan mengenai Zero pada tahap perang ini adalah kemampuan manuver yang sama baiknya dibandingkan sebagian besar pesawat lawan, bila pesawat Zero itu berada di tangan pilot yang terampil. Meskipun demikian, di tangan pilot mahir, Zero masih bisa mematikan.
Disebabkan kurangnya mesin pesawat bertenaga tinggi dan masalah dalam pengembangan model-model pengganti yang direncanakan, Zero terus diproduksi hingga tahun 1945. Total produksi A6M kira-kira 10.449 buah pesawat (3.879 oleh Mitsubishi dan 6.570 oleh Nakajima)
Quote:
Varian
Quote:
A6M1, Prototipe Tipe 0
Spoiler for A6M1:

Quote:
A6M2 Tipe 0 Model 11
Spoiler for A6M2 Tipe 0 Model 11:

Quote:
A6M2 Tipe 0 Model 21
Spoiler for A6M2 Tipe 0 Model 21:

Quote:
A6M3 Tipe 0 Model 32
Spoiler for A6M3 Tipe 0 Model 32:
Quote:
A6M3 Tipe 0 Model 22
Spoiler for A6M3 Tipe 0 Model 22:

Quote:
A6M4 Tipe 0 Model 41
Spoiler for Mitsubishi A6M4:

Quote:
A6M5 Tipe 0 Model 52
Spoiler for A6M5 Tipe 0 Model 52:

Quote:
A6M6c Tipe 0 Model 53c
Spoiler for A6M6c Tipe 0 Model 53c:

Quote:
A6M7 Tipe 0 Model 62
Spoiler for A6M7 Tipe 0 Model 62:

Quote:
A6M8 Tipe 0 Model 64
Spoiler for A6M8 Tipe 0 Model 64:

Quote:
Mitsubishi Zero TNI
Spoiler for Mitsubishi Zero TNI :

Quote:
Trailer film Jepang tentang pilot Mitubishi Zero
Spoiler for ‘The Eternal Zero’:

Quote:
Spoiler for Sumber:
http://id.wikipedia.org/

Diubah oleh Anca1 25-02-2015 16:12






blueguy.co.id dan 5 lainnya memberi reputasi
6
11.2K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan