- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kapan Nikah? Pertanyaan yang Seharusnya Bisa Dipenjara Kalau Terlalu Sering Diucapkan


TS
millenie
Kapan Nikah? Pertanyaan yang Seharusnya Bisa Dipenjara Kalau Terlalu Sering Diucapkan

Lebaran datang, kumpul keluarga, makanan melimpah, ketawa-ketawa, dan… boom pertanyaan maut pun muncul: "Kapan nikah?"
Ini pertanyaan yang lebih sering muncul daripada iklan Shopee di YouTube. Setiap tahun, setiap momen kumpul-kumpul, ada saja yang iseng nanya. Dan anehnya, mereka nanya seolah-olah kita punya kontrol penuh atas hidup seperti admin grup WhatsApp keluarga. Padahal kenyataannya? Kita bahkan masih bingung mau makan apa besok pagi.
Kenapa Orang-Orang Suka Banget Nanya Ini?
Apakah mereka benar-benar peduli? Atau ini cuma bentuk olahraga bibir supaya tidak kaku? Berdasarkan riset tak resmi yang dilakukan oleh korban pertanyaan ini, ada beberapa alasan kenapa orang suka banget melontarkan pertanyaan ini:
1. Bosan sama hidup mereka sendiri. Ya, jadi mereka butuh hiburan dari penderitaan orang lain.
2. Mereka sudah menikah dan merasa punya tanggung jawab untuk menyebarkan “virus” pernikahan.
3. Tradisi turun-temurun.** Orang dulu ditanya begitu, terus mereka balas dendam ke generasi berikutnya.
4. Supaya ada bahan gosip. Kalau kita jawab dengan kalimat ambigu, mereka akan mendiskusikannya berjam-jam.
5. Mereka kira hidup kita kayak sinetron, ada script yang jelas. Tamat kuliah, kerja, nikah, punya anak, repeat.
Padahal, kalau mereka benar-benar peduli, pertanyaan yang lebih relevan adalah, "Kamu udah bahagia?" atau "Ada yang bisa aku bantu?" Bukan malah nanya "kapan nikah?" seolah-olah menikah itu kayak tukang parkir yang tinggal kasih kode maju atau mundur.
Jawaban-Jawaban Sekenanya untuk Menghadapi Pertanyaan Ini
Buat kalian yang sering jadi korban pertanyaan ini, berikut beberapa template jawaban yang bisa digunakan tergantung situasi dan tingkat kesabaran:
1. Jawaban diplomatis: "Doain aja ya, masih mencari yang terbaik."
2. Jawaban mistis: "Belum dapet wangsit dari leluhur."
3. Jawaban sarkas: "Lagi nunggu tanggal merah biar acaranya hemat."
4. Jawaban dramatis: "Saya udah nikah dalam hati, tapi dia belum sadar."
5. Jawaban plot twist: "Udah, tapi rahasia negara."
6. Jawaban spiritual: "Menikah bukan tujuan utama, yang penting mencapai kedamaian batin."
7. Jawaban taktis: "Mau patungan buat biayanya?"
8. Jawaban teknis: "Tunggu sinyal dari BI kalau ekonomi stabil."
Jawaban ini bisa disesuaikan dengan siapa yang bertanya. Kalau yang nanya saudara jauh yang nggak pernah peduli sama hidup kita, jawab aja sekenanya. Kalau yang nanya orang tua sendiri, ya... mungkin jawaban yang lebih hati-hati perlu dipikirkan.
Efek Samping dari Pertanyaan Ini
Banyak yang nggak sadar, pertanyaan ini bisa membawa dampak psikologis yang mendalam. Buat yang udah berusaha cari pasangan tapi belum ketemu, ini bisa bikin mereka makin stres. Buat yang belum siap nikah, ini bisa bikin mereka berpikir ada yang salah dengan hidup mereka. Dan buat yang udah menolak konsep pernikahan? Ini bisa bikin mereka makin yakin bahwa dunia ini kejam dan penuh tekanan sosial.
Lebih parah lagi, pertanyaan ini bisa jadi pemicu debat panjang. Apalagi kalau jawaban kita nyeleneh. Bisa-bisa malah berakhir dengan sesi ceramah panjang soal keutamaan menikah, diselipin pengalaman hidup orang lain yang nggak kita minta.
Kenapa Harus Ada Hukuman untuk Pertanyaan Ini?
Kalau dipikir-pikir, beberapa hal kecil di dunia ini sudah ada aturannya. Nyebrang jalan sembarangan kena tilang, buang sampah sembarangan kena denda, tapi kenapa orang yang nanya "kapan nikah?" nggak kena sanksi sosial?
Maka dari itu, kita harus mulai menyusun aturan baru:
1. Siapa pun yang bertanya "kapan nikah?" lebih dari tiga kali dalam setahun, harus traktir korban pertanyaannya makan sepuasnya.
2. Kalau sampai pertanyaan ini membuat seseorang baper, si penanya wajib membiayai liburan korban supaya bisa healing.
3. Buat yang sudah menikah dan masih nanya pertanyaan ini, wajib sharing pengalaman rumah tangga yang jujur, termasuk sisi horornya.
4. Kalau yang nanya adalah orang yang pernikahannya bermasalah, dia wajib introspeksi sebelum menghakimi hidup orang lain.
Alternatif Pertanyaan yang Lebih Beradab
Daripada nanya "kapan nikah?" lebih baik nanya hal-hal yang lebih membangun, seperti:
- "Gimana kabarnya?"
- "Ada rencana baru dalam hidup?"
- "Udah makan?" (Pertanyaan sejuta umat yang selalu valid)
- "Apa yang bikin kamu bahagia belakangan ini?"
- "Perlu duit?" (Yang ini auto bikin senyum!)
Pada akhirnya, hidup ini bukan soal menikah atau nggak menikah. Hidup ini soal bagaimana kita bisa bahagia dan nyaman dengan pilihan kita. Jadi, buat semua yang masih suka nanya "kapan nikah?" coba tanya ke diri sendiri dulu: **Emang kalau dia nikah, hidup kamu jadi lebih baik?** Kalau nggak, ya udah, diem aja. Tahan lidah, biar dunia ini jadi tempat yang lebih damai.
Sampai jumpa di Lebaran tahun depan, dengan pertanyaan yang (semoga) lebih bermutu!






maroonia dan 8 lainnya memberi reputasi
9
673
37


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan