Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang, China, dan Korea Selatan, bereaksi menanggapi situasi dunia yang kelam. Para diplomat tinggi dari tiga negara kekuatan Asia tersebut bertemu di Tokyo pada Sabtu (22/3/2025).
Mereka berupaya mencari titik temu mengenai keamanan regional dan masalah ekonomi di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik.
"Mengingat situasi internasional yang makin memburuk, saya yakin kita benar-benar berada pada titik balik sejarah," kata Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya di awal pertemuan yang diselenggarakannya bersama Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Tae-yul. 


"Hal ini membuat upaya mengatasi perpecahan dan konfrontasi melalui dialog dan kerja sama menjadi makin penting," Iwaya menambahkan, dikutip dari Reuters. 

Pertemuan pertama para menteri luar negeri Jepang dan Korea Selatan sejak 2023 tersebut diharapkan akan membahas berbagai topik. Mulai dari senjata nuklir Korea Utara, hingga perdagangan dan membuka jalan bagi pertemuan puncak trilateral, menyusul pertemuan di Seoul tahun lalu.
Pertemuan ini diadakan saat Presiden AS Donald Trump mengakhiri aliansi yang telah berlangsung selama puluhan tahun dengan Jepang dan Korea Selatan.
"Perdamaian dan keamanan Semenanjung Korea merupakan syarat penting bagi perdamaian dan kemakmuran di Asia Timur dan dunia, dan saya berharap diskusi terbuka tentang isu nuklir Korea Utara akan berlangsung hari ini," kata Cho.
Mencatat bahwa tahun ini menandai peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua (PD 2), Wang mengatakan Beijing ingin mengupayakan perundingan perdagangan bebas. 
"Ketiga negara kita harus menegaskan kembali pemahaman bersama kita tentang menghadapi sejarah dengan jujur dan menatap masa depan, serta memperkuat kerja sama Asia Timur," kata Wang.
Tokyo dan Seoul merupakan sekutu dekat Washington, yang menampung ribuan pasukan AS di wilayah mereka. Mereka semua menganggap China, ekonomi terbesar kedua di dunia, sebagai tantangan bagi keamanan regional.
Iwaya akan bertemu secara terpisah dengan mitranya dari China dan Korea Selatan, termasuk dialog ekonomi tingkat tinggi pertama dengan Beijing dalam enam tahun.
Pertemuan itu akan mencakup pembahasan larangan impor makanan laut Jepang yang diberlakukan oleh China setelah pembuangan air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang hancur pada tahun 2023, kata Iwaya pekan ini. 


suram




waduh kelam