Kaskus

Hobby

hermeneutikaAvatar border
TS
hermeneutika
SPIRITUALITAS MIFTAH & TUKANG ES TEH: MENTAL BODOH & PENGEMIS

Insiden yang melibatkan Miftah & tukang es teh memperlihatkan dinamika sosial yang mencerminkan berbagai masalah dalam masyarakat kita, mulai dari mentalitas kemandirian hingga etika dalam berdakwah.
 

Miftah, dengan kata-kata kasar terhadap tukang es teh, menunjukkan sikap yang sangat tidak sesuai dengan prinsip dakwah yang mengutamakan kasih sayang dan hikmah.

 

Dalam Islam, dakwah harus disampaikan dengan cara yang lembut dan penuh kebijaksanaan, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAWdalam sabdanya:

 

Tidak ada kelembutan pada sesuatu kecuali ia akan memperindahnya, dan tidak dicabut kelembutan dari sesuatu kecuali ia akan memperburuknya.” (HR. Muslim).

 

Respon Miftah, yang menyebut tukang es teh dengan sangat kasar bukan hanya menunjukkan ketidaksabaran tetapi juga merendahkan martabat orang yang sebenarnya membutuhkan dukungan, bukan penghinaan. Kritik yang dilontarkan seharusnya bersifat membangun, memberikan solusi, dan mengarah pada perbaikan tanpa merendahkan orang yang dimaksud.

 

Seharusnya, jika Miftah ingin menekankan pentingnya kemandirian, dia bisa melakukannya dengan cara yang lebih bijak dan penuh pengertian, tanpa menggunakan kata-kata yang justru memperburuk situasi.

 

sikap tukang es teh yang meminta dagangannya diborong juga mengundang kritik. Mentalitas meminta-minta yang terbentuk karena kebiasaan memborong barang di acara pengajian mencerminkan ketergantungan yang tidak sehat.

 

Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk berusaha dan bekerja keras untuk memperoleh rezeki. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 286, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

 

Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap individu harus berusaha dengan sebaik-baiknya dan tidak bergantung pada bantuan orang lain jika mampu berusaha.

 

Kebiasaan memborong atau meminta diborong yang dilakukan oleh pedagang ini juga menciptakan ekspektasi yang berlebihan. Jika setiap pedagang merasa berhak untuk dibantu tanpa berusaha lebih keras dalam menjual dagangannya, maka itu akan menciptakan budaya ketergantungan.

 

Hal ini akan merugikan para pedagang itu sendiri, karena mereka tidak akan mengembangkan mentalitas kewirausahaan yang mandiri. Bukankah lebih mulia jika kita mengedepankan usaha yang maksimal dan menjadikan usaha kita sebagai sumber penghidupan yang penuh berkah?

 

Ketika fenomena ini berkembang, dan tukang es teh mendapatkan donasi besar serta perhatian media, kita harus merenung tentang dampak sosial yang ditimbulkan. Apakah bantuan yang datang merupakan sebuah solusi yang memperkuat pola hidup mandiri, ataukah justru menjadi bentuk kelemahan yang dipertahankan oleh ketergantungan?.

 

Bukankah bantuan yang datang dengan cara seperti ini dapat memperburuk mentalitas bergantung pada belas kasihan orang lain, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemandirian dalam Islam.?

 

Di sisi lain, fenomena ini juga bisa dianggap sebagai alat pengalihan isu-isu besar yang lebih penting, seperti kebijakan pajak 12%, kesejahteraan guru, atau isu politik lainnya.

 

Hal ini menunjukkan betapa sering kali media dan perhatian publik disalurkan pada hal-hal yang sensasional, mengalihkan fokus dari permasalahan yang lebih mendalam dan struktural. Dalam hal ini, fenomena tukang es teh yang mendadak viral bisa jadi bukan hanya momen spontan, tetapi juga sebagai strategi untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari isu-isu yang lebih besar dan lebih kritis.

 

Miftah maupun tukang es teh keduanya menunjukkan kelemahan dalam menghadapi masalah ini. Miftah, dengan kata-kata yang kasar, tidak memberi contoh yang baik dalam berdakwah dan menunjukkan kekurangan dalam menyampaikan kritik dengan cara yang membangun.

 

Sementara itu, tukang es teh yang meminta diborong juga menunjukkan mentalitas yang kurang mandiri, mengandalkan belas kasihan orang lain.

 

Kedua belah pihak, baik pendakwah maupun pedagang, harus introspeksi dan memperbaiki sikapnya agar menjadi contoh yang lebih baik dalam membangun masyarakat yang mandiri dan penuh kasih sayang, sesuai dengan ajaran Islam.

 
 
 


0
735
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan