Kaskus

News

jaguarxj220Avatar border
TS
jaguarxj220
Ada Apa di Balik Seruan Tagar #Kaburajadulu?
Kebijakan pemerintah, kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang tak menentu, mendorong gerakan tagar #kaburajadulu di media sosial. Ada rasa frustrasi?


Sejak sebulan terakhir, tagar #kaburajadulu ramai beredar di media sosial, terutama X. Tagar ini menyuarakan keinginan warganet yang berkewarganegaraan Indonesia untuk pindah ke luar negeri. Banyak diskusi yang menggunakan tagar ini sampai membeberkan trik memperoleh visa kerja, informasi lowongan pekerjaan, dan perbandingan biaya hidup.

Seperti yang dilakukan Yoel Sumitro, warga negara Indonesia yang kini tinggal di Berlin, Jerman. Pada akhir Januari 2025, ia mencuit konten perbandingan bekerja di perusahaan teknologi di Singapura, Amsterdam, Tokyo, Berlin, dan Dubai. Ia sertakan pula kesempatan memperoleh visa, gaji, biaya hidup, peluang pekerjaan, dan makanan. Tak ketinggalan, dicantumkan tagar #kaburajadulu.

Saat dihubungi Kompas, Kamis (6/2/2025), dari Jakarta, Yoel yang pernah bekerja di salah satu perusahaan agen perjalanan daring ternama di Jakarta ini mengaku telah tinggal di Jerman sejak September 2022. Dia mengambil visa residen/high skilled worker di bawah kebijakan Blue Card. Kebijakan Blue Card diperuntukkan bagi tenaga kerja asing berkualifikasi tinggi.

”Tinggal dan bekerja di luar negeri tidak ada dalam cita-cita saya saat kecil. Namun, ketika dewasa, saya ingin merasakan pengalaman dan mendapatkan keterampilan memimpin tim dari berbagai macam negara,” ujar Yoel yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah, itu.

Yoel sebenarnya masih ingin kembali ke Indonesia dan memiliki angan untuk bekerja kembali di Indonesia. Akan tetapi, setiap ada berita tentang kebijakan atau eksekusi Pemerintah Indonesia yang kurang dan membuat frustrasi, dirinya merasa hilang harapan untuk kembali ke Indonesia lagi. Ia mencontohkan kebijakan bagi karyawan swasta yang harus mengiur Tapera.

Susah rasanya, karena di satu sisi masih sayang dan punya harapan untuk Indonesia, tetapi di sisi lain merasa rasa cinta ke Indonesia-nya lebih sering tidak berbalas. Lebih parah daripada cinta bertepuk sebelah tangan. Ini seperti kita lagi mau peduli ke satu orang, tetapi balasannya malah digebukin sama orang yang kita sayang itu,” tuturnya.

Yoel yang ikut dalam arus diskusi #kaburajadulu berpendapat, tagar itu menunjukkan bentuk frustrasi atas kebijakan pemerintah dan kondisi sosial ekonomi di Indonesia. Berdasarkan pengamatannya, setiap kali ada blunder wacana kebijakan pemerintah, tagar itu kembali ramai.

Warga negara Indonesia lain, Ardianto Satriawan, saat ini sedang mengajukan visa permanent residence ke Pemerintah Korea Selatan. Sebagai peneliti lulusan doktoral, dia merasa tinggal dan bekerja di Korea Selatan lebih banyak untung dibanding rugi. Dia lantas mencontohkan, anaknya sempat demam tinggi dan hampir hilang kesadaran sehingga perlu dirawat di unit gawat darurat (UGD). Penanganannya cepat dan jaminan sosialnya telah terintegrasi dengan kartu identitas, pajak, dan gaji.

Contoh lainnya, ketika istrinya hamil dan melahirkan, Pemerintah Korea Selatan memberikan subsidi untuk pemeriksaan kandungan dan proses persalinan. Subsidi ini meringankan biaya yang harus dia keluarkan.

Biaya tempat tinggal masih masuk akal, hanya 30 persen dari upah minimum regional (UMR) bulanan setempat. Upah yang sangat layak dengan jam kerja sama dinikmatinya, sekaligus masih memiliki banyak waktu bersama keluarga.

Dengan keterampilan yang sama, jam kerja yang sama, dan usaha yang sama, kerja di luar negeri mendapat fasilitas dan upah yang lebih layak. Dosen lulusan doktoral di Indonesia bisa digaji di bawah UMR, sedangkan di luar negeri keterampilan mereka sangat dihargai. Wajar, orang ingin kehidupan yang lebih baik dengan menyerukan #kaburajadulu,” kata Ardianto.

Warga negara Indonesia lain, Ibrahim Arief atau akrab disapa Ibam, yang pernah lima kali pindah negara, merasa di tengah hype tagar #kaburajadulu, pindah dan tinggal di luar negeri perlu dilihat secara berimbang. Menurut dia, tidak selamanya tinggal di luar negeri otomatis langsung berdampak lebih baik daripada tinggal di Indonesia.

”Sepanjang karier, saya sudah lima kali pindah negara sehingga merasa pindah ke negara lain selalu butuh pertimbangan matang dan bukan hanya soal bisa dapat penawaran kerja apa pun atau tidak. Dulu, saya pernah membantu teman melamar kerja jadi ilmuwan perangkat lunak di Belanda. Tetapi, ketika tinggal tanda tangan, beliau mundur karena merasa berat berpisah jauh dari keluarga,” ucap Ibam yang pernah menjadi Vice President of Engineering Bukalapak pada 2016-2019.

Lebih jauh, lanjut Ibam, setelah pandemi Covid-19 terjadi fenomena ”musim dingin” industri teknologi sehingga permintaan talenta digital secara global berkurang. Di sisi lain, ada tren perusahaan teknologi memberlakukan kerja jarak jauh sehingga karyawan asing tidak perlu bermigrasi.

Co-Founder dan CEO Kitabisa Vikra Ijaz yang pernah delapan tahun tinggal di luar negeri berpendapat, setiap negara memiliki kebijakan yang bisa lebih baik ataupun lebih buruk dibanding di Indonesia. Saat itu, dia ikut keluarga mengajukan visa residen untuk sekolah.

”Banyak testimoni dan kesempatan yang terbuka di negara lain yang dinilai lebih menjanjikan untuk menberikan kualitas hidup yang lebih baik untuk diri dan keluarga. Sementara di Indonesia muncul gejala frustrasi masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak atau tidak hadir melindungi rakyat. Saya mengamati, situasi ini sebagai pemicu lahirnya tagar #kaburajadulu,” ucap Vikra.

Perspektif ekonomi

Menurut Visiting Senior Fellow Yusof Ishak Institute (ISEAS) Singapura Yanuar Nugroho, fenomena #kaburajadulu menjadi respons sejumlah warga Indonesia, khususnya orang muda di bawah usia 40 tahun, yang merasa situasi dan kondisi hidup di Indonesia semakin buruk, sulit, tidak pasti, dan tidak jelas.

Respons perasaan seperti itu dipicu bukan hanya dari perspektif ekonomi, seperti sulitnya mencari kerja, tiadanya keamanan/jaminan/kepastian kerja, dan buruknya sistem perlindungan sosial, melainkan juga persoalan sosial, politik, dan lingkungan.

”Generasi muda ini merasa perekat hidup bersama atau social fabric sudah tidak ada lagi. Situasi Indonesia mereka nilai semakin individual, egois, dan semakin cari aman sendiri-sendiri. Akibatnya, mereka merasa tidak ada rasa aman, bahkan untuk hidup biasa saja,” ujar Yanuar.

Dari perspektif lingkungan, dia mengamati, generasi muda Indonesia sebenarnya semakin peka dan kritis melihat persoalan lingkungan, mulai dari masalah polusi, kerusakan alam, hingga sampah. Mereka kecewa karena kualitas hidup di Indonesia dari sudut pandang lingkungan amat buruk. Semuanya itu terkulminasi dalam aspek politik.

Pemilu ternyata tidak melahirkan pemimpin yang mereka harapkan. Yanuar menduga, sejumlah anak muda mungkin memilih pimpinan politik saat ini, tetapi ternyata hasil pilihannya itu mengecewakan. Misalnya, kebijakan yang memberatkan tetapi plin-plan, ada kebijakan yang cenderung keliru, janji politik yang memberatkan semua orang, dan bahkan pendekatan birokratis yang ngawur seperti pemotongan anggaran tanpa pikir panjang sehingga mengganggu kinerja kementerian/lembaga dan layanan publik.

Semua kekecewaan itu terakumulasi dan membuat anak-anak muda ini muak untuk terus tinggal di Indonesia. Selain tagar #kaburajadulu di X yang belakangan ramai, dia mengamati sebenarnya sudah cukup lama beredar meme-meme bertuliskan seperti ”mengapa aku dilahirkan di NKRI”.

”Intinya sama, yaitu sudah tidak tahan lagi menghadapi seluruh kekonyolan hidup di Indonesia. Apalagi, saat mereka tahu banyak negara kaya membutuhkan warga negara baru karena populasi penduduknya menua, seperti Jepang dan beberapa negara Skandinavia. Banyak yang sudah mencoba memulai peruntungannya di sana,” kata Yanuar.

Fenomena sejumlah warga negara suatu negara kabur ke luar negeri bukan hal baru. Negara berkembang lain, seperti India, Pakistan, Vietnam, dan beberapa negara Afrika, pernah mengalami fenomena serupa, khususnya ketika negara tersebut masih dalam keadaan sulit sampai akhir 1990-an. Motivasi keluar saat itu ialah mencari penghidupan yang lebih baik dan lebih aman.

”Sementara saat ini, dari negara-negara tersebut yang telah berkembang dan lebih maju, motivasi anak-anak muda keluar negeri lebih untuk mencari pengalaman dan kesempatan baru, selain masih ada motif politik juga. Di Amerika Serikat, pasca-Donald Trump kembali terpilih menjadi presiden juga terjadi fenomena sejumlah anak muda memilih kabur, khususnya ke Kanada, Selandia Baru, Australia, dan kawasan Eropa,” ujarnya.

Dosen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Suzie S Sudarman, menambahkan, sejumlah mahasiswa di kelasnya sekarang juga memiliki orientasi ingin bisa ke luar negeri sejalan dengan diskusi #kaburajadulu di X. Menurut dia, pemicunya ialah pertarungan elite yang bukan untuk urusan perbaikan kondisi kehidupan rakyat Indonesia, melainkan hanya ingin merebut posisi demi mengumpulkan uang.

Fenomena kekuasaan yang tidak berempati pada sesama itu dimulai di luar negeri yang terkena krisis fiskal pada tahun 1980-an. Saat itu, semua bantuan sosial dipangkas penguasa karena sistem yang memberikan kesejahteraan tersebut dianggap membebani pemerintah.

”Kondisi yang sama sekarang terjadi di Amerika Serikat. Kalau sudah menjadi langgam di negara-negara Barat dan kita mengikuti, padahal belum waktunya, akan mendorong penurunan level kesejahteraan,” ujar Suzie.

Dia menambahkan, diskusi dan fenomena #kaburajadulu tidak sepenuhnya berkaitan dengan perang antarkelas sosial ekonomi. Kebanyakan warga negara Indonesia yang memutuskan keluar dari Indonesia karena semata-mata ingin menikmati adanya hukum yang adil.

https://www.kompas.id/artikel/ada-ap...r-kaburajadulu

Yang diterima di luar negeri cuma S2-S3.

Kalo cuma lulusan SMA, apalagi yang langganan bansos, MBG, kaga usah ngarep.. emoticon-Ngakak (S)
dragunov762mmAvatar border
bonek.kamarAvatar border
koploplondo972Avatar border
koploplondo972 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
310
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan