- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Investor Ramai-ramai Lego Saham di Bursa RI


TS
jaguarxj220
Investor Ramai-ramai Lego Saham di Bursa RI
Bloomberg, Akumulasi kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya di lanskap korporasi di Indonesia, memicu kekhawatiran investor tentang pengaruh politik dan transparansi di pasar saham RI.
Peluncuran sovereign wealth fund (SWF), Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias Danantara, yang melapor langsung ke Presiden Prabowo Subianto, akan mengambil alih pengelolaan tujuh perusahaan milik negara. Kepemilikan Danantara mencakup tiga bank terbesar di Indonesia dengan total aset lebih dari US$ 340 miliar, sekitar Rp5.540,3 triliun.
Kekhawatiran tentang keputusan tersebut menyebabkan harga saham jatuh paling dalam, menekan pasar saham Indonesia yang telah menjadi salah bursa saham berkinerja terburuk di dunia tahun ini.
Pembentukan SWF sejatinya hal lumrah di seluruh Asia. Namun, konsolidasi aset yang cepat memberi investor pandangan awal tentang visi Prabowo terkait tata kelola ekonomi dalam beberapa bulan jabatannya.
Danantara akan mengendalikan perusahaan yang mencakup lebih dari seperlima Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Rencana agar Danantara akhirnya mengambil alih semua dari lusinan perusahaan milik negara berarti pengendalian langsung atas aset yang jumlahnya setara dengan sekitar setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Ketidakpastian atas kebijakan pemerintah baru, khususnya pembentukan Danantara, membuat para investor pergi saat ini," kata Selvie Jusman, analis Morgan Stanley, dalam catatan terbaru yang dirilis.

Gejolak ini terjadi di saat kritis. Sejak mencapai rekor tertinggi baru pada September, pasar saham RI yang bernilai US$ 700 miliar telah terpuruk akibat penguatan dolar AS, ditambah ketegangan perdagangan global membuat investor melarikan diri dari pasar negara berkembang.
IHSG turun 6% tahun ini, lebih buruk dibandingkan bursa saham negara peers. Bulan lalu, rupiah juga menyentuh level terlemah dalam lima tahun seiring dengan pelemahan ekonomi domestik.
Danantara direncanakan akan mendapatkan modal awal sebesar US$ 20 miliar dan akan mengelola aset US$ 900 miliar, menurut penjelasan Presiden Prabowo, menjadikannya sebagai SWF terbesar di dunia. Prabowo telah mengindikasikan bahwa modal awal Danantara akan berasal dari kombinasi hasil pemangkasan anggaran dan dividen BUMN.
Kehadiran SWF itu dilihat sebagai alat kunci Prabowo untuk meraih tujuan strategis dan mengembalikan Indonesia mencapai pertumbuhan 8% seperti pernah diraih pada pertengahan 1990-an.
Pemerintah RI juga berharap badan baru itu akan memainkan peran sekunder menarik investasi asing. Danantara tidak merespon permintaan Bloomberg untuk menanggapi.
Selama bertahun-tahun ini, investor telah mengeluhkan ketidakstabilan dan saham yang tidak likuid menjadikan investasi jangka panjang menjadi tantangan di Indonesia.
Hal itu telah memaksa para pengelola dana global memusatkan investasi mereka ke dalam beberapa perusahaan keuangan di Indonesia, yang cenderung lebih besar dan memiliki lebih banyak saham beredar serta basis pemegang saham yang lebih luas.
Masuknya Danantara tiba-tiba memperumit tesis itu.
Tiga bank yang akan berada di bawah kendali dana kekayaan tersebut, yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), adalah pilihan saham yang populer di kalangan para fund manager global karena profitabilitas serta valuasi yang rendah.
Investor khawatir bahwa setiap perubahan strategi bisa merugikan margin, terutama mengingat tahun yang sulit ke depan karena harga komoditas yang lemah akan menghambat pertumbuhan kredit. Prabowo mengatakan bahwa ia akan meningkatkan setoran dividen BUMN untuk membiayai Danantara.
Investor asing telah melepas saham Bank Mandiri senilai US$ 266 juta pada Februari atau sekitar Rp4,33 triliun, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg. Angka itu menjadi penjualan terbesar sejak 2020.
Secara total, asing telah melepas saham RI senilai US$ 1,3 miliar sepanjang tahun ini, setara dengan Rp21,18 triliun.
"Investor khawatir tentang keberlanjutan pembayaran dividen dan strategi BMN mungkin akan berubah menjadi tidak terlalu profit oriented," kata Jeffrosenberg Chenlim, analis dari Maybank Investment Bank Bhd.
Sentimen pasar mungkin akan membaik bila ada detil informasi lebih banyak.
BUMN dahulu diawasi oleh Menteri BUMN, sedangkan dividen sebagian besar akan dibayarkan ke kas negara. Sementara model operasi Danantara berbeda karena mereka akan menerima semua dividen BUMN dan bisa memanfaatkan aset mereka untuk mencari pendanaan, termasuk melalui penerbitan obligasi.
Undang-Undang yang baru direvisi, UU BUMN, juga menempatkan Danantara untuk melapor langsung ke Presiden, mengabaikan Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN.
Ada kekhawatiran lain yang muncul. Orang-orang dekat Prabowo mendominasi pengelolaan dana tersebut sehingga menimbulkan pertanyaan tentang tindakan negara yang melampaui batas. Risiko terkait strategi, alokasi modal dan kemungkinan pengeluaran di luar neraca menambah daftar kekhawatiran, menurut analis Citigroup Inc.
Jajaran kepemimpinan lengkap Danantara, termasuk beberapa dewan penasihat, masih dalam tahap finalisasi dan akan diumumkan dalam beberapa pekan ke depan. Untuk saat ini, investor masih dalam posisi wait and see, memilih untuk menghindari risiko hingga informasi lebih lanjut diumumkan.
"Melembagakan tata kelola dan berfokus pada keuntungan di atas biaya modal adalah arah yang tepat. Namun, bagaimana hal itu menyeimbangkan kepentingan nasional yang strategis dengan disiplin komersial, masih harus dilihat. Jika dilakukan dengan benar, hal itu bisa meningkatkan valuasi BUMN dalam jangka panjang, bukan hanya sekadar menarik dividen. Untuk saat ini, hal itu perlu diperhatikan, bukan sekadar diasumsikan berhasil," kata Mohit Mirpuri, manajer investasi di SGMC Capital Pte.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...m-di-bursa-ri/
Investor global nggak percaya sama Danantara, perlu pembuktian dulu.
Tapi Bajjer sih pastinya percaya dan yakin donk ya..
Peluncuran sovereign wealth fund (SWF), Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias Danantara, yang melapor langsung ke Presiden Prabowo Subianto, akan mengambil alih pengelolaan tujuh perusahaan milik negara. Kepemilikan Danantara mencakup tiga bank terbesar di Indonesia dengan total aset lebih dari US$ 340 miliar, sekitar Rp5.540,3 triliun.
Kekhawatiran tentang keputusan tersebut menyebabkan harga saham jatuh paling dalam, menekan pasar saham Indonesia yang telah menjadi salah bursa saham berkinerja terburuk di dunia tahun ini.
Pembentukan SWF sejatinya hal lumrah di seluruh Asia. Namun, konsolidasi aset yang cepat memberi investor pandangan awal tentang visi Prabowo terkait tata kelola ekonomi dalam beberapa bulan jabatannya.
Danantara akan mengendalikan perusahaan yang mencakup lebih dari seperlima Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Rencana agar Danantara akhirnya mengambil alih semua dari lusinan perusahaan milik negara berarti pengendalian langsung atas aset yang jumlahnya setara dengan sekitar setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Ketidakpastian atas kebijakan pemerintah baru, khususnya pembentukan Danantara, membuat para investor pergi saat ini," kata Selvie Jusman, analis Morgan Stanley, dalam catatan terbaru yang dirilis.

Harga saham BUMN tertekan lebih dalam dibandingkan indeks (Bloomberg)
Gejolak ini terjadi di saat kritis. Sejak mencapai rekor tertinggi baru pada September, pasar saham RI yang bernilai US$ 700 miliar telah terpuruk akibat penguatan dolar AS, ditambah ketegangan perdagangan global membuat investor melarikan diri dari pasar negara berkembang.
IHSG turun 6% tahun ini, lebih buruk dibandingkan bursa saham negara peers. Bulan lalu, rupiah juga menyentuh level terlemah dalam lima tahun seiring dengan pelemahan ekonomi domestik.
Danantara direncanakan akan mendapatkan modal awal sebesar US$ 20 miliar dan akan mengelola aset US$ 900 miliar, menurut penjelasan Presiden Prabowo, menjadikannya sebagai SWF terbesar di dunia. Prabowo telah mengindikasikan bahwa modal awal Danantara akan berasal dari kombinasi hasil pemangkasan anggaran dan dividen BUMN.
Kehadiran SWF itu dilihat sebagai alat kunci Prabowo untuk meraih tujuan strategis dan mengembalikan Indonesia mencapai pertumbuhan 8% seperti pernah diraih pada pertengahan 1990-an.
Pemerintah RI juga berharap badan baru itu akan memainkan peran sekunder menarik investasi asing. Danantara tidak merespon permintaan Bloomberg untuk menanggapi.
Selama bertahun-tahun ini, investor telah mengeluhkan ketidakstabilan dan saham yang tidak likuid menjadikan investasi jangka panjang menjadi tantangan di Indonesia.
Hal itu telah memaksa para pengelola dana global memusatkan investasi mereka ke dalam beberapa perusahaan keuangan di Indonesia, yang cenderung lebih besar dan memiliki lebih banyak saham beredar serta basis pemegang saham yang lebih luas.
Masuknya Danantara tiba-tiba memperumit tesis itu.
Tiga bank yang akan berada di bawah kendali dana kekayaan tersebut, yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), adalah pilihan saham yang populer di kalangan para fund manager global karena profitabilitas serta valuasi yang rendah.
Investor khawatir bahwa setiap perubahan strategi bisa merugikan margin, terutama mengingat tahun yang sulit ke depan karena harga komoditas yang lemah akan menghambat pertumbuhan kredit. Prabowo mengatakan bahwa ia akan meningkatkan setoran dividen BUMN untuk membiayai Danantara.
Investor asing telah melepas saham Bank Mandiri senilai US$ 266 juta pada Februari atau sekitar Rp4,33 triliun, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg. Angka itu menjadi penjualan terbesar sejak 2020.
Secara total, asing telah melepas saham RI senilai US$ 1,3 miliar sepanjang tahun ini, setara dengan Rp21,18 triliun.
"Investor khawatir tentang keberlanjutan pembayaran dividen dan strategi BMN mungkin akan berubah menjadi tidak terlalu profit oriented," kata Jeffrosenberg Chenlim, analis dari Maybank Investment Bank Bhd.
Sentimen pasar mungkin akan membaik bila ada detil informasi lebih banyak.
BUMN dahulu diawasi oleh Menteri BUMN, sedangkan dividen sebagian besar akan dibayarkan ke kas negara. Sementara model operasi Danantara berbeda karena mereka akan menerima semua dividen BUMN dan bisa memanfaatkan aset mereka untuk mencari pendanaan, termasuk melalui penerbitan obligasi.
Undang-Undang yang baru direvisi, UU BUMN, juga menempatkan Danantara untuk melapor langsung ke Presiden, mengabaikan Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN.
Ada kekhawatiran lain yang muncul. Orang-orang dekat Prabowo mendominasi pengelolaan dana tersebut sehingga menimbulkan pertanyaan tentang tindakan negara yang melampaui batas. Risiko terkait strategi, alokasi modal dan kemungkinan pengeluaran di luar neraca menambah daftar kekhawatiran, menurut analis Citigroup Inc.
Jajaran kepemimpinan lengkap Danantara, termasuk beberapa dewan penasihat, masih dalam tahap finalisasi dan akan diumumkan dalam beberapa pekan ke depan. Untuk saat ini, investor masih dalam posisi wait and see, memilih untuk menghindari risiko hingga informasi lebih lanjut diumumkan.
"Melembagakan tata kelola dan berfokus pada keuntungan di atas biaya modal adalah arah yang tepat. Namun, bagaimana hal itu menyeimbangkan kepentingan nasional yang strategis dengan disiplin komersial, masih harus dilihat. Jika dilakukan dengan benar, hal itu bisa meningkatkan valuasi BUMN dalam jangka panjang, bukan hanya sekadar menarik dividen. Untuk saat ini, hal itu perlu diperhatikan, bukan sekadar diasumsikan berhasil," kata Mohit Mirpuri, manajer investasi di SGMC Capital Pte.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...m-di-bursa-ri/
Investor global nggak percaya sama Danantara, perlu pembuktian dulu.
Tapi Bajjer sih pastinya percaya dan yakin donk ya..







aldonistic dan 4 lainnya memberi reputasi
5
540
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan