Kaskus

News

jaguarxj220Avatar border
TS
jaguarxj220
Goldman Sachs: Risiko APBN Bisa Bebani Pasar Obligasi
Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank investasi dan jasa keuangan global yang berpusat di New York, Amerika Serikat (AS) Goldman Sachs memperkirakan pergerakan kurva imbal hasil surat berharga negara yang diterbitkan Pemerintah RI, akan membentuk pola bear-steepen, sejurus dengan peningkatan risiko kenaikan defisit fiskal APBN.

Kurva imbal hasil bear-steepen merupakan istilah pasar obligasi yang menggambarkan pelebaran kurva imbal hasil karena kenaikan yield obligasi tenor lebih panjang yang lebih cepat dibandingkan yield tenor pendek.

Bear-steepen biasanya mencerminkan peningkatan ekspektasi para investor akan terjadinya inflasi atau kenaikan harga secara luas dalam perekonomian. Bear steepener umumnya terjadi ketika investor khawatir terhadap inflasi atau pasar saham yang bearish dalam jangka pendek.

Rencana realokasi anggaran oleh Presiden Prabowo Subianto, lalu pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara, serta rencana program 3 Juta Rumah, kesemuanya dinilai bisa membuat defisit fiskal semakin lebar, kata analis Goldman Sachs Danny Suwarnapruti, dalam catatannya seperti dilansir dari Bloomberg News, Jumat (7/5/2025).

Perhitungan Goldman, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini akan menyentuh 2,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB), mendekati batas atas yang diperbolehkan oleh Undang-Undang yaitu 3% PDB.

Analis juga mengatakan, tingkat imbal hasil obligasi tenor pendek mungkin akan turun karena likuiditas yang lebih longgar. Namun, untuk obligasi negara tenor panjang kemungkinan akan lebih rentan terbebani risiko defisit fiskal. Itu akan membawa kurva imbal hasil SBN cenderung makin curam ke depan.

Goldman Sachs memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas bunga acuan pada pertemuan Maret ini dan kemungkinan akan ada satu lagi penurunan bunga acuan menyusul pertumbuhan ekonomi domestik yang diperkirakan akan lebih lemah.

Analis juga mempertahankan outlook bearish untuk rupiah karena kekhawatiran fiskal, ditambah faktor musiman pembayaran dividen korporasi mulai akhir Maret sampai April nanti, yang biasanya memicu arus keluar modal asing lebih banyak dari Indonesia.

Goldman Sachs: Risiko APBN Bisa Bebani Pasar Obligasi
Kurva imbal hasil surat utang negara RI berpotensi membentuk pola bear-steepen karena risiko fiskal meningkat (Riset Bloomberg Technoz)


Pada perdagangan Jumat jelang siang ini, rupiah bergerak melemah di terbatas di kisaran Rp16.345/US$ terimbas sentimen global. Sepekan terakhir, rupiah mencatat penguatan 1,44%, terbaik kedua di Asia, setelah pekan sebelumnya ambles sampai 2,7% karena arus keluar modal yang masif dari pasar saham.

Sementara pergerakan harga obligasi negara sampai jelang siang ini cenderung tertekan.

Hal itu terindikasi dari kenaikan imbal hasil di hampir semua tenor SBN. Mengacu data OTC Bloomberg realtime, yield 1Y naik 1,5 basis poin ke level 6,443%. Tenor 2Y bergerak sedikit naik ke 6,556%.

Sedangkan tenor 5Y naik 1,8 basis poin, kini di 6,694%. Untuk tenor lebih panjang yang jadi acuan, 10 tahun, naik 1,1 basis poin ke 6,885%.

Sebelumnya, perusahaan riset multinasional Inggris yang juga tercatat sebagai anak usaha Fitch Solutions dari Fitch Group, BMI, mengeluarkan prediksi defisit APBN tahun ini akan menyentuh 3% menyusul langkah belanja nan ekspansif di tengah ketiadaan rencana konkret memperluas basis pajak.

Analisis BMI menyebut, defisit fiskal rata-rata akan di kisaran 3% selama lima tahun ke depan. Bila Pemerintahan Prabowo berhasil menghindari batas tersebut, BMI akan merevisi perkiraan ke atas.

"Kurangnya perencanaan konkret untuk memperluas basis pajak bisa membahayakan posisi fiskal Indonesia karena presiden ingin meningkatkan belanja publik untuk agenda kebijakannya," demikian dinyatakan oleh BMI dalam catatannya.

Pembatalan kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada awal tahun, secara otomatis mengurangi pendapatan sekitar Rp70 triliun.

Pada saat yang sama, Pemerintah RI tidak mengurangi pengeluaran dan tetap meluncurkan program unggulan Makan Bergizi Gratis, lalu merilis Soverign Wealth Fund Danantara serta berjanji melanjutkan proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kebijakan Prabowo merealokasi anggaran di Kementerian dan Lembaga berisiko melemahkan layanan publik utama dan mengorbankan efisiensi lembaga pemerintah.

Sebagai informasi, Pemerintah RI menargetkan defisit APBN tahun ini akan ada di kisaran 2,5% dari PDB.

https://www.bloombergtechnoz.com/det...asar-obligasi/

Invest di Indo makin penuh risiko.. emoticon-Cape d... (S)
soelojo4503Avatar border
soelojo4503 memberi reputasi
1
311
21
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan