- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Rupiah Anjlok ke Level Terendah sejak 1998, Isyarat Krisis Baru atau Hanya Sementara?


TS
mabdulkarim
Rupiah Anjlok ke Level Terendah sejak 1998, Isyarat Krisis Baru atau Hanya Sementara?
Rupiah Anjlok ke Level Terendah sejak 1998, Isyarat Krisis Baru atau Hanya Guncangan Sementara?

Kompas.com - 26/03/2025, 13:00 WIB Isna Rifka Sri Rahayu, Aprillia Ika Tim Redaksi 3 15 Lihat Foto Ilustrasi nilai tukar rupiah.(SHUTTERSTOCK/MAHARDIKA ARGHA)
JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami penurunan signifikan pada Selasa (25/3/2025). Bahkan, ini mencapai level terendah sejak krisis moneter Asia pada Juni 1998. Mata uang Garuda sempat turun 0,5 persen ke level 16.640 per dollar AS dan terus melemah hingga penutupan perdagangan kemarin di level Rp 16.611 per dollar AS, atau turun 0,27 persen (44 poin) dibandingkan penutupan sebelumnya.
Sejauh ini, mata uang rupiah telah melemah 4,79 persen selama setahun terakhir. Meski demikian, pelemahan nilai tukar pada Selasa kemarin tidak hanya terjadi pada rupiah. Mata uang ringgit Malaysia melemah 0,2 persen dan baht Thailand juga turun ke level terendah dalam tiga minggu.
Dikutip dari Reuters, pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal, termasuk tingginya permintaan pasar domestik untuk repatriasi dana dan pembayaran lainnya. Rencana belanja populis pemerintah, usulan pengawasan BUMN oleh lembaga sovereign wealth fund yang baru, serta ekspansi peran militer dalam masyarakat sipil turut memicu kekhawatiran akan stabilitas fiskal jangka panjang Indonesia. Kecemasan pasar semakin meningkat setelah beredar rumor mengenai pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang dikenal sebagai penjaga disiplin fiskal pemerintah. Namun, kemudian, rumor tersebut dibantah oleh Sri Mulyani.
"Kinerja buruk rupiah sebagian besar disebabkan oleh faktor fundamental yang melemah, termasuk kekhawatiran fiskal, defisit transaksi berjalan yang tak terduga, perlambatan ekonomi, dan ekspektasi bahwa BI mungkin harus segera melonggarkan kebijakan," ujar Christopher Wong, analis mata uang di OCBC, dikutip dari Kontan.
Kendati demikian, kepada Reuters, seorang pejabat Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa bank sentral telah melakukan intervensi untuk meredam pelemahan rupiah.

Lihat Foto Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (21/11/2024).(KOMPAS.com/Isna Rifka Sri Rahayu) Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, dalam jangka pendek, pelemahan rupiah akan berdampak pada stabilitas ekonomi Indonesia.
Pasalnya, ketidakstabilan nilai tukar dapat menambah ketidakpastian dalam ekonomi, yang berdampak pada iklim investasi dan kegiatan ekonomi secara lebih luas.
"Kalau rupiahnya gonjang-ganjing, ini akan berimplikasi kepada kondisi makroekonomi kita," ujarnya dalam diskusi publik Indef, Selasa (26/3/2025).
Dia melanjutkan, fluktuasi nilai tukar rupiah dapat berpengaruh pada ekspektasi pasar terhadap kondisi ekonomi, termasuk saat momen-momen penting seperti Lebaran.
Seperti diketahui, aktivitas mudik Lebaran tahun ini diprediksi lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Jumlah pemudik diperkirakan berkurang menjadi 146,48 juta pemudik, sehingga potensi perputaran uang selama Lebaran diperkirakan turun 12,3 persen menjadi Rp 137,97 triliun.
"Para pelaku di pasar uang juga melihat bagaimana Lebaran dan diproyeksikan ini juga lebih rendah dari tahun lalu yang mudik. Itu juga berimplikasi pada konfigurasi dari rupiah," ucapnya.
Pelemahan nilai tukar rupiah juga bakal berdampak langsung pada pembayaran bunga utang, khususnya yang berbasis valuta asing (global bonds).
Ketika rupiah melemah, biaya pembayaran utang dalam mata uang asing akan meningkat, karena negara harus mengeluarkan lebih banyak rupiah untuk memenuhi kewajiban utang dalam mata uang asing. Belum lagi dampak pada beban subsidi energi yang akan meningkat, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM) yang banyak diimpor. Sebab, biaya impor BBM akan semakin mahal dalam mata uang rupiah yang lebih lemah
. Eko menambahkan, pelemahan rupiah dapat meningkatkan biaya produksi di Indonesia yang kemudian dapat mendorong kenaikan harga produk di pasar domestik. Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap impor bahan baku dan komponen, sehingga ketika nilai tukar rupiah melemah, biaya untuk impor barang dan bahan baku juga meningkat.
"Pada prinsipnya, kalau rupiah melemah, memang risikonya banyak, manfaatnya sedikit, ya, bahkan mungkin tidak ada. Kadang pejabat bilang itu (pelemahan rupiah) bisa mendorong ekspor, jangan percaya. Kecuali memang kita sangat kuat di ekspor," tuturnya.
https://money.kompas.com/read/2025/0...age=all#page2.
Semoga tidak terjadi krisis ekonomi secara harga gula pasir dan beras masih stabil sampai akhir Ramadan
Terlebih gelombang demo UU TNI, boikot kepada mereka-mereka yang pernah memilih Presiden Prabowo oleh para warganet, dan ancaman mogok bayar pajak.

Kompas.com - 26/03/2025, 13:00 WIB Isna Rifka Sri Rahayu, Aprillia Ika Tim Redaksi 3 15 Lihat Foto Ilustrasi nilai tukar rupiah.(SHUTTERSTOCK/MAHARDIKA ARGHA)
JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami penurunan signifikan pada Selasa (25/3/2025). Bahkan, ini mencapai level terendah sejak krisis moneter Asia pada Juni 1998. Mata uang Garuda sempat turun 0,5 persen ke level 16.640 per dollar AS dan terus melemah hingga penutupan perdagangan kemarin di level Rp 16.611 per dollar AS, atau turun 0,27 persen (44 poin) dibandingkan penutupan sebelumnya.
Sejauh ini, mata uang rupiah telah melemah 4,79 persen selama setahun terakhir. Meski demikian, pelemahan nilai tukar pada Selasa kemarin tidak hanya terjadi pada rupiah. Mata uang ringgit Malaysia melemah 0,2 persen dan baht Thailand juga turun ke level terendah dalam tiga minggu.
Dikutip dari Reuters, pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal, termasuk tingginya permintaan pasar domestik untuk repatriasi dana dan pembayaran lainnya. Rencana belanja populis pemerintah, usulan pengawasan BUMN oleh lembaga sovereign wealth fund yang baru, serta ekspansi peran militer dalam masyarakat sipil turut memicu kekhawatiran akan stabilitas fiskal jangka panjang Indonesia. Kecemasan pasar semakin meningkat setelah beredar rumor mengenai pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang dikenal sebagai penjaga disiplin fiskal pemerintah. Namun, kemudian, rumor tersebut dibantah oleh Sri Mulyani.
"Kinerja buruk rupiah sebagian besar disebabkan oleh faktor fundamental yang melemah, termasuk kekhawatiran fiskal, defisit transaksi berjalan yang tak terduga, perlambatan ekonomi, dan ekspektasi bahwa BI mungkin harus segera melonggarkan kebijakan," ujar Christopher Wong, analis mata uang di OCBC, dikutip dari Kontan.
Kendati demikian, kepada Reuters, seorang pejabat Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa bank sentral telah melakukan intervensi untuk meredam pelemahan rupiah.

Lihat Foto Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (21/11/2024).(KOMPAS.com/Isna Rifka Sri Rahayu) Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, dalam jangka pendek, pelemahan rupiah akan berdampak pada stabilitas ekonomi Indonesia.
Pasalnya, ketidakstabilan nilai tukar dapat menambah ketidakpastian dalam ekonomi, yang berdampak pada iklim investasi dan kegiatan ekonomi secara lebih luas.
"Kalau rupiahnya gonjang-ganjing, ini akan berimplikasi kepada kondisi makroekonomi kita," ujarnya dalam diskusi publik Indef, Selasa (26/3/2025).
Dia melanjutkan, fluktuasi nilai tukar rupiah dapat berpengaruh pada ekspektasi pasar terhadap kondisi ekonomi, termasuk saat momen-momen penting seperti Lebaran.
Seperti diketahui, aktivitas mudik Lebaran tahun ini diprediksi lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Jumlah pemudik diperkirakan berkurang menjadi 146,48 juta pemudik, sehingga potensi perputaran uang selama Lebaran diperkirakan turun 12,3 persen menjadi Rp 137,97 triliun.
"Para pelaku di pasar uang juga melihat bagaimana Lebaran dan diproyeksikan ini juga lebih rendah dari tahun lalu yang mudik. Itu juga berimplikasi pada konfigurasi dari rupiah," ucapnya.
Pelemahan nilai tukar rupiah juga bakal berdampak langsung pada pembayaran bunga utang, khususnya yang berbasis valuta asing (global bonds).
Ketika rupiah melemah, biaya pembayaran utang dalam mata uang asing akan meningkat, karena negara harus mengeluarkan lebih banyak rupiah untuk memenuhi kewajiban utang dalam mata uang asing. Belum lagi dampak pada beban subsidi energi yang akan meningkat, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM) yang banyak diimpor. Sebab, biaya impor BBM akan semakin mahal dalam mata uang rupiah yang lebih lemah
. Eko menambahkan, pelemahan rupiah dapat meningkatkan biaya produksi di Indonesia yang kemudian dapat mendorong kenaikan harga produk di pasar domestik. Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap impor bahan baku dan komponen, sehingga ketika nilai tukar rupiah melemah, biaya untuk impor barang dan bahan baku juga meningkat.
"Pada prinsipnya, kalau rupiah melemah, memang risikonya banyak, manfaatnya sedikit, ya, bahkan mungkin tidak ada. Kadang pejabat bilang itu (pelemahan rupiah) bisa mendorong ekspor, jangan percaya. Kecuali memang kita sangat kuat di ekspor," tuturnya.
https://money.kompas.com/read/2025/0...age=all#page2.
Semoga tidak terjadi krisis ekonomi secara harga gula pasir dan beras masih stabil sampai akhir Ramadan
Terlebih gelombang demo UU TNI, boikot kepada mereka-mereka yang pernah memilih Presiden Prabowo oleh para warganet, dan ancaman mogok bayar pajak.


db84x4 memberi reputasi
1
519
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan