Kaskus

Entertainment

sayasantriAvatar border
TS
sayasantri
Antara kebebasan dan kebablasan
Pada zaman presiden soeharto kita semua dipersulit dengan adanya pengekangan terhadap hak-hak bersuara. Sangat terasa bagaimana nilai-nilai demokrasi tampak digembosi saat itu. Setelah beliau lengser pengekangan terhadap hak-hak bersuara berangsur mereda . Rakyat semakin memiliki keleluasaan dalam  bersuara. Hal ini terus terjadi hingga saat ini. Masalah-pun kembali muncul, kebebasan berbicara yang dinilai memiliki nilai positif untuk terciptanya demokrasi, ternyata justru memunculkan clash yang sangat kuat. Apalagi dengan adanya keberadaan media social saat ini. Clash itu menjadi semakin menguat. Kebebasan berbicara banyak mengarahakan perindividuan saling mencaci maki golongan yang dianggap bersebrangan dengan dirinya.


Antara kebebasan dan kebablasan
sumber: islami.co

Berikut mungkin jawaban yang bisa saya berikan tentang hal ini:

Berbincang mengenai kebebasan berbicara, maka juga berbincang mengenai kemerdekaan. Kemerdekaan sendiri memiliki berbagai bentuk sebagaimana penjelasan Syekh Musthafa al-Galayaini. Adapun yang berkaitan dengan kebebasan berbicara disebut sebagai kemerdekaan pribadi; yaitu kebebasan bertindak, berpendapat, memilih keyakinan, mendapatkan pendidikan, berorganisasi, dan lain sebagainya.

Bebas di sini bukan berarti bebas tanpa batas, sebab Syekh Musthafa al-Galayaini menjelaskan bahwa dalam mengaplikasikan kemerdekaan ini, masing-masing individu harus mempertimbangkan kemerdekaan orang lain. Sehingga dalam hal ini kebebasan berbicara tidak bisa dijadikan landasan untuk melegalkan perilaku ujaran kebencian. Lalu bagaimana jika pelaku berangggapan apa yang dilakukan adalah bentuk dari kritikan?
Kalau memang yang dikehendaki kritikan sebab perbedaan pandangan, maka harus disampaikan dengan kata-kata yang baik dan argumentatif. Dalam al-Quran dijelaskan: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan debatilah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk [QS. an-Nahl [16]: 125].


Dengan mengetahui hal di atas berarti kebebsan berbicara bukanlah kebebasan mutlak dengan tanpa ada standarisasi khusus. Sebab kebebasan mutlak dalam hal ini akan menimbulkan kerusakan. Yaitu caci maki yang terus melahirkan clash yang membahayakan terhadap persatuan. 

Dalam Islam sendiri, ujaran kebencian merupakan hal terlarang. Mengingat besarnya efek yang timbul dari perkataan yang buruk, sebagaimana ungkapan suatu syair;

"Jagalah lisan kamu dari perkataan yang serampangan karena kebanyakan musibah itu muncul dari ucapan".

Alasan mengenai larangan ini adalah adanya unsur menyakiti dalam ujaran kebencian. Sedangkan menyakiti orang lain adalah tindakan terlarang. Ketentuan ini berlaku umum termasuk pada orang non-Muslim (baca; kafir dzimmi) (Sullam Taufiq I/83). Di sini, ujaran kebencian merupakan salah satu karakter orang-orang radikalis yang sangat anti dengan perbedaan, serta selalu fanatik buta dalam bertindak dan berfikir. (Dr. Ali Muhammad ash-Shallabi, Fikrul-Khawârij wa asy-Syi’ah fî Mîzâni Ahlisunnah wal-Jamâ’ah).

Sumber: https://annajahsidogiri.id/ujaran-ke...o-radikalisme/

Agan mungkin tertarik dengan pembahasan radikal, beberapa artikel ini mungkin bisa jadi salah satu refernsi  agan.

>> Siapa yang moderat? siapa yang radikal
>> Bahaya laten kaum radikal
>>Bias tuduhan liberal dan radikal




Diubah oleh sayasantri 17-03-2022 23:09
0
332
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan