- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tak Hanya BRICS dan OECD, Bappenas Sebut RI Perlu Masuk Seluruh Organisasi Dunia


TS
dragonroar
Tak Hanya BRICS dan OECD, Bappenas Sebut RI Perlu Masuk Seluruh Organisasi Dunia
Tak Hanya BRICS dan OECD, Bappenas Sebut RI Perlu Masuk Seluruh Organisasi Dunia
Minggu, 16 Februari 2025 - 18:18 WIB

Bappenas mengungkap, alasan kenapa Indonesia seharusnya ada di seluruh organisasi internasional yang ada di dunia seperti BRICS hingga OECD. Foto/Dok
JAKARTA - Keterlibatan aktif Indonesia dalam organisasi dunia, seperti BRICS , Organisation for Economic Co-operation and Development ( OECD ) kecuali North Atlantic Treaty Organization (NATO), dipandang perlu. Aksi ini untuk memperkuat peran Indonesia dalam menyusun regulasi dan norma yang berdampak langsung bagi ekonomi dan politik di banyak negara.
Terbaru, Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS, organisasi yang dibentuk oleh oleh Brasil, Rusia, India, dan China pada 2009, dan ditambah Afrika Selatan setahun setelahnya.Indonesia juga ingin bergabung dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), organisasi internasional yang berfokus pada pembangunan ekonomi dan kerja sama antar negara.
Keinginan RI masuk dalam sejumlah organisasi dunia disampaikan Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard dalam diskusi Ikatan Alumni University of Birmingham (IA-UB), Jakarta Selatan, Minggu (16/2/2025).
“Saya tuh bilang kalau bisa Indonesia tuh ada di seluruh organisasi internasional yang ada di dunia, kenapa? Karena tugas OECD they're making norms, they're making regulation,” ujar Febrian saat ditemui di lokasi.
Kepentingan nasional agak sulit diakomodir bila Indonesia tidak aktif di dalamnya. Febrian menyebut, suara Indonesia berpotensi tidak didengar saat regulasi disusun.
Kalau kita tidak ada disana berarti suara itu tidak didengarkan, kita tidak ada pada saatnya mereka bikin norms, bikin regulation. Nah itu sebabnya kita harus masuk, termasuk apapun itu kalau kita bisa, kecuali NATO ya pasti gak bisa karena aliansi pertahanan tuh udah dilarang di Undang-undang dasar 1945, itu koridor kita,” paparnya.
Febrian mencontohkan, aturan main alias rules of the game BRICS sudah disusun sebelumnya, namun ketika Indonesia masuk sebagai anggota penuh sejak Januari 2025 lalu, pemerintah tetap memastikan kepentingan nasional bisa terwadai dalam regulasi.
“Nah, contoh soal BRICS sudah ada 20 tahun, berarti mereka bikin rules of the game sudah ada, begitu kita masuk then first challenge adalah bagaimana kita bisa memastikan kepentingan nasional kita bisa terwadai oleh rules of the game dari BRICS yang sudah 20 tahun yang ada,” beber dia.
“Kemudian yang kedua bagaimana kita bisa memastikan bahwa keanggotaan kita ini bisa memberikan nilai tambah kita, pada saat kita masuk OECD, jadi OECD ini walaupun secara rules and regulation kita harus sama,” lanjut Febrian.
Untuk diketahui, diskusi IA-UB juga dihadiri Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Pekerjaan Umum Triono Junoasmono, Ketua LSE Society, Fauzi Ichsan, dan Ketua Oxford Society of Indonesia (OXSI), Aldi Naufida.
Ketua Umum IA-UoB Redita Aliyah Utomo menyebut, bahwa acara ini merupakan salah satu langkah IA-UoB untuk terus menjadi wadah kolaborasi, diskusi, dan pengembangan wawasan bagi para alumni serta masyarakat luas.
“Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Febrian Alphyanto Ruddyard yang telah berkenan hadir dan berbagi wawasan mendalam mengenai peran Indonesia di BRICS serta dampaknya terhadap ekonomi dan geopolitik nasional,” ujar Redita.
https://ekbis.sindonews.com/read/153...0?showpage=all
Minggu, 16 Februari 2025 - 18:18 WIB

Bappenas mengungkap, alasan kenapa Indonesia seharusnya ada di seluruh organisasi internasional yang ada di dunia seperti BRICS hingga OECD. Foto/Dok
JAKARTA - Keterlibatan aktif Indonesia dalam organisasi dunia, seperti BRICS , Organisation for Economic Co-operation and Development ( OECD ) kecuali North Atlantic Treaty Organization (NATO), dipandang perlu. Aksi ini untuk memperkuat peran Indonesia dalam menyusun regulasi dan norma yang berdampak langsung bagi ekonomi dan politik di banyak negara.
Terbaru, Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS, organisasi yang dibentuk oleh oleh Brasil, Rusia, India, dan China pada 2009, dan ditambah Afrika Selatan setahun setelahnya.Indonesia juga ingin bergabung dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), organisasi internasional yang berfokus pada pembangunan ekonomi dan kerja sama antar negara.
Keinginan RI masuk dalam sejumlah organisasi dunia disampaikan Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard dalam diskusi Ikatan Alumni University of Birmingham (IA-UB), Jakarta Selatan, Minggu (16/2/2025).
“Saya tuh bilang kalau bisa Indonesia tuh ada di seluruh organisasi internasional yang ada di dunia, kenapa? Karena tugas OECD they're making norms, they're making regulation,” ujar Febrian saat ditemui di lokasi.
Kepentingan nasional agak sulit diakomodir bila Indonesia tidak aktif di dalamnya. Febrian menyebut, suara Indonesia berpotensi tidak didengar saat regulasi disusun.
Kalau kita tidak ada disana berarti suara itu tidak didengarkan, kita tidak ada pada saatnya mereka bikin norms, bikin regulation. Nah itu sebabnya kita harus masuk, termasuk apapun itu kalau kita bisa, kecuali NATO ya pasti gak bisa karena aliansi pertahanan tuh udah dilarang di Undang-undang dasar 1945, itu koridor kita,” paparnya.
Febrian mencontohkan, aturan main alias rules of the game BRICS sudah disusun sebelumnya, namun ketika Indonesia masuk sebagai anggota penuh sejak Januari 2025 lalu, pemerintah tetap memastikan kepentingan nasional bisa terwadai dalam regulasi.
“Nah, contoh soal BRICS sudah ada 20 tahun, berarti mereka bikin rules of the game sudah ada, begitu kita masuk then first challenge adalah bagaimana kita bisa memastikan kepentingan nasional kita bisa terwadai oleh rules of the game dari BRICS yang sudah 20 tahun yang ada,” beber dia.
“Kemudian yang kedua bagaimana kita bisa memastikan bahwa keanggotaan kita ini bisa memberikan nilai tambah kita, pada saat kita masuk OECD, jadi OECD ini walaupun secara rules and regulation kita harus sama,” lanjut Febrian.
Untuk diketahui, diskusi IA-UB juga dihadiri Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Pekerjaan Umum Triono Junoasmono, Ketua LSE Society, Fauzi Ichsan, dan Ketua Oxford Society of Indonesia (OXSI), Aldi Naufida.
Ketua Umum IA-UoB Redita Aliyah Utomo menyebut, bahwa acara ini merupakan salah satu langkah IA-UoB untuk terus menjadi wadah kolaborasi, diskusi, dan pengembangan wawasan bagi para alumni serta masyarakat luas.
“Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Febrian Alphyanto Ruddyard yang telah berkenan hadir dan berbagi wawasan mendalam mengenai peran Indonesia di BRICS serta dampaknya terhadap ekonomi dan geopolitik nasional,” ujar Redita.
https://ekbis.sindonews.com/read/153...0?showpage=all


billy.ar15 memberi reputasi
1
241
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan