- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Demo Indonesia Gelap, Mahasiswa Semarang Lempar Kotoran Sapi dan Duduki DPRD Jateng


TS
mabdulkarim
Demo Indonesia Gelap, Mahasiswa Semarang Lempar Kotoran Sapi dan Duduki DPRD Jateng
Demo Indonesia Gelap, Mahasiswa Semarang Lempar Kotoran Sapi dan Duduki DPRD Jateng

Sejumlah mahasiswa melempar dan membuang kotoran di area gerbang gedung DPRD Jateng, Semarang, Selasa (18/2) sore. (foto-foto: A.Antoni)
SEMARANG, iNewsSemarang.id – Ribuan mahasiswa yang tergabung Aliansi BEM se-Semarang Raya menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jateng dan DPRD Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Selasa (18/2/2025).
Para mahasiswa dari berbagai kampus di Semarang melakukan longmarch dari kawasan Imam Bardjo melintasi Jalan Pahlawan menuju Kantor Gubernur dan DPRD Jateng. Sebelumnya mereka sempat singgah di depan Markas Polda Jateng.
Di situ, mereka sempat melakukan aksi tiarap di hadapan para polisi termasuk Polwan yang telah bersiaga di depan Mapolda Jateng.

Sementara saat aksi di depan Gedung DPRD Jateng, mahasiswa melempar kotoran sapi di depan gerbang. Sebanyak satu karung kotoran sapi yang mereka bawa dibuang dan dioleskan ke jeruji gerbang. Sontak bau tak sedap menyelimuti kompleks DPRD Jateng.
Aksi itu dilakukan mahasiswa sebagai bentuk ketidakpuasan atas kinerja pemerintah, terutama terkait kebijakan efisiensi anggaran yang berpotensi berdampak pada sektor pendidikan. Mereka juga menuntut transparansi anggaran yang dipangkas.
Usai membuang kotoran sapi, massa mahasiswa membuka gerbang lalu merangsek masuk ke halaman Gedung DPRD Jateng. Mereka menyatakan telah menduduki gedung rakyat. “Kita telah berhasil menduduki gedung DPRD,” teriak orator di atas mobil komando.
Dalam aksinya, para mahasiswa menolak efisiensi anggaran sektor pendidikan untuk dialihkan ke program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, jika anggaran pendidikan dipangkas ada kemungkinan berdampak pada uang kuliah tunggal (UKT) dan dana Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

Ketua BEM Undip Aufa Atha Ariq mengatakan bahwa unjuk rasa digelar sebagai bentuk respons terhadap kebijakan pemerintahan baru, terutama terkait Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang menyoroti efisiensi belanja dalam APBN.
“Dengan tajuk Semarang menggugat negara dalam kondisi sekarat, kita turun kejalan menyampaikan keresahan dari seluruh kawan-kawan mahasiswa," tegasnya.
Menurutnya, dengan adanya efisiensi anggaran merugikan beberapa sektor antara lain pendidikan. Mahasiswa mendesak adanya transparansi dalam kebijakan ini agar tidak merugikan hak-hak pelajar dan masyarakat luas.

https://semarang.inews.id/read/55859...prd-jateng/all
Saat Kapolresta Malang Basah Kuyup Kawal Demo Mahasiswa

Muhammad Aminudin - detikJatim
Selasa, 18 Feb 2025 21:32 WIB
Kapolresta Malang Kota Kombes Nanang Haryono (Foto: Dok. Istimewa)
Malang - Polresta Malang mengawal jalannya penyampaian aspirasi yang digelar berbagai elemen mahasiswa di DPRD Kota Malang. Aksi digelar sebagai bentuk kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah dalam 100 hari kerja yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat
Kapolresta Malang Kota Kombes Nanang Haryono sebagai penanggung jawab pengamanan, mengapresiasi sikap tertib para mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi mereka.
Dalam bahasa walikan khas Malang, ia menyampaikan 'Rutam Nuwus' memiliki arti 'Terima Kasih' kepada seluruh mahasiswa dan masyarakat yang telah menyuarakan pendapat mereka dengan damai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak titik kumpul di sekitar Stadion Gajayana, aparat kepolisian telah mengawal pergerakan massa aksi yang melakukan longmarch melalui rute Jl. Semeru - Jl. Kahuripan - Jl. Tugu hingga tiba di Gedung DPRD Kota Malang.
Pengamanan ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan ketertiban serta menghindari adanya potensi gangguan kamtibmas selama aksi berlangsung.
Baca juga:
Mahasiswa Demo Tolak Efisiensi di Malang Bakar Foto Prabowo-Gibran
Meski dalam perjalanan terdapat aksi bakar ban dan aksi coret poster Presiden dan Wakil Presiden sebagai bentuk ekspresi dari peserta aksi.
Kombes Nanang menegaskan bahwa aksi tetap berlangsung dalam kondisi yang aman dan kondusif.
"Para peserta aksi tetap menjaga ketentraman Kota Malang, dengan mengedepankan pendekatan atau persuasif agar penyampaian aspirasi dapat berlangsung tertib," ujar Nanang usai pengamanan demonstrasi, Selasa (18/2/2025).
Sesampainya di Gedung DPRD Kota Malang, peserta aksi menuntut bertemu dengan Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita, wakil pimpinan DPRD dan perwakilan dari fraksi lainnya.
Aksi mahasiswa digelar sebagai bentuk kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah dalam 100 hari kerja yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat.
Baca juga:
Mahasiswa Malang Demo Protes Pemotongan Anggaran Pendidikan-Kesehatan
Termasuk pemangkasan anggaran pendidikan yang dikhawatirkan berdampak pada dunia akademik.
Hujan deras yang mengguyur Bundaran Jl. Tugu tidak menyurutkan semangat peserta aksi.Bahkan sebelumnyua Kombes Nanang bahkan turun langsung membagikan air mineral kepada para demonstran.
Tak hanya itu, Kombes Nanang juga duduk bersila bersama Ketua DPRD Kota Malang dan rela basah kuyup dibawah guyuran hujan untuk mendengar langsung aspirasi mahasiswa.
Dengan penuh empati, Kombes Nanang mendampingi jalannya dialog antara mahasiswa dan perwakilan legislatif.
"Kami memahami aspirasi adik-adik mahasiswa. Penyampaian pendapat adalah hak konstitusional yang harus dihormati. Oleh karena itu, kami akan terus mengawal dan memastikan tuntutan ini diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi," tegas Nanang.
Untuk memfasilitasi komunikasi, Kapolresta juga menyiapkan megaphone agar pernyataan sikap Ketua DPRD Kota Malang dan pengawalan 14 poin tuntutan mahasiswa dapat disampaikan dengan jelas.
Sebagai bentuk komitmen, Ketua DPRD Kota Malang bersama tujuh perwakilan fraksi sepakat untuk membawa aspirasi tersebut ke DPR RI dengan pengawalan dari Polresta Malang Kota.
Aksi damai ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah, dan aparat kepolisian dapat berjalan harmonis.
Nanang menegaskan bahwa kepolisian selalu berkomitmen untuk mengawal demokrasi yang sehat dan kondusif.
Dengan semangat humanisme dan kepedulian terhadap dinamika sosial, Polresta Malang Kota memastikan bahwa aspirasi masyarakat tersampaikan tanpa menimbulkan gangguan ketertiban umum.
Kapolresta juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta aksi, menegaskan bahwa keamanan dan ketertiban Kota Malang adalah tanggung jawab bersama
"Kami mengapresiasi mahasiswa yang tetap menjaga ketertiban dalam menyampaikan aspirasi. Ini adalah contoh bahwa Kota Malang tetap menjadi kota yang damai dan demokratis," pungkasnya.
https://www.detik.com/jatim/berita/d...emo-mahasiswa.
Kesaksian Mahasiswa 'Indonesia Gelap' Korban Kekerasan Aparat Surabaya

CNN Indonesia
Selasa, 18 Feb 2025 16:01 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Mahasiswa di Surabaya diduga jadi korban kekerasan aparat di aksi Indonesia Gelap. (CNN Indonesia/Farid)
Surabaya, CNN Indonesia -- Seorang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berinisial NZ, diduga mengalami kekerasan dari aparat saat mengikuti aksi 'Indonesia Gelap' di depan Gedung DPRD Jawa Timur, Surabaya, Senin (17/2).
NZ, yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unesa ini adalah salah negosiator dalam aksi. Ia mengatakan, insiden kekerasan itu terjadi saat aparat mulai menembakkan water canon ke arah massa aksi.
"Waktu chaos sampai water cannon disemprot, saya masih lobbying dengan polisi, terutama provos, karena dari korlap aksi massa dari pada nanti aksi nggak selesai akhirnya lobby pihak polisi agar tidak chaos," kata NZ usai dibebaskan, Selasa (18/2).
Namun, situasi berubah menjadi ricuh tak lama setelah water cannon ditembakkan. Tiba-tiba ada aparat yang memukulnya, menginjaknya dan menggeretnya.
"Samping saya ada aksi massa lain tiba-tiba juga chaos. Yang terdekat dengan barisan polisi itu saya, tiba-tiba saya diseret dan jatuh di barisan barikade polisi. Setelah itu saya dalam posisi jatuh dihantam, diinjak bagian perut, kaki sampai kepala," lanjut NZ.
NZ mengaku diseret ke arah dalam Gedung DPRD Jatim, di sepanjang jalan itu, dia terus dipukuli. Ia pun sempat lemas hingga tidak sadarkan diri setelah mengalami kekerasan.
"Lalu diamankan digeret ke dalam. Waktu jalan juga masih kena hantam dan sebagainya. Sampailah di depan teras lobby DPRD memang ada aparat polisi masih memukuli saya. Sampai situ [lobby] saya tepar, tidak sadar diri, tergeletak lemas. Lalu dibangunkan satpam," tuturnya.
Setelah kejadian tersebut, NZ diamankan dan diberikan pertolongan pertama. Dia diberi minum dan kemudian diinterogasi oleh polisi soal data pribadinya seperti nama dan alamat. Meski tidak mengalami intimidasi verbal, dia menyayangkan tindakan kekerasan yang dialaminya.
Saat itu, NZ tak melihat ada orang lain yang ditangkap selain dirinya. Ia menyatakan bahwa dirinya adalah satu-satunya mahasiswa yang dibawa ke dalam lobby DPRD saat itu.
"Ini tindakan represif oleh kepolisian. Saya tidak melakukan kesalahan tapi dipukuli sampai luka-luka.
NZ juga mengungkapkan bahwa dirinya sempat bertanya kepada aparat mengapa dirinya ditangkap dan dipukul. Padahal dirinya adalah seorang negosiator yang meminta pimpinan DPRD Jatim menemui massa, dan aksi bisa berakhir kondusif.
"Iya saya tanya kenapa dipukul dan sebagainya? Padahal saya negosiator. Tadi karena memang kondisi tidak kondusif, maka dari itu negosiator turun, tujuannya berkomunikasi dengan polisi agar tidak ada tindakan sifatnya memancing pada aksi massa. Kami ingin kondisi kondusif, tapi ada pancingan dari polisi, akhirnya chaos," katanya.
Kini, kata NZ ia bersama BEM se-Jatim, sedang mempertimbangkan bakal membawa dugaan kekerasan aparat ini ke jalur hukum.
"Saya akan menempuh jalur hukum. Ini sedang dikonsolidasikan dengan seluruh BEM dari Jatim untuk mengawal tindakan represif dari polisi," katanya.
Sementara itu, polisi membantah telah menangkap lima orang mahasiswa massa aksi 'Indonesia Gelap' saat demonstrasi di depan DPRD Jatim Surabaya, Senin (17/2).
Kabag Ops Polrestabes Surabaya AKBP Wibowo membantah pihaknya sudah menangkap lima orang mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa.
"Tadi tidak ada yang diamankan, semuanya adek-adek mahasiswa boleh dikonfirmasi. Apa yang disampaikan, isu-isu ada yang diamankan. Saya pastikan tidak ada diamankan," kata Wibowo.
Ia menuturkan aksi 'Indonesia Gelap' yang berlangsung di Surabaya berjalan relatif kondusif. Dan hanya diwarnai sedikit insiden saling dorong. Wibowo juga mengaku pihaknya tidak menangkap seorang perusuh atau provokator dalam aksi ini.
"Sampai saat ini saya belum menerima laporan itu, tapi tadi ada sedikit dorong-dorongan karena mahasiswa sedikit maju ke depan. Kemudian kita menjaga agar situasi kondusif supaya tidak masuk ke batas yang kita sepakati, hanya dorong-dorongan seperti itu," katanya.
Sementara itu korlap aksi 'Indonesia Gelap' yang juga Presiden BEM Universitas Airlangga (Unair) Aulia Thaariq Akbar atau Atta mengatakan, setidaknya ada lima mahasiswa yang ditangkap pihak kepolisian.
"Ada sekitar lima, dan kami melihat sendiri, bahwa teman kami lima orang itu dibawa oleh anggota ke dalam [Gedung DPRD]," kata Atta.
Selain itu, kata Atta, ada juga sekitar lima orang mahasiswa lainnya mengalami kekerasan oleh aparat.
https://www.cnnindonesia.com/nasiona...arat-surabaya.
aksi mahasiswa di Jawa..
bisa membesar dari waktu ke waktu

Sejumlah mahasiswa melempar dan membuang kotoran di area gerbang gedung DPRD Jateng, Semarang, Selasa (18/2) sore. (foto-foto: A.Antoni)
SEMARANG, iNewsSemarang.id – Ribuan mahasiswa yang tergabung Aliansi BEM se-Semarang Raya menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jateng dan DPRD Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Selasa (18/2/2025).
Para mahasiswa dari berbagai kampus di Semarang melakukan longmarch dari kawasan Imam Bardjo melintasi Jalan Pahlawan menuju Kantor Gubernur dan DPRD Jateng. Sebelumnya mereka sempat singgah di depan Markas Polda Jateng.
Di situ, mereka sempat melakukan aksi tiarap di hadapan para polisi termasuk Polwan yang telah bersiaga di depan Mapolda Jateng.

Sementara saat aksi di depan Gedung DPRD Jateng, mahasiswa melempar kotoran sapi di depan gerbang. Sebanyak satu karung kotoran sapi yang mereka bawa dibuang dan dioleskan ke jeruji gerbang. Sontak bau tak sedap menyelimuti kompleks DPRD Jateng.
Aksi itu dilakukan mahasiswa sebagai bentuk ketidakpuasan atas kinerja pemerintah, terutama terkait kebijakan efisiensi anggaran yang berpotensi berdampak pada sektor pendidikan. Mereka juga menuntut transparansi anggaran yang dipangkas.
Usai membuang kotoran sapi, massa mahasiswa membuka gerbang lalu merangsek masuk ke halaman Gedung DPRD Jateng. Mereka menyatakan telah menduduki gedung rakyat. “Kita telah berhasil menduduki gedung DPRD,” teriak orator di atas mobil komando.
Dalam aksinya, para mahasiswa menolak efisiensi anggaran sektor pendidikan untuk dialihkan ke program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, jika anggaran pendidikan dipangkas ada kemungkinan berdampak pada uang kuliah tunggal (UKT) dan dana Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

Ketua BEM Undip Aufa Atha Ariq mengatakan bahwa unjuk rasa digelar sebagai bentuk respons terhadap kebijakan pemerintahan baru, terutama terkait Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang menyoroti efisiensi belanja dalam APBN.
“Dengan tajuk Semarang menggugat negara dalam kondisi sekarat, kita turun kejalan menyampaikan keresahan dari seluruh kawan-kawan mahasiswa," tegasnya.
Menurutnya, dengan adanya efisiensi anggaran merugikan beberapa sektor antara lain pendidikan. Mahasiswa mendesak adanya transparansi dalam kebijakan ini agar tidak merugikan hak-hak pelajar dan masyarakat luas.

https://semarang.inews.id/read/55859...prd-jateng/all
Saat Kapolresta Malang Basah Kuyup Kawal Demo Mahasiswa

Muhammad Aminudin - detikJatim
Selasa, 18 Feb 2025 21:32 WIB
Kapolresta Malang Kota Kombes Nanang Haryono (Foto: Dok. Istimewa)
Malang - Polresta Malang mengawal jalannya penyampaian aspirasi yang digelar berbagai elemen mahasiswa di DPRD Kota Malang. Aksi digelar sebagai bentuk kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah dalam 100 hari kerja yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat
Kapolresta Malang Kota Kombes Nanang Haryono sebagai penanggung jawab pengamanan, mengapresiasi sikap tertib para mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi mereka.
Dalam bahasa walikan khas Malang, ia menyampaikan 'Rutam Nuwus' memiliki arti 'Terima Kasih' kepada seluruh mahasiswa dan masyarakat yang telah menyuarakan pendapat mereka dengan damai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak titik kumpul di sekitar Stadion Gajayana, aparat kepolisian telah mengawal pergerakan massa aksi yang melakukan longmarch melalui rute Jl. Semeru - Jl. Kahuripan - Jl. Tugu hingga tiba di Gedung DPRD Kota Malang.
Pengamanan ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan ketertiban serta menghindari adanya potensi gangguan kamtibmas selama aksi berlangsung.
Baca juga:
Mahasiswa Demo Tolak Efisiensi di Malang Bakar Foto Prabowo-Gibran
Meski dalam perjalanan terdapat aksi bakar ban dan aksi coret poster Presiden dan Wakil Presiden sebagai bentuk ekspresi dari peserta aksi.
Kombes Nanang menegaskan bahwa aksi tetap berlangsung dalam kondisi yang aman dan kondusif.
"Para peserta aksi tetap menjaga ketentraman Kota Malang, dengan mengedepankan pendekatan atau persuasif agar penyampaian aspirasi dapat berlangsung tertib," ujar Nanang usai pengamanan demonstrasi, Selasa (18/2/2025).
Sesampainya di Gedung DPRD Kota Malang, peserta aksi menuntut bertemu dengan Ketua DPRD Kota Malang Amithya Ratnanggani Sirraduhita, wakil pimpinan DPRD dan perwakilan dari fraksi lainnya.
Aksi mahasiswa digelar sebagai bentuk kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah dalam 100 hari kerja yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat.
Baca juga:
Mahasiswa Malang Demo Protes Pemotongan Anggaran Pendidikan-Kesehatan
Termasuk pemangkasan anggaran pendidikan yang dikhawatirkan berdampak pada dunia akademik.
Hujan deras yang mengguyur Bundaran Jl. Tugu tidak menyurutkan semangat peserta aksi.Bahkan sebelumnyua Kombes Nanang bahkan turun langsung membagikan air mineral kepada para demonstran.
Tak hanya itu, Kombes Nanang juga duduk bersila bersama Ketua DPRD Kota Malang dan rela basah kuyup dibawah guyuran hujan untuk mendengar langsung aspirasi mahasiswa.
Dengan penuh empati, Kombes Nanang mendampingi jalannya dialog antara mahasiswa dan perwakilan legislatif.
"Kami memahami aspirasi adik-adik mahasiswa. Penyampaian pendapat adalah hak konstitusional yang harus dihormati. Oleh karena itu, kami akan terus mengawal dan memastikan tuntutan ini diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi," tegas Nanang.
Untuk memfasilitasi komunikasi, Kapolresta juga menyiapkan megaphone agar pernyataan sikap Ketua DPRD Kota Malang dan pengawalan 14 poin tuntutan mahasiswa dapat disampaikan dengan jelas.
Sebagai bentuk komitmen, Ketua DPRD Kota Malang bersama tujuh perwakilan fraksi sepakat untuk membawa aspirasi tersebut ke DPR RI dengan pengawalan dari Polresta Malang Kota.
Aksi damai ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah, dan aparat kepolisian dapat berjalan harmonis.
Nanang menegaskan bahwa kepolisian selalu berkomitmen untuk mengawal demokrasi yang sehat dan kondusif.
Dengan semangat humanisme dan kepedulian terhadap dinamika sosial, Polresta Malang Kota memastikan bahwa aspirasi masyarakat tersampaikan tanpa menimbulkan gangguan ketertiban umum.
Kapolresta juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta aksi, menegaskan bahwa keamanan dan ketertiban Kota Malang adalah tanggung jawab bersama
"Kami mengapresiasi mahasiswa yang tetap menjaga ketertiban dalam menyampaikan aspirasi. Ini adalah contoh bahwa Kota Malang tetap menjadi kota yang damai dan demokratis," pungkasnya.
https://www.detik.com/jatim/berita/d...emo-mahasiswa.
Kesaksian Mahasiswa 'Indonesia Gelap' Korban Kekerasan Aparat Surabaya

CNN Indonesia
Selasa, 18 Feb 2025 16:01 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Mahasiswa di Surabaya diduga jadi korban kekerasan aparat di aksi Indonesia Gelap. (CNN Indonesia/Farid)
Surabaya, CNN Indonesia -- Seorang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berinisial NZ, diduga mengalami kekerasan dari aparat saat mengikuti aksi 'Indonesia Gelap' di depan Gedung DPRD Jawa Timur, Surabaya, Senin (17/2).
NZ, yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unesa ini adalah salah negosiator dalam aksi. Ia mengatakan, insiden kekerasan itu terjadi saat aparat mulai menembakkan water canon ke arah massa aksi.
"Waktu chaos sampai water cannon disemprot, saya masih lobbying dengan polisi, terutama provos, karena dari korlap aksi massa dari pada nanti aksi nggak selesai akhirnya lobby pihak polisi agar tidak chaos," kata NZ usai dibebaskan, Selasa (18/2).
Namun, situasi berubah menjadi ricuh tak lama setelah water cannon ditembakkan. Tiba-tiba ada aparat yang memukulnya, menginjaknya dan menggeretnya.
"Samping saya ada aksi massa lain tiba-tiba juga chaos. Yang terdekat dengan barisan polisi itu saya, tiba-tiba saya diseret dan jatuh di barisan barikade polisi. Setelah itu saya dalam posisi jatuh dihantam, diinjak bagian perut, kaki sampai kepala," lanjut NZ.
NZ mengaku diseret ke arah dalam Gedung DPRD Jatim, di sepanjang jalan itu, dia terus dipukuli. Ia pun sempat lemas hingga tidak sadarkan diri setelah mengalami kekerasan.
"Lalu diamankan digeret ke dalam. Waktu jalan juga masih kena hantam dan sebagainya. Sampailah di depan teras lobby DPRD memang ada aparat polisi masih memukuli saya. Sampai situ [lobby] saya tepar, tidak sadar diri, tergeletak lemas. Lalu dibangunkan satpam," tuturnya.
Setelah kejadian tersebut, NZ diamankan dan diberikan pertolongan pertama. Dia diberi minum dan kemudian diinterogasi oleh polisi soal data pribadinya seperti nama dan alamat. Meski tidak mengalami intimidasi verbal, dia menyayangkan tindakan kekerasan yang dialaminya.
Saat itu, NZ tak melihat ada orang lain yang ditangkap selain dirinya. Ia menyatakan bahwa dirinya adalah satu-satunya mahasiswa yang dibawa ke dalam lobby DPRD saat itu.
"Ini tindakan represif oleh kepolisian. Saya tidak melakukan kesalahan tapi dipukuli sampai luka-luka.
NZ juga mengungkapkan bahwa dirinya sempat bertanya kepada aparat mengapa dirinya ditangkap dan dipukul. Padahal dirinya adalah seorang negosiator yang meminta pimpinan DPRD Jatim menemui massa, dan aksi bisa berakhir kondusif.
"Iya saya tanya kenapa dipukul dan sebagainya? Padahal saya negosiator. Tadi karena memang kondisi tidak kondusif, maka dari itu negosiator turun, tujuannya berkomunikasi dengan polisi agar tidak ada tindakan sifatnya memancing pada aksi massa. Kami ingin kondisi kondusif, tapi ada pancingan dari polisi, akhirnya chaos," katanya.
Kini, kata NZ ia bersama BEM se-Jatim, sedang mempertimbangkan bakal membawa dugaan kekerasan aparat ini ke jalur hukum.
"Saya akan menempuh jalur hukum. Ini sedang dikonsolidasikan dengan seluruh BEM dari Jatim untuk mengawal tindakan represif dari polisi," katanya.
Sementara itu, polisi membantah telah menangkap lima orang mahasiswa massa aksi 'Indonesia Gelap' saat demonstrasi di depan DPRD Jatim Surabaya, Senin (17/2).
Kabag Ops Polrestabes Surabaya AKBP Wibowo membantah pihaknya sudah menangkap lima orang mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa.
"Tadi tidak ada yang diamankan, semuanya adek-adek mahasiswa boleh dikonfirmasi. Apa yang disampaikan, isu-isu ada yang diamankan. Saya pastikan tidak ada diamankan," kata Wibowo.
Ia menuturkan aksi 'Indonesia Gelap' yang berlangsung di Surabaya berjalan relatif kondusif. Dan hanya diwarnai sedikit insiden saling dorong. Wibowo juga mengaku pihaknya tidak menangkap seorang perusuh atau provokator dalam aksi ini.
"Sampai saat ini saya belum menerima laporan itu, tapi tadi ada sedikit dorong-dorongan karena mahasiswa sedikit maju ke depan. Kemudian kita menjaga agar situasi kondusif supaya tidak masuk ke batas yang kita sepakati, hanya dorong-dorongan seperti itu," katanya.
Sementara itu korlap aksi 'Indonesia Gelap' yang juga Presiden BEM Universitas Airlangga (Unair) Aulia Thaariq Akbar atau Atta mengatakan, setidaknya ada lima mahasiswa yang ditangkap pihak kepolisian.
"Ada sekitar lima, dan kami melihat sendiri, bahwa teman kami lima orang itu dibawa oleh anggota ke dalam [Gedung DPRD]," kata Atta.
Selain itu, kata Atta, ada juga sekitar lima orang mahasiswa lainnya mengalami kekerasan oleh aparat.
https://www.cnnindonesia.com/nasiona...arat-surabaya.
aksi mahasiswa di Jawa..
bisa membesar dari waktu ke waktu


sujime memberi reputasi
1
354
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan