- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Rupiah Merah Tergencet Sentimen Global dan Kejatuhan IHSG


TS
jaguarxj220
Rupiah Merah Tergencet Sentimen Global dan Kejatuhan IHSG
Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terperosok melemah pada perdagangan hari ini, hingga ditutup melemah 0,28% di posisi Rp16.330/US$, menjadi mata uang Asia dengan pelemahan terdalam ketiga, setelah baht Thailand dan won Korea Selatan.
Keterpurukan rupiah hari ini sepertinya terseret dua faktor sekaligus.
Ketidakpastian global yang masih kuat terkait gonjang-ganjing tarif impor AS, ditambah penantian para pelaku pasar akan laporan pekerjaan AS, jelang akhir pekan ini, telah membuat arus modal global menjauhi aset-aset emerging market.
Indeks dolar AS yang sempat melemah dua hari perdagangan beruntun, kembali bangkit begitu pasar Eropa dibuka dan sore ini bergerak di kisaran 107,91 menguat 0,31% dibanding hari sebelumnya.
Rupiah juga tertekan turbulensi di pasar domestik. Arus keluar pemodal dari pasar saham domestik telah menjatuhkan IHSG lebih dari 2%, semakin jauh meninggalkan zona 7.000-an.
Sementara itu, arus beli di pasar surat utang negara masih berlanjut di mana mayoritas tenor SUN naik harga, terindikasi dari penurunan tingkat imbal hasilnya. Risiko investasi di Indonesia, yang terlihat dari tingkat Credit Default Swap (CDS) 5 tahun, hari ini tercatat menurun 1,22%.
Pelemahan rupiah hari ini juga membawa kinerja mata uang Indonesia itu terpuruk 1,40% year-to-date, persis di belakang rupee India yang ambrol hingga 2,40% sepanjang tahun ini.
Sementara menghitung periode 12 bulan terakhir, rupiah sudah merosot nilainya sebesar 3,67% dan sempat menyentuh level terlemah penutupan di Rp16.450/US$ pada Juni tahun lalu.
Kekhawatiran defisit
Para investor ditengarai mulai waspada terhadap berbagai jurus kebijakan bernuansa populis yang dilansir oleh Presiden Prabowo belakangan ini.
Itu karena kebijakan bernuansa populis tersebut dinilai bisa 'berbahaya' bagi kelangsungan kesehatan keuangan negara ke depan. Dalam hal ini, defisit fiskal APBN 2025.
Mulai dari pembatalan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), perluasan sasaran program Makan Bergizi Gratis (MBG), hingga yang terakhir pembatalan upaya pembatasan distribusi gas bersubsidi, LPG 3 kilogram, menyusul kemarahan publik yang meluas.
Kendati Pemerintahan Prabowo juga menggeber upaya efisiensi anggaran melalui penghematan hingga Rp306 triliun, para investor masih memantau apakah langkah itu bisa mengimbangi kedisiplinan pengelola negara untuk memastikan defisit fiskal sesuai target.
Pemerintah RI menargetkan defisit APBN 2025 sebesar 2,5% dari Produk Domestik Bruto. Undang-Undang di Indonesia membatasi batas rasio utang terhadap PDB maksimal sebesar 3%.
Kebijakan-kebijakan itu di satu sisi mungkin bisa mendukung konsumsi masyarakat, motor utama ekonomi domestik, yang sampai tahun lalu belum mampu kembali ke level sebelum Pandemi Covid-19.
Namun, ambisi pertumbuhan itu bisa terjegal bila upaya penghematan hingga Rp306 triliun itu berbalik jadi boomerang. Apalagi bila pengucuran THR dan gaji ke-13 para ASN/PNS sampai terpengaruh upaya efisiensi.
Mempertahankan target fiskal sejatinya adalah kunci untuk mempertahankan kepercayaan investor dan mendukung stabilitas ekonomi RI pada tahun-tahun mendatang, menurut Anders Faergemann, co-Head of Emerging market Global Fixed Income di Pinebridge Investments di London, dilansir dari Bloomberg.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...ejatuhan-ihsg/
Investor sudah pada takut sama Indonesia.
Apple ogah invest, lebih milih dilarang jualan.
Jualan Obligasi Ritel juga terprediksi ga mencapai target.
Bajjer cobalah pada bantu beli ORI027. Apalagi yang tenor 6 tahun.
Keterpurukan rupiah hari ini sepertinya terseret dua faktor sekaligus.
Ketidakpastian global yang masih kuat terkait gonjang-ganjing tarif impor AS, ditambah penantian para pelaku pasar akan laporan pekerjaan AS, jelang akhir pekan ini, telah membuat arus modal global menjauhi aset-aset emerging market.
Indeks dolar AS yang sempat melemah dua hari perdagangan beruntun, kembali bangkit begitu pasar Eropa dibuka dan sore ini bergerak di kisaran 107,91 menguat 0,31% dibanding hari sebelumnya.
Rupiah juga tertekan turbulensi di pasar domestik. Arus keluar pemodal dari pasar saham domestik telah menjatuhkan IHSG lebih dari 2%, semakin jauh meninggalkan zona 7.000-an.
Sementara itu, arus beli di pasar surat utang negara masih berlanjut di mana mayoritas tenor SUN naik harga, terindikasi dari penurunan tingkat imbal hasilnya. Risiko investasi di Indonesia, yang terlihat dari tingkat Credit Default Swap (CDS) 5 tahun, hari ini tercatat menurun 1,22%.
Pelemahan rupiah hari ini juga membawa kinerja mata uang Indonesia itu terpuruk 1,40% year-to-date, persis di belakang rupee India yang ambrol hingga 2,40% sepanjang tahun ini.
Sementara menghitung periode 12 bulan terakhir, rupiah sudah merosot nilainya sebesar 3,67% dan sempat menyentuh level terlemah penutupan di Rp16.450/US$ pada Juni tahun lalu.
Kekhawatiran defisit
Para investor ditengarai mulai waspada terhadap berbagai jurus kebijakan bernuansa populis yang dilansir oleh Presiden Prabowo belakangan ini.
Itu karena kebijakan bernuansa populis tersebut dinilai bisa 'berbahaya' bagi kelangsungan kesehatan keuangan negara ke depan. Dalam hal ini, defisit fiskal APBN 2025.
Mulai dari pembatalan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), perluasan sasaran program Makan Bergizi Gratis (MBG), hingga yang terakhir pembatalan upaya pembatasan distribusi gas bersubsidi, LPG 3 kilogram, menyusul kemarahan publik yang meluas.
Kendati Pemerintahan Prabowo juga menggeber upaya efisiensi anggaran melalui penghematan hingga Rp306 triliun, para investor masih memantau apakah langkah itu bisa mengimbangi kedisiplinan pengelola negara untuk memastikan defisit fiskal sesuai target.
Pemerintah RI menargetkan defisit APBN 2025 sebesar 2,5% dari Produk Domestik Bruto. Undang-Undang di Indonesia membatasi batas rasio utang terhadap PDB maksimal sebesar 3%.
Kebijakan-kebijakan itu di satu sisi mungkin bisa mendukung konsumsi masyarakat, motor utama ekonomi domestik, yang sampai tahun lalu belum mampu kembali ke level sebelum Pandemi Covid-19.
Namun, ambisi pertumbuhan itu bisa terjegal bila upaya penghematan hingga Rp306 triliun itu berbalik jadi boomerang. Apalagi bila pengucuran THR dan gaji ke-13 para ASN/PNS sampai terpengaruh upaya efisiensi.
Mempertahankan target fiskal sejatinya adalah kunci untuk mempertahankan kepercayaan investor dan mendukung stabilitas ekonomi RI pada tahun-tahun mendatang, menurut Anders Faergemann, co-Head of Emerging market Global Fixed Income di Pinebridge Investments di London, dilansir dari Bloomberg.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...ejatuhan-ihsg/
Investor sudah pada takut sama Indonesia.
Apple ogah invest, lebih milih dilarang jualan.
Jualan Obligasi Ritel juga terprediksi ga mencapai target.
Bajjer cobalah pada bantu beli ORI027. Apalagi yang tenor 6 tahun.






kucinghaohao dan 3 lainnya memberi reputasi
4
293
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan