- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Arus Jual Landa Surat Utang, Mengekor IHSG yang Sudah Terbakar


TS
jaguarxj220
Arus Jual Landa Surat Utang, Mengekor IHSG yang Sudah Terbakar
Bloomberg Technoz, Jakarta - Reli harga surat utang negara yang berlangsung meriah pada pekan lalu, ditandai dengan arus masuk modal asing yang membanjir, akhirnya terhenti pada awal pekan ini.
Sesuai perkiraan, sentimen ketidakpastian global seputar perang tarif yang digadang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, membuat aset-aset di pasar di luar Negeri Paman Sam, terutama di emerging market, mengalami tekanan jual.
Imbal hasil SUN bergerak naik di hampir semua tenor pada Senin jelang tengah hari ini. Mengacu data OTC Bloomberg, yield pendek 2Y bergerak naik 4,3 basis poin ke level 6,701%. Lalu, tenor menengah 5Y juga naik 0,8 basis poin ke level 6,657%. Adapun tenor 10Y naik 0,2 basis poin jadi 6,875%.
Namun, meski didominasi oleh tekanan harga, beberapa tenor SUN masih bergerak menguat harganya ditandai dengan penurunan yield. Misalnya untuk SUN-11Y, lalu 12Y juga 13Y semuanya terpangkas imbal hasilnya. Bahkan tenor 16Y turun yield-nya 9,8 basis poin ke level 7,181%.
Tekanan yang melanda pasar SUN berlangsung ketika arus jual juga membesar di pasar saham domestik pagi ini. IHSG dibuka melemah dan kini sudah tergerus 1,75% ke level 6.624.
Arus jual yang membesar di hampir semua aset tersebut, menyeret nilai rupiah terperosok 0,49% sejauh ini ke level Rp16.355/US$.
Tekanan yang melanda pasar domestik hari ini, terutama karena meningkatnya kekhawatiran investor terkait perang tarif. Presiden Trump berniat mengumumkan pengenaan tarif impor sebesar 25% untuk semua impor baja dan alumunium pada Senin waktu setempat atau nanti malam waktu Indonesia Barat.
Yang membuat pasar makin khawatir adalah, tarif itu akan dikenakan universal alias ke semua negara. Meski Trump belum menyebutkan kapan persisnya bea masuk baru itu akan diberlakukan, akan tetapi kebijakan itu jelas akan berdampak besar karena konsumsi baja negeri adidaya itu cukup besar, mencapai 93 juta ton pada tahun 2023.
Di sisi lain, para investor juga khawatir inflasi AS akan kembali bangkit menyusul laporan pekerjaan pada pekan lalu yang kuat. Tingkat pengangguran AS turun jadi 4%, sementara nonfarm payrolls pada November dan Desember direvisi jadi lebih besar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata upah per jam juga meningkat pada Januari lalu.
Kekhawatiran terkait perang dagang Trump juga telah mengerek ekspektasi inflasi AS jadi ke kisaran 4,3% pada bulan lalu. Yield surat utang AS, US Treasury, pada Senin pagi terpantau bergerak naik cukup banyak, mengindikasikan ada tekanan jual yang menekan harganya.
Alhasil, yield spread dengan SUN jadi menyempit tersisa 237 basis poin, dari tadinya berada di kisaran 244 basis poin bahkan sempat di 250 basis poin.
Dana asing membanjir
Apa yang terjadi pada pasar surat utang hari ini, berkebalikan dengan yang terjadi pekan lalu.
Laporan Bank Indonesia mencatat, selama periode transaksi 3-6 Februari pada pekan lalu, investor nonresiden membukukan net buy di SBN sebesar Rp9,14 triliun.
Bahkan pada perdagangan hari Kamis saja, asing memborong Rp9,5 triliun SBN, pembelian oleh investor nonresiden sehari yang terbesar dalam empat bulan terakhir.
Sentimen bullish di pasar SBN kini membawa kepemilikan asing mencapai posisi Rp887,36 triliun sampai 6 Februari lalu, seperti data terakhir yang diumumkan Kementerian Keuangan. Itu menjadi posisi asing yang tertinggi sejak akhir Oktober tahun lalu.
Dalam sebulan terakhir hingga data perdagangan Jumat pekan lalu (7/2/2025), tingkat imbal hasil alias yield tenor 2Y tercatat sudah turun hingga 35 basis poin berdasarkan data Bloomberg.
Sementara tenor 5Y bahkan mencatat penurunan yield lebih besar, mencapai 39,4 basis poin dalam sebulan terakhir. Disusul oleh tenor 10Y yang mencatat penurunan imbal hasil 24,7 basis poin.
Untuk tenor SUN lebih panjang yaitu 15Y, 20Y dan 30Y, penurunan imbal hasil lebih kecil, yakni masing-masing 18,6 basis poin, lalu 10 basis poin dan 5,2 basis poin.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...udah-terbakar/
Ekonomi masih kuat ya gaes...

Sesuai perkiraan, sentimen ketidakpastian global seputar perang tarif yang digadang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, membuat aset-aset di pasar di luar Negeri Paman Sam, terutama di emerging market, mengalami tekanan jual.
Imbal hasil SUN bergerak naik di hampir semua tenor pada Senin jelang tengah hari ini. Mengacu data OTC Bloomberg, yield pendek 2Y bergerak naik 4,3 basis poin ke level 6,701%. Lalu, tenor menengah 5Y juga naik 0,8 basis poin ke level 6,657%. Adapun tenor 10Y naik 0,2 basis poin jadi 6,875%.
Namun, meski didominasi oleh tekanan harga, beberapa tenor SUN masih bergerak menguat harganya ditandai dengan penurunan yield. Misalnya untuk SUN-11Y, lalu 12Y juga 13Y semuanya terpangkas imbal hasilnya. Bahkan tenor 16Y turun yield-nya 9,8 basis poin ke level 7,181%.
Tekanan yang melanda pasar SUN berlangsung ketika arus jual juga membesar di pasar saham domestik pagi ini. IHSG dibuka melemah dan kini sudah tergerus 1,75% ke level 6.624.
Arus jual yang membesar di hampir semua aset tersebut, menyeret nilai rupiah terperosok 0,49% sejauh ini ke level Rp16.355/US$.
Tekanan yang melanda pasar domestik hari ini, terutama karena meningkatnya kekhawatiran investor terkait perang tarif. Presiden Trump berniat mengumumkan pengenaan tarif impor sebesar 25% untuk semua impor baja dan alumunium pada Senin waktu setempat atau nanti malam waktu Indonesia Barat.
Yang membuat pasar makin khawatir adalah, tarif itu akan dikenakan universal alias ke semua negara. Meski Trump belum menyebutkan kapan persisnya bea masuk baru itu akan diberlakukan, akan tetapi kebijakan itu jelas akan berdampak besar karena konsumsi baja negeri adidaya itu cukup besar, mencapai 93 juta ton pada tahun 2023.
Di sisi lain, para investor juga khawatir inflasi AS akan kembali bangkit menyusul laporan pekerjaan pada pekan lalu yang kuat. Tingkat pengangguran AS turun jadi 4%, sementara nonfarm payrolls pada November dan Desember direvisi jadi lebih besar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata upah per jam juga meningkat pada Januari lalu.
Kekhawatiran terkait perang dagang Trump juga telah mengerek ekspektasi inflasi AS jadi ke kisaran 4,3% pada bulan lalu. Yield surat utang AS, US Treasury, pada Senin pagi terpantau bergerak naik cukup banyak, mengindikasikan ada tekanan jual yang menekan harganya.
Alhasil, yield spread dengan SUN jadi menyempit tersisa 237 basis poin, dari tadinya berada di kisaran 244 basis poin bahkan sempat di 250 basis poin.
Dana asing membanjir
Apa yang terjadi pada pasar surat utang hari ini, berkebalikan dengan yang terjadi pekan lalu.
Laporan Bank Indonesia mencatat, selama periode transaksi 3-6 Februari pada pekan lalu, investor nonresiden membukukan net buy di SBN sebesar Rp9,14 triliun.
Bahkan pada perdagangan hari Kamis saja, asing memborong Rp9,5 triliun SBN, pembelian oleh investor nonresiden sehari yang terbesar dalam empat bulan terakhir.
Sentimen bullish di pasar SBN kini membawa kepemilikan asing mencapai posisi Rp887,36 triliun sampai 6 Februari lalu, seperti data terakhir yang diumumkan Kementerian Keuangan. Itu menjadi posisi asing yang tertinggi sejak akhir Oktober tahun lalu.
Dalam sebulan terakhir hingga data perdagangan Jumat pekan lalu (7/2/2025), tingkat imbal hasil alias yield tenor 2Y tercatat sudah turun hingga 35 basis poin berdasarkan data Bloomberg.
Sementara tenor 5Y bahkan mencatat penurunan yield lebih besar, mencapai 39,4 basis poin dalam sebulan terakhir. Disusul oleh tenor 10Y yang mencatat penurunan imbal hasil 24,7 basis poin.
Untuk tenor SUN lebih panjang yaitu 15Y, 20Y dan 30Y, penurunan imbal hasil lebih kecil, yakni masing-masing 18,6 basis poin, lalu 10 basis poin dan 5,2 basis poin.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...udah-terbakar/
Ekonomi masih kuat ya gaes...





soelojo4503 dan wandisaputra665 memberi reputasi
2
281
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan