Kaskus

News

jaguarxj220Avatar border
TS
jaguarxj220
APBNKita Tak Kunjung Dirilis, Analis Ungkap Investor Mulai Resah
APBNKita Tak Kunjung Dirilis, Analis Ungkap Investor Mulai Resah
Menteri Keuangan Sri Mulyani menggelar konferensi pers di Gedung DPR RI Jakarta, Jumat (14/2/2025) (Bloomberg Technoz/Dovana Hasiana)


Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah berbalik melemah pada tengah hari di pasar spot Kamis, setelah menguat ke level di bawah Rp16.300-an per dolar AS, ketika indeks dolar di pasar global menyentuh level terlemah empat bulan.

Tertekannya lagi rupiah pada perdagangan spot hari ini juga berlangsung di tengah tanda tanya pelaku pasar yang makin banyak muncul terkait keterlambatan pengumuman kinerja keuangan negara, APBNKita bulan Januari, yang tak biasanya molor dilaporkan Pemerintah RI hingga bulan menginjak Maret.

Mengacu data realtime Bloomberg, rupiah spot pada pukul 11:29 WIB berbalik melemah ke kisaran Rp16.325/US$. Pelemahan rupiah siang ini mengikuti tren pergerakan mayoritas mata uang di kawasan Asia.

Yen memimpin pelemahan 0,19%, rupee 0,12%, dolar Taiwan 0,09% bersama yuan offshore. Lalu, renminbi Tiongkok juga melemah 0,08% bersama dolar Singapura. Baru kemudian rupiah di kelompok zona merah ini.

Sementara di zona hijau, won Korsel masih memimpin penguatan 0,26%, disusul peso 0,26%, baht 0,11% juga ringgit Malaysia 0,03%.

Berbalik lemahnya rupiah siang ini berlangsung ketika IHSG melanjutkan reli sejak pembukaan pagi tadi. Sampai sesi pertama perdagangan ditutup, IHSG sudah menguat 1,64% di level 6.638,72.

Sementara itu di pasar surat utang negara, kebanyakan seri obligasi durasi menengah tertekan harganya. Hal itu terindikasi dari pergerakan imbal hasil yang meningkat, terutama diperlihatkan oleh SUN-5Y yang naik 3,4 basis poin. Lalu tenor 7Y juga naik 2,5 basis poin.

Adapun SUN berdurasi pendek 2Y turun imbal hasilnya 1,3 basis poin. Sedangkan tenor acuan 10Y bergerak stagnan.

Imbas Coretax?

Laporan keuangan negara, biasa disebut laporan APBNKita untuk edisi Januari, sampai hari ini belum juga dilakukan oleh Kementerian Keuangan RI.

Hal itu menjadi sebuah ketidaklaziman. Terakhir kali Kemenkeu melaporkan APBNKita adalah untuk edisi Desember yang dilangsungkan pada 6 Januari lalu.

Bila mengacu kebiasaan selama ini, laporan APBNKita edisi Januari seharusnya dilangsungkan sekitar dua hingga tiga minggu setelah akhir bulan sebelumnya. Itu berarti, seharusnya APBNKita bulan Januari sudah diumumkan pada bulan lalu.


Pengumuman APBNKita edisi Januari menjadi yang paling ditunggu-tunggu oleh investor karena akan menjadi bulan ketika gebrakan penghematan anggaran besar-besaran oleh Presiden Prabowo Subianto dimulai, tepatnya mulai 22 Januari lalu.

Investor menunggu data terbaru keuangan negara untuk mengukur dampak dari langkah fiskal terkini secara lebih baik, menurut Ekonom OCBC Lavanya Venkateswaran, seperti dilansir dari Bloomberg News.

"Tanpa informasi tersebut, imbal hasil obligasi tidak mampu mengimbangi reli bullish yang terjadi di pasar Treasury dalam dua minggu terakhir. Penundaan berkepanjangan bisa menciptakan sentimen negatif," imbuh Lionel Priyadi, Strategist di Mega Capital Sekuritas.

Juru Bicara Kementerian Keuangan Deni Surjantoro mengatakan bahwa Kemenkeu masih menyusun jadwal karena agenda yang masih padat, seperti dilansir dari Bloomberg News.

Para investor sejauh ini terlihat semakin berhati-hati dalam hal investasi di pasar domestik. Peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang direncanakan mendapatkan suntikan modal dari hasil pemotongan belanja APBN, sejauh ini kurang mendapat respon positif dari pasar.

IHSG melemah 0,78% pada hari ketika Danantara resmi lahir pada 24 Februari lalu. Sehari setelahnya, IHSG anjlok 2,41%. Pada pekan ketika Danantara lahir, IHSG ambles dengan penurunan mencapai 7,83% hanya dalam waktu seminggu, di level 6.270,59.

Meski kini IHSG merangkak naik lagi, posisi indeks masih tergerus 16% dari posisi all-time-high yang terjadi pada 19 September lalu. Sepanjang tahun ini, IHSG sudah melemah 6,22% year-to-date.

Sementara pada saat yang sama rupiah sempat ambles hingga 2,7% menyentuh level terlemah sejak pandemi di Rp16.592/US$ pada akhir Februari lalu. Pada pekan ketika Danantara diumumkan, rupiah melemah hingga 1,84%.

Di tengah ketidaklaziman tersebut, mengemuka dugaan keterlambatan itu karena ada masalah penerimaan negara yang dikhawatirkan menurun karena kelesuan aktivitas ekonomi ditambah masalah penerapan sistem pelaporan pajak Coretax.

Beberapa provinsi dengan ukuran ekonomi cukup besar seperti Jawa Timur mencatat penurunan realisasi penerimaan pajak pada Januari, yaitu hanya Rp19,05 triliun. Realisasi tersebut turun 2,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara beberapa provinsi lain mencatat penurunan realisasi pajak lebih dalam, hingga double digit.

Ditjen Pajak mengakui penurunan ini salah satunya dipengaruhi belum optimalnya implementasi sistem perpajakan baru atau Coretax, yang berdampak pada kelancaran administrasi perpajakan.

"Penurunan ini [juga] dipengaruhi oleh kebijakan pemusatan pembayaran dan administrasi wajib pajak cabang yang mengurangi penerimaan pajak di Jawa Timur," ujar Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak Dwi Astuti dalam keterangan di situs resmi pajak.go.id, dikutip Selasa (4/3/2025).

Penjualan Surat Utang

Dalam gelar lelang surat berharga negara beberapa waktu terakhir, Kemenkeu menjual surat utang lebih banyak ketimbang target indikatif. Keputusan menjual obligasi negara di pasar primer, di atas target juga tetap dilakukan bahkan ketika minat investor dalam lelang turun.

Itu misalnya terjadi dalam lelang sukuk (SBSN) beberapa waktu lalu. Lelang sukuk 26 Februari, pekan ketika pasar keuangan domestik terhantam berbagai sentimen, mencatat penurunan minat investor hingga 34%. Namun, Pemerintah RI tetap memenangkan lebih banyak, hingga Rp12 triliun.

"Keputusan Kemenkeu menaikkan nilai penerbitan di tengah penurunan minat yang masuk, merupakan sinyal kuat bahwa pemerintah saat ini menghadapi kebutuhan mendesak akan dana tunai segar, kemungkinan besar berasal dari penerapan sistem Coretax yang bermasalah dan menghambat proses pengumpulan pajak pada Januari," kata tim analis Mega Capital, setelah laporan lelang SBSN dipublikasikan.

Pada lelang SUN terakhir pekan lalu, Pemerintah RI juga menjual obligasi di atas target indikatif ketika minat investor turun lebih dari 9%. Dalam lelang tersebut, Pemerintah RI menjual Rp30 triliun surat utang, lebih tinggi daripada target Rp26 triliun.

https://www.bloombergtechnoz.com/det...r-mulai-resah/



Laporannya jelek ya bu, makanya mending ga rilis?

Investor resah, tapi bajjer tetep oke gas donk yaaa... emoticon-Ngakak (S)
slider88Avatar border
aldonisticAvatar border
qavirAvatar border
qavir dan 8 lainnya memberi reputasi
9
709
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan