- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Umat Katolik Papua buat petisi mosi tidak percaya kepada Uskup Agung Merauke


TS
medievalist
Umat Katolik Papua buat petisi mosi tidak percaya kepada Uskup Agung Merauke
Umat Katolik Papua buat petisi mosi tidak percaya kepada Uskup Agung Merauke
Last updated: February 24, 2025 5:27 pm

Suasana saat umat menandatangani petisi mosi tidak percaya kepada Uskup Agung Merauke, di Gereja Katolik Paroki Gembala Baik, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Senin (24/2/2025).- Jubi/Doc.
Jayapura, Jubi – Koordinator aksi mingguan Kaum awam Katolik Papua Chris Dogopia mengatakan pihaknya selama ini melakukan aksi setiap minggu, setelah ikut misa di Paroki yang menjadi tempat aksi.
Aksi setelah misa itu memperlihatkan berbagai tulisan dan protes kepada Uskup Agung Merauke, Petrus Canisius Mandagi, M.S.C. Mereka memegang atau meletakkan pamflet ditanah. Ada juga spanduk mini dibentangkan di halaman gereja dan sebagainya.
“Aksi mingguan ini bentuk desakan umat atau domba kepada gembala kami untuk mengklarifikasi pernyataan dukungan pada Proyek Strategis Nasional atau PSN Merauke yang melukai hati umatnya. Dan membuka ruang dialog antara gembala dan umat supaya kita bicara dari hati ke hati begitu, hanya itu yang kami tuntut sebenarnya, kami tidak membenci justru kami menghargai Bapa Uskup Agung Merauke,” katanya Chris kepada Jubi di Kota Jayapura, Papua, Senin (24/2/2024).
Dogopia menjelaskan bahwa pada Minggu, 23 Februari 2025, dari pukul 10:00-11:30 WP, Suara Kaum Awam Katolik Papua melakukan aksi mingguan ke-9 untuk tahun 2025 di halaman Gereja Katolik, Paroki “Gembala Baik” Abepura, Kota Jayapura, Papua.
Pada aksi kali, mereka meluncurkan petisi baru.
“Petisi ini merupakan sebagai bentuk protes terhadap pernyataan Uskup Keuskupan Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC yang kontroversial. Sekaligus melayangkan mosi tidak percaya kepadanya karena kurang mampu menjadikan suka duka umat sebagai suka duka gereja,” ujarnya.
Chris Dogopia menuturkan, umat merasa terpukul karena Mandagi mendukung penguasa dan perusahaan untuk caplok tanah dan hutan adat milik umatnya. Dimana seharusnya sebagai Gembala, mestinya dia berpihak dan membela umat penggembalaan sebagai amanat dari Tuhan.
“Pendekatan pastoral yang dibangun Mandagi tidak menyelamatkan umat. Justru membawa ancaman dan malapetaka bagi umat Katolik di kampung Wogekel dan Wanam, distrik Ilwayab, Merauke, Papua Selatan,” kata Dogopia.
Ia menambahkan, Mandagi selaku pemimpin gereja tidak patuh pada Paus Fransiskus. Paus melalui Ensiklik Laudato Si mengarahkan gereja agar membangun relasi dengan alam secara baik. Tetapi ia lebih memilih mengikuti hasrat penguasa dan perusahan untuk mengambil alih tanah atas nama kemanusiaan dan kesejahteraan.
Sementara itu, Pemuda Katolik dari Merauke Stenly Dambujai mengatakan petisi dijalankan di atas kain putih polos dengan ukuran 5×1 meter di samping poster, pamflet dan spanduk. Ratusan orang terlihat antusias menandatangani kain petisi itu menggunakan spidol.
“Sebagian hanya tanda tangan saja. Sedangkan lainnya mencurahkan isi hati, keluh kesah, keprihatinan, kepedulian, doa dan pergumulan dengan menulis pesan-pesan tertentu,” kata Stenly.
Stenly Dambujai mengatakan dalam aksi-aksi mingguan ke depan akan menggalang petisi dari sejumlah gereja di Tanah Papua. Namun, sekarang dimulai dari gereja-gereja [Katolik] yang ada di Kota Jayapura, Papua.
“Targetnya 5000-10000 orang menandatangani petisi ini. Kemudian setelah dirampung akan diantar kepada Uskup Mandagi supaya mempertimbangkan lebih lanjut,” katanya.
https://jubi.id/polhukam/2025/umat-k...agung-merauke/
Last updated: February 24, 2025 5:27 pm

Suasana saat umat menandatangani petisi mosi tidak percaya kepada Uskup Agung Merauke, di Gereja Katolik Paroki Gembala Baik, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Senin (24/2/2025).- Jubi/Doc.
Jayapura, Jubi – Koordinator aksi mingguan Kaum awam Katolik Papua Chris Dogopia mengatakan pihaknya selama ini melakukan aksi setiap minggu, setelah ikut misa di Paroki yang menjadi tempat aksi.
Aksi setelah misa itu memperlihatkan berbagai tulisan dan protes kepada Uskup Agung Merauke, Petrus Canisius Mandagi, M.S.C. Mereka memegang atau meletakkan pamflet ditanah. Ada juga spanduk mini dibentangkan di halaman gereja dan sebagainya.
“Aksi mingguan ini bentuk desakan umat atau domba kepada gembala kami untuk mengklarifikasi pernyataan dukungan pada Proyek Strategis Nasional atau PSN Merauke yang melukai hati umatnya. Dan membuka ruang dialog antara gembala dan umat supaya kita bicara dari hati ke hati begitu, hanya itu yang kami tuntut sebenarnya, kami tidak membenci justru kami menghargai Bapa Uskup Agung Merauke,” katanya Chris kepada Jubi di Kota Jayapura, Papua, Senin (24/2/2024).
Dogopia menjelaskan bahwa pada Minggu, 23 Februari 2025, dari pukul 10:00-11:30 WP, Suara Kaum Awam Katolik Papua melakukan aksi mingguan ke-9 untuk tahun 2025 di halaman Gereja Katolik, Paroki “Gembala Baik” Abepura, Kota Jayapura, Papua.
Pada aksi kali, mereka meluncurkan petisi baru.
“Petisi ini merupakan sebagai bentuk protes terhadap pernyataan Uskup Keuskupan Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC yang kontroversial. Sekaligus melayangkan mosi tidak percaya kepadanya karena kurang mampu menjadikan suka duka umat sebagai suka duka gereja,” ujarnya.
Chris Dogopia menuturkan, umat merasa terpukul karena Mandagi mendukung penguasa dan perusahaan untuk caplok tanah dan hutan adat milik umatnya. Dimana seharusnya sebagai Gembala, mestinya dia berpihak dan membela umat penggembalaan sebagai amanat dari Tuhan.
“Pendekatan pastoral yang dibangun Mandagi tidak menyelamatkan umat. Justru membawa ancaman dan malapetaka bagi umat Katolik di kampung Wogekel dan Wanam, distrik Ilwayab, Merauke, Papua Selatan,” kata Dogopia.
Ia menambahkan, Mandagi selaku pemimpin gereja tidak patuh pada Paus Fransiskus. Paus melalui Ensiklik Laudato Si mengarahkan gereja agar membangun relasi dengan alam secara baik. Tetapi ia lebih memilih mengikuti hasrat penguasa dan perusahan untuk mengambil alih tanah atas nama kemanusiaan dan kesejahteraan.
Sementara itu, Pemuda Katolik dari Merauke Stenly Dambujai mengatakan petisi dijalankan di atas kain putih polos dengan ukuran 5×1 meter di samping poster, pamflet dan spanduk. Ratusan orang terlihat antusias menandatangani kain petisi itu menggunakan spidol.
“Sebagian hanya tanda tangan saja. Sedangkan lainnya mencurahkan isi hati, keluh kesah, keprihatinan, kepedulian, doa dan pergumulan dengan menulis pesan-pesan tertentu,” kata Stenly.
Stenly Dambujai mengatakan dalam aksi-aksi mingguan ke depan akan menggalang petisi dari sejumlah gereja di Tanah Papua. Namun, sekarang dimulai dari gereja-gereja [Katolik] yang ada di Kota Jayapura, Papua.
“Targetnya 5000-10000 orang menandatangani petisi ini. Kemudian setelah dirampung akan diantar kepada Uskup Mandagi supaya mempertimbangkan lebih lanjut,” katanya.
https://jubi.id/polhukam/2025/umat-k...agung-merauke/


SunDaimond memberi reputasi
1
199
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan