Quote:
Quote:
50 Persen Orang Indonesia Overthinking, Ekonomi Politik Biang Keroknya
CNN Indonesia
Selasa, 25 Feb 2025 06:15 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Penelitian terbaru dari Health Collaborative Center (HCC) mengungkap 50 persen atau satu dari dua orang Indonesia mengalami overthinking. Rata-rata orang Indonesia mengalami berbagai pemikiran negatif dan kekhawatiran berlebihan terhadap masa depan.
Studi ini melibatkan 1.061 responden dari 29 provinsi, dengan mayoritas atau 76 persen berasal dari Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Responden memiliki rentang usia 20 hingga 49 tahun, dengan sebanyak 77,6 persen di antaranya adalah perempuan. Sebagian besar responden juga tinggal di perkotaan dan berstatus menikah.
Faktor pemicu overthinking, dari ekonomi hingga politik
Founder dan peneliti utama dari Health Collaborative Center Ray Wagiu Basrowi mengatakan ada beberapa faktor pemicu overthinking. Tapi yang paling dominan dalam terjadi di Indonesia adalah kondisi sosial ekonomi, politik, dan kesehatan.
"Sebagai contoh, harga obat yang terlalu mahal atau informasi soal BPJS Kesehatan hingga situasi politik dan ekonomi saat ini membuat masyarakat overthinking pikirannya semua tidak akan membaik di masa depan," kata Ray saat memaparkan hasil penelitiannya di kawasan Jakarta Selatan, Senin (24/2).
Bukan cuma itu, kenaikan harga bahan pokok, kemunculan penyakit baru, konflik politik antara golongan, informasi politik yang membingungkan di berbagai platform media massa, hingga sulitnya mendapat pekerjaan juga bisa menambah overthinking.
"Kenaikan harga bahan pokok secara signifikan meningkatkan risiko overthinking hingga dua kali lipat. Begitu juga dengan biaya berobat dan harga obat yang semakin mahal yang meningkatkan risiko overthinking dua kali lipat. Bahkan, informasi tentang konflik politik dapat meningkatkan risiko overthinking hingga 1,8 kali lipat," jelas Ray.
Selain faktor ekonomi dan politik, penelitian ini juga menemukan bahwa isu kesehatan menjadi pemicu overthinking yang paling signifikan.
"Banyaknya berita tentang penyakit berbahaya serta harga obat yang makin mahal membuat masyarakat semakin cemas. Ini menjadi faktor pemicu overthinking yang paling signifikan," kata Ray.
Dengan banyaknya faktor yang memicu overthinking, penting bagi masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola stres dan menjaga kesehatan mental, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dan sosial saat ini.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hi...biang-keroknya
Dengan kondisi negara yang bobrok seperti sekarang, kalau ada orang yang mengalami masalah mental dan psikis itu harus dimaklumi, jangan dibully
Ya gimana gak overthinking kalau tiap hari kita disuguhi dengan aneka kebobrokan di depan mata... mulai dari aturan dan hukum yang tidak tegas sehingga pengguna jalan berbuat semaunya sendiri, aparat yang korup, ormas2 tukang palak, mau renov rumah dimintain duit, mau ngurus izin usaha dimintain duit, jadi korban kejahatan mau lapor juga dimintain duit... mau keluar malam2 takut begal & geng motor... mau berobat gak bisa pake BPJS karena gak semua penyakit bisa dicover, gak bisa langsung ke UGD, dana BPJSnya seret sehingga faskes2 swasta kudu nombok
Belum lagi kasus korupsi 100T lah 300T lah... banyak yang diPHK karena investor pada kabur akibat penegakan hukum yang lemah, kondisi keuangan yang tidak menentu... yang punya saham (termasuk saya) pada stress karena saham2 rontok semua, padahal saya ada beberapa saham bank2 besar negara ini
Jadi kalau ada yang bunuh diri, ada yang melukai diri sendiri, ada yang tiba2 ngamuk2 di keramaian, sekali lagi jangan dibully & dicaci maki, tapi dimaklumi