- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Nama Nyoman dan Ketut Mulai Jarang, Pemprov Bali Rancang Pemberian Insentif


TS
Novena.Lizi
Nama Nyoman dan Ketut Mulai Jarang, Pemprov Bali Rancang Pemberian Insentif
Nama Nyoman dan Ketut Mulai Jarang Digunakan, Pemprov Bali Rancang Pemberian Insentif demi Kelestarian Budaya
- Senin, 10 Maret 2025 | 12:53 WIB
Nama Nyoman dan Ketut bakal mendapatkan insentif dari Pemprov Bali. (pinteres)
RUBICNEWS.COM – Nama-nama tradisional Bali seperti Nyoman dan Ketut semakin jarang digunakan oleh masyarakat, seiring dengan perubahan zaman.
Menyadari hal ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali berinisiatif merancang program insentif bagi keluarga yang tetap mempertahankan tradisi penamaan Nyoman dan Ketut.
Gubernur Bali I Wayan Koster menegaskan bahwa insentif ini bukan dalam bentuk uang tunai, melainkan dukungan di bidang pendidikan dan kesehatan.
Hingga saat ini, pihaknya masih menggodok skema program tersebut agar dapat segera direalisasikan.
“Nanti insentifnya macam-macam, ada di bidang pendidikan dan kesehatan, bukan berupa uang, tapi tetap ada,” ujar Wayan Koster dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Bali, Selasa (4/3/2025).
“Tenang saja, saat ini masih dalam tahap perumusan,” tambahnya.
Wayan Koster menjelaskan bahwa salah satu alasan menurunnya penggunaan nama Nyoman dan Ketut adalah program Keluarga Berencana (KB).
Program KB selama ini mendorong masyarakat untuk memiliki maksimal dua anak. Akibatnya, nama Nyoman (umumnya diberikan untuk anak ketiga) dan Ketut (anak keempat) menjadi langka di Bali.
Ia berharap kebijakan ini dapat mendorong keluarga Hindu Bali untuk memiliki hingga empat anak, dengan syarat tetap dalam satu ikatan pernikahan.
“Insentif ini diberikan supaya ada dorongan bagi masyarakat yang ingin punya empat anak, tapi tentu saja dengan catatan tidak menambah istri,” tegasnya.
Saat ini, jumlah penduduk Bali tercatat sekitar 4,4 juta jiwa, yang hanya berkontribusi sekitar 1,6 persen dari total populasi Indonesia.
Pertumbuhan penduduk Bali juga terbilang rendah, yakni hanya 0,66 persen per tahun, lebih kecil dibandingkan angka pertumbuhan nasional yang mencapai 1,04 persen.
Menurut Koster, kondisi ini patut menjadi perhatian karena selain berdampak pada demografi, juga berpengaruh terhadap keberlangsungan budaya Bali.
Jika dibiarkan, nama-nama khas seperti Nyoman dan Ketut hanya akan menjadi bagian dari sejarah.
“Kita tidak ingin budaya Bali tergerus zaman. Kalau kita tidak menjaga, lama-lama nama Nyoman dan Ketut hanya akan tinggal di museum,” kata Koster.
Ia menambahkan, nama-nama dalam tradisi masyarakat Bali memiliki makna filosofis yang dalam dan merupakan bagian penting dari warisan leluhur.
Oleh karena itu, Pemprov Bali berupaya memastikan tradisi ini tetap terjaga dan saat ini tengah menyusun mekanisme pemberian insentif serta kriteria penerima program ini.
“Kami berharap program ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan menjadi langkah nyata dalam menjaga warisan budaya Bali,” pungkas Koster.
Langkah ini diambil untuk menjaga keberlangsungan budaya Bali agar nama-nama khas yang memiliki nilai sejarah dan filosofis tetap lestari di tengah modernisasi.***
https://www.rubicnews.com/berita/453...udaya?page=all
harusnya dulu program KB khusus buat Jawa aja, Bali dkk gak usah ikutan
kek program 1 anak di Cina dulu, cmn berlaku buat suku Han, suku2 Uighur, Tibet, dlsb gak dilibatkan
- Senin, 10 Maret 2025 | 12:53 WIB

Nama Nyoman dan Ketut bakal mendapatkan insentif dari Pemprov Bali. (pinteres)
RUBICNEWS.COM – Nama-nama tradisional Bali seperti Nyoman dan Ketut semakin jarang digunakan oleh masyarakat, seiring dengan perubahan zaman.
Menyadari hal ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali berinisiatif merancang program insentif bagi keluarga yang tetap mempertahankan tradisi penamaan Nyoman dan Ketut.
Gubernur Bali I Wayan Koster menegaskan bahwa insentif ini bukan dalam bentuk uang tunai, melainkan dukungan di bidang pendidikan dan kesehatan.
Hingga saat ini, pihaknya masih menggodok skema program tersebut agar dapat segera direalisasikan.
“Nanti insentifnya macam-macam, ada di bidang pendidikan dan kesehatan, bukan berupa uang, tapi tetap ada,” ujar Wayan Koster dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Bali, Selasa (4/3/2025).
“Tenang saja, saat ini masih dalam tahap perumusan,” tambahnya.
Wayan Koster menjelaskan bahwa salah satu alasan menurunnya penggunaan nama Nyoman dan Ketut adalah program Keluarga Berencana (KB).
Program KB selama ini mendorong masyarakat untuk memiliki maksimal dua anak. Akibatnya, nama Nyoman (umumnya diberikan untuk anak ketiga) dan Ketut (anak keempat) menjadi langka di Bali.
Ia berharap kebijakan ini dapat mendorong keluarga Hindu Bali untuk memiliki hingga empat anak, dengan syarat tetap dalam satu ikatan pernikahan.
“Insentif ini diberikan supaya ada dorongan bagi masyarakat yang ingin punya empat anak, tapi tentu saja dengan catatan tidak menambah istri,” tegasnya.
Saat ini, jumlah penduduk Bali tercatat sekitar 4,4 juta jiwa, yang hanya berkontribusi sekitar 1,6 persen dari total populasi Indonesia.
Pertumbuhan penduduk Bali juga terbilang rendah, yakni hanya 0,66 persen per tahun, lebih kecil dibandingkan angka pertumbuhan nasional yang mencapai 1,04 persen.
Menurut Koster, kondisi ini patut menjadi perhatian karena selain berdampak pada demografi, juga berpengaruh terhadap keberlangsungan budaya Bali.
Jika dibiarkan, nama-nama khas seperti Nyoman dan Ketut hanya akan menjadi bagian dari sejarah.
“Kita tidak ingin budaya Bali tergerus zaman. Kalau kita tidak menjaga, lama-lama nama Nyoman dan Ketut hanya akan tinggal di museum,” kata Koster.
Ia menambahkan, nama-nama dalam tradisi masyarakat Bali memiliki makna filosofis yang dalam dan merupakan bagian penting dari warisan leluhur.
Oleh karena itu, Pemprov Bali berupaya memastikan tradisi ini tetap terjaga dan saat ini tengah menyusun mekanisme pemberian insentif serta kriteria penerima program ini.
“Kami berharap program ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan menjadi langkah nyata dalam menjaga warisan budaya Bali,” pungkas Koster.
Langkah ini diambil untuk menjaga keberlangsungan budaya Bali agar nama-nama khas yang memiliki nilai sejarah dan filosofis tetap lestari di tengah modernisasi.***
https://www.rubicnews.com/berita/453...udaya?page=all
harusnya dulu program KB khusus buat Jawa aja, Bali dkk gak usah ikutan
kek program 1 anak di Cina dulu, cmn berlaku buat suku Han, suku2 Uighur, Tibet, dlsb gak dilibatkan
Diubah oleh Novena.Lizi 12-03-2025 18:48


atamlee memberi reputasi
1
359
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan