- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
Piala Dunia U-20 dan Runtuhnya Suara Ganjar Pranowo di Pilpres 2024


TS
revolusi2022
Piala Dunia U-20 dan Runtuhnya Suara Ganjar Pranowo di Pilpres 2024

Pilpres 2024 di Indonesia membawa banyak kejutan, terutama bagi Ganjar Pranowo, yang sebelumnya digadang-gadang sebagai calon kuat namun mengalami kekalahan signifikan. Salah satu faktor yang kerap disorot adalah dampak dari pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023. Keputusan tersebut dipandang sebagai pukulan telak bagi citra Ganjar, terutama di kalangan pemilih muda. Artikel ini akan mengulas secara kritis bagaimana polemik Piala Dunia U-20 berkontribusi terhadap kemerosotan suara Ganjar di Pilpres 2024.
1. Kronologi Pembatalan Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20
Piala Dunia U-20 seharusnya menjadi momen besar bagi Indonesia dalam menunjukkan kapasitasnya sebagai tuan rumah ajang sepak bola internasional. Namun, menjelang penyelenggaraan, muncul penolakan dari beberapa pihak terkait keikutsertaan tim nasional Israel. Gubernur Jawa Tengah saat itu, Ganjar Pranowo, termasuk salah satu tokoh politik yang secara terbuka menolak kehadiran Israel, sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang mendukung Palestina.
Namun, sikap ini berujung pada keputusan FIFA untuk mencabut status tuan rumah dari Indonesia. Keputusan ini memicu kekecewaan besar, terutama di kalangan pecinta sepak bola dan anak-anak muda yang berharap bisa menyaksikan turnamen ini berlangsung di tanah air.
2. Dampak Politik: Kekecewaan Pemilih Muda terhadap Ganjar
Salah satu basis pemilih yang penting dalam Pilpres 2024 adalah kelompok muda, terutama penggemar sepak bola yang jumlahnya sangat besar di Indonesia. Pembatalan Piala Dunia U-20 memicu kemarahan di kalangan mereka, yang merasa bahwa ajang olahraga tidak seharusnya dicampuradukkan dengan politik.
Ganjar Pranowo, yang sebelumnya memiliki citra sebagai pemimpin muda dan progresif, mulai kehilangan dukungan dari kelompok ini. Media sosial pun ramai dengan kritik terhadapnya, dengan narasi bahwa Ganjar lebih mementingkan politik identitas daripada kepentingan nasional. Kekecewaan ini terus berkembang dan menjadi salah satu faktor yang menggerus elektabilitasnya.
3. Kegagalan Mengelola Krisis dan Perubahan Persepsi Publik
Salah satu faktor penting dalam politik adalah bagaimana seorang pemimpin merespons krisis. Dalam kasus Piala Dunia U-20, Ganjar tampak gagal mengelola komunikasi politik dengan baik. Alih-alih memberikan solusi atau mencari jalan tengah, ia malah semakin terjebak dalam polemik politik.
Publik melihat bahwa Ganjar tidak memiliki ketegasan dan fleksibilitas dalam mengambil keputusan. Hal ini berbanding terbalik dengan citra kompetitornya, Prabowo Subianto, yang justru berhasil membangun narasi sebagai pemimpin yang tegas dan berorientasi pada kepentingan rakyat. Akibatnya, banyak pemilih yang beralih dukungan, terutama mereka yang kecewa dengan keputusan pembatalan turnamen tersebut.
4. Faktor Lain yang Memperburuk Posisi Ganjar di Pilpres 2024
Meskipun Piala Dunia U-20 menjadi salah satu faktor utama yang merusak citra Ganjar, ada juga faktor lain yang berkontribusi terhadap kekalahannya di Pilpres 2024, antara lain:
a) Soliditas Mesin Politik yang Lemah
PDIP sebagai partai pengusung Ganjar mengalami berbagai dinamika internal, termasuk perselisihan dengan Presiden Joko Widodo, yang secara tidak langsung mendukung Prabowo. Hal ini membuat mesin politik Ganjar kurang efektif dibandingkan dengan kubu Prabowo.
b) Keunggulan Prabowo dalam Membangun Koalisi
Prabowo berhasil menarik dukungan luas, termasuk dari kelompok yang sebelumnya mendukung Jokowi. Sementara itu, Ganjar gagal memperluas basisnya di luar pendukung tradisional PDIP.
c) Strategi Kampanye yang Kurang Efektif
Ganjar tampaknya kurang berhasil dalam membangun narasi kampanye yang kuat. Isu-isu yang diangkat tidak cukup untuk membalikkan citra negatif akibat polemik Piala Dunia U-20 dan isu-isu lain yang berkembang.
Kesimpulan
Runtuhnya suara Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 tidak dapat dilepaskan dari dampak besar pembatalan Piala Dunia U-20. Keputusan politik yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan nasional ini membuatnya kehilangan dukungan signifikan, terutama dari pemilih muda. Selain itu, faktor-faktor lain seperti lemahnya mesin politik, strategi kampanye yang kurang efektif, dan keunggulan kompetitornya dalam membangun koalisi turut berkontribusi pada kekalahannya.
Kasus ini menjadi pelajaran penting dalam politik bahwa setiap keputusan harus mempertimbangkan dampaknya terhadap persepsi publik, terutama dalam konteks pemilu. Pemimpin yang ingin bertahan dalam kontestasi politik harus mampu mengelola krisis dengan baik dan memahami dinamika pemilih yang terus berkembang.




tiokyapcing dan Freeya MichaeL memberi reputasi
2
517
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan