- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kejatuhan IHSG Menyeret Rupiah dan Harga Surat Utang Negara


TS
jaguarxj220
Kejatuhan IHSG Menyeret Rupiah dan Harga Surat Utang Negara
Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar keuangan domestik hari ini terseret ke zona merah menyusul penurunan peringkat saham RI dari bank investasi global Morgan Stanley, menjadi 'underweight'. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles hingga 2% sampai jelang berakhirnya sesi pertama perdagangan hari ini.
Pelemahan IHSG memberi tekanan lebih besar pada nilai tukar rupiah yang sudah terbebani oleh sentimen risk-off pasar global, akibat kenaikan tensi perang dagang.
Rupiah siang ini menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam keempat di kawasan Asia, menyentuh level Rp16.304/US$.
Adapun di pasar surat utang negara, hampir semua tenor memperlihatkan kenaikan imbal hasil, indikasi tekanan pada harga obligasi.
Yield 5Y naik 2,7 basis poin ke level 6,580%, disusul oleh yield 10Y yang naik 1,9 basis poin ke level 6,803%.
SUN tenor menengah lebih tinggi kenaikan imbal hasilnya dibanding tenor pendek dan tenor panjang.
Pasar keuangan domestik yang terbanting ke zona bearish itu, salah satunya dipicu oleh penurunan peringkat saham oleh Morgan Stanley yang dirilis pagi tadi.
Prospek harga saham ke depan cenderung lesu karena pertumbuhan ekonomi domestik terlihat makin suram. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai akan makin lesu sehingga berdampak menekan tingkat return on equity emiten di bursa.
Indikator ekonomi Indonesia terkini menunjukkan kurangnya momentum pertumbuhan dan alasan utamanya adalah siklus belanja modal di Indonesia yang 'jauh lebih lemah', menurut Ahli Strategi Morgan Stanley Jonathan Garner, dikutip Selasa (25/2/2025).
"Investasi terhadap PDB bergerak sideways sepanjang tahun 2025, berkisar 29% PDB dibandingkan rata-rata 32% pada periode sebelum pandemi Covid-19. Hal itu kemungkinan berarti berkurangnya penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan," jelas Garner.
Morgan Stanley memperingatkan agar investor tetap berhati-hati terhadap prospek pembalikan jangka pendek dan secara umum lebih memilih eksposur di pasar lain di ASEAN.
Arus jual saham oleh investor asing belum berhenti sepanjang tahun ini. Mengacu data otoritas, nilai net sell investor nonresiden sepanjang tahun ini telah menembus US$ 930,8 juta year-to-date. Angka itu setara dengan Rp15,17 triliun.
Sentimen risk-off pasar global
Sejatinya, kondisi pasar global pada Selasa memang cenderung penuh tekanan. Para pemodal terindikasi memburu safe haven seperti emas dan dolar AS, seiring dengan peningkatan tensi ketegangan seputar perang tarif dan geopolitik di Timur Tengah.
Indeks dolar AS pagi ini dibuka menguat 0,16% di level 106,76, setelah langkah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan memorandum yang memerintahkan komite pemerintah untuk membatasi investasi China di sektor teknologi, energi, dan industri strategis lainnya di AS. Pemerintah AS juga meminta Meksiko untuk memberlakukan tarif terhadap impor dari China.
Selain itu, ketegangan geopolitik juga meningkat di kawasan Timur Tengah. Pemerintah AS memberlakukan pembatasan baru terhadap pialang, kapal, dan individu yang dituduh terlibat dalam pengiriman ilegal minyak mentah Iran.
Sanksi tersebut menargetkan 22 orang dan 13 kapal yang beroperasi di berbagai wilayah, termasuk Uni Emirat Arab, Hong Kong, India, dan China. Harga minyak naik karena sentimen tersebut.
Kondisi global yang bearish akhirnya membuat mata uang di emerging market tertekan. Begitu juga pasar ekuitas. Mengacu data realtime Bloomberg, hampir semua bursa saham di Asia berkubang di zona merah.
Nikkei Jepang bahkan anjlok lebih dari 1%, begitu juga Taiwan Taipex yang tergerus 1%. Bursa saham Malaysia serta Thailand juga ambles lebih dari 1%.
Adapun pelemahan valuta Asia dipimpin oleh baht yang ambles 0,38% juga dolar Taiwan 0,20%. Rupee dan rupiah kompak melemah 0,20% sejauh ini.
Hanya yen Jepang yang menguat 0,09% bersama dolar Singapura dan dolar Hong Kong masing-masing 0,04% dan 0,01%.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...-utang-negara/
Harga saham Indo jadi murah, tapi bukan sekedar murah.
Murah karena return nya ga sesuai risiko..
Danantara ga nolong, malah bikin makin dalam nyungsep nya..
Pelemahan IHSG memberi tekanan lebih besar pada nilai tukar rupiah yang sudah terbebani oleh sentimen risk-off pasar global, akibat kenaikan tensi perang dagang.
Rupiah siang ini menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam keempat di kawasan Asia, menyentuh level Rp16.304/US$.
Adapun di pasar surat utang negara, hampir semua tenor memperlihatkan kenaikan imbal hasil, indikasi tekanan pada harga obligasi.
Yield 5Y naik 2,7 basis poin ke level 6,580%, disusul oleh yield 10Y yang naik 1,9 basis poin ke level 6,803%.
SUN tenor menengah lebih tinggi kenaikan imbal hasilnya dibanding tenor pendek dan tenor panjang.
Pasar keuangan domestik yang terbanting ke zona bearish itu, salah satunya dipicu oleh penurunan peringkat saham oleh Morgan Stanley yang dirilis pagi tadi.
Prospek harga saham ke depan cenderung lesu karena pertumbuhan ekonomi domestik terlihat makin suram. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai akan makin lesu sehingga berdampak menekan tingkat return on equity emiten di bursa.
Indikator ekonomi Indonesia terkini menunjukkan kurangnya momentum pertumbuhan dan alasan utamanya adalah siklus belanja modal di Indonesia yang 'jauh lebih lemah', menurut Ahli Strategi Morgan Stanley Jonathan Garner, dikutip Selasa (25/2/2025).
"Investasi terhadap PDB bergerak sideways sepanjang tahun 2025, berkisar 29% PDB dibandingkan rata-rata 32% pada periode sebelum pandemi Covid-19. Hal itu kemungkinan berarti berkurangnya penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan," jelas Garner.
Morgan Stanley memperingatkan agar investor tetap berhati-hati terhadap prospek pembalikan jangka pendek dan secara umum lebih memilih eksposur di pasar lain di ASEAN.
Arus jual saham oleh investor asing belum berhenti sepanjang tahun ini. Mengacu data otoritas, nilai net sell investor nonresiden sepanjang tahun ini telah menembus US$ 930,8 juta year-to-date. Angka itu setara dengan Rp15,17 triliun.
Sentimen risk-off pasar global
Sejatinya, kondisi pasar global pada Selasa memang cenderung penuh tekanan. Para pemodal terindikasi memburu safe haven seperti emas dan dolar AS, seiring dengan peningkatan tensi ketegangan seputar perang tarif dan geopolitik di Timur Tengah.
Indeks dolar AS pagi ini dibuka menguat 0,16% di level 106,76, setelah langkah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan memorandum yang memerintahkan komite pemerintah untuk membatasi investasi China di sektor teknologi, energi, dan industri strategis lainnya di AS. Pemerintah AS juga meminta Meksiko untuk memberlakukan tarif terhadap impor dari China.
Selain itu, ketegangan geopolitik juga meningkat di kawasan Timur Tengah. Pemerintah AS memberlakukan pembatasan baru terhadap pialang, kapal, dan individu yang dituduh terlibat dalam pengiriman ilegal minyak mentah Iran.
Sanksi tersebut menargetkan 22 orang dan 13 kapal yang beroperasi di berbagai wilayah, termasuk Uni Emirat Arab, Hong Kong, India, dan China. Harga minyak naik karena sentimen tersebut.
Kondisi global yang bearish akhirnya membuat mata uang di emerging market tertekan. Begitu juga pasar ekuitas. Mengacu data realtime Bloomberg, hampir semua bursa saham di Asia berkubang di zona merah.
Nikkei Jepang bahkan anjlok lebih dari 1%, begitu juga Taiwan Taipex yang tergerus 1%. Bursa saham Malaysia serta Thailand juga ambles lebih dari 1%.
Adapun pelemahan valuta Asia dipimpin oleh baht yang ambles 0,38% juga dolar Taiwan 0,20%. Rupee dan rupiah kompak melemah 0,20% sejauh ini.
Hanya yen Jepang yang menguat 0,09% bersama dolar Singapura dan dolar Hong Kong masing-masing 0,04% dan 0,01%.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...-utang-negara/
Harga saham Indo jadi murah, tapi bukan sekedar murah.
Murah karena return nya ga sesuai risiko..

Danantara ga nolong, malah bikin makin dalam nyungsep nya..

Diubah oleh jaguarxj220 25-02-2025 13:11






Pitrelli dan 5 lainnya memberi reputasi
6
611
50


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan