- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Kremlin Akhiri Spekulasi: BRICS Tidak Berencana Membuat Mata Uang Bersama


TS
hulkiest
Kremlin Akhiri Spekulasi: BRICS Tidak Berencana Membuat Mata Uang Bersama

Rumor tentang mata uang bersama untuk BRICS terus muncul dan memicu spekulasi mengenai kemungkinan tandingan bagi dolar AS. Dengan semakin banyak negara yang ingin mengurangi ketergantungan pada dolar, isu mata uang bersama BRICS menjadi perhatian global, terutama bagi Amerika Serikat. Bahkan, Donald Trump telah mengancam akan memberlakukan sanksi terhadap negara-negara yang mempertimbangkan alternatif selain dolar. Namun, Kremlin baru saja menegaskan bahwa tidak ada proyek semacam itu yang sedang dibahas. Sebagai gantinya, blok ini lebih fokus pada platform investasi bersama, meskipun strategi moneter sebenarnya masih menyisakan tanda tanya.
Kremlin Tutup Pintu untuk Mata Uang Tunggal BRICS
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dengan tegas membantah spekulasi yang beredar: “BRICS tidak sedang membahas penciptaan mata uang bersama.” Pernyataan ini bertujuan untuk mengklarifikasi berbagai rumor yang menyebut bahwa BRICS tengah menyiapkan mata uang guna menyaingi dolar AS. Meskipun beberapa negara anggota tertarik pada opsi moneter alternatif, saat ini tidak ada rencana konkret terkait hal tersebut.
Menurut Peskov, diskusi dalam BRICS lebih banyak berfokus pada platform investasi bersama dan mekanisme kerja sama ekonomi. Alih-alih ingin mengubah tatanan moneter global, kelompok ini bertujuan untuk memperkuat perdagangan antar anggotanya.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan dengan Washington. Beberapa pejabat Amerika Serikat menganggap BRICS sebagai ancaman terhadap dominasi dolar. Dengan menutup spekulasi mengenai mata uang bersama, Kremlin tampaknya ingin meredakan kekhawatiran dan menghindari eskalasi ekonomi dengan AS.
Trump Tingkatkan Tekanan terhadap BRICS
Meskipun pernyataan Kremlin telah mengakhiri spekulasi mengenai mata uang bersama BRICS, ketegangan dengan Washington terus meningkat. Donald Trump menanggapi isu ini dengan keras, mengancam akan mengenakan tarif 100% pada produk dari negara-negara BRICS yang mempertimbangkan penciptaan mata uang baru.
Di platform Truth Social, Trump menulis:
“Ide bahwa negara-negara BRICS mencoba menjauh dari dolar sementara kita diam saja telah BERAKHIR. Mereka harus berkomitmen untuk tidak menciptakan mata uang baru, atau mereka akan sepenuhnya dikeluarkan dari pasar Amerika.”
Ancaman ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mempertahankan dominasi dolar dalam perdagangan internasional. Namun, alih-alih menahan negara-negara BRICS, tekanan ini justru dapat mempercepat momentum de-dolarisasi.
Alih-alih menciptakan mata uang tunggal, BRICS mulai mengeksplorasi solusi lain, seperti perjanjian bilateral menggunakan mata uang lokal dan penggunaan emas sebagai acuan dalam transaksi tertentu. Dalam lingkungan ekonomi yang semakin terfragmentasi, diversifikasi sistem keuangan mulai muncul sebagai alternatif yang semakin nyata.
Kremlin Ends Rumors : BRICS Not Planning A Unified Currency
Mata uang BRICS ini semakin terlihat tidak jelas. Di satu sisi, negara-negara anggotanya masih menjadikan pasar Barat sebagai tujuan utama ekspor mereka. Seperti yang kita tahu, sebagian besar negara BRICS berfokus pada ekspor komoditas sumber daya alam, seperti minyak sawit, batu bara, minyak, gas alam, dan produk agrikultur. Satu-satunya pengecualian adalah China, yang lebih banyak mengekspor produk manufaktur.
Namun, intinya tetap sama bahwa pasar Barat adalah tujuan utama ekspor mereka. Jika BRICS benar-benar berniat melemahkan mata uang Barat seperti dolar AS, hal ini justru bisa merugikan negara-negara anggotanya sendiri.
Apa dampaknya?
- Banyak negara BRICS (terutama China dan India) masih menyimpan cadangan devisa dalam dolar. Jika dolar melemah, nilai aset mereka dalam dolar akan turun, yang bisa merugikan perekonomian mereka.
- Negara-negara seperti China, India, dan Brasil bergantung pada ekspor ke negara-negara Barat, terutama AS. Jika dolar melemah, daya beli AS berkurang, yang bisa menurunkan permintaan atas produk BRICS dan membuat ekspor mereka lebih mahal.
- Banyak investasi asing di negara-negara BRICS berasal dari investor yang bertransaksi dalam dolar. Jika dolar melemah drastis, bisa terjadi capital flight (pelarian modal), yang membuat ekonomi BRICS lebih rentan terhadap krisis keuangan.
Jadi kesimpulannya adalah, BRICS ini organisasi apa sih? Kok kontradiktif ya, postur mereka seolah ingin menunjukan bahwa mereka ingin lepas dari pengaruh barat, tapi disisi lainnya, mereka masih sangat butuh juga kepada barat. Jadi, ya sudahlah.






mnotorious19150 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
555
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan