Aku dulu menganggap diriku lebih luas, seolah aku berada di luar sangkar, sementara orang lain terperangkap di dalamnya. Dengan angkuh, aku menilai mereka sempit, seperti bunga yang layu karena tak pernah melihat matahari. Namun, suatu saat, kesadaran datang begitu pelan, seperti hujan yang meresap ke tanah kering. Ternyata, aku sendiri yang terperangkap dalam sangkar itu, tanpa menyadarinya. Aku membatasi pikiranku seperti burung yang merasa bebas meski tak pernah terbang tinggi. Menganggap orang lain sempit, padahal aku hanya membangun dinding di sekitarku, adalah kesalahan yang terungkap perlahan, seperti malam yang akhirnya digantikan fajar. Kini aku tahu, kesempitan itu bukan milik mereka, tapi milikku sendiri.