Di Magetan, Jawa Timur, terjadi sebuah kasus hukum yang mencuri perhatian masyarakat dan media. Seorang suami, yang dikenal dengan nama Bitner Sianturi, menggugat seorang pedagang sayur keliling bernama Sumarno, dengan tuntutan sebesar 500 juta rupiah. Tuntutan ini didasarkan pada klaim bahwa keberadaan Sumarno mengganggu usaha istrinya, yang menjalankan sebuah warung. Kasus ini tidak hanya mengundang reaksi dari pihak yang terlibat, tetapi juga menarik perhatian ribuan pedagang sayur lainnya yang merasa terancam oleh gugatan ini.



Kasus ini dimulai ketika Bitner Sianturi menegur Sumarno, pedagang sayur keliling yang biasa berjualan di kawasan tempat tinggalnya. Ia mengklaim bahwa kehadiran Sumarno mengakibatkan warung istrinya kehilangan pelanggan. Dalam konteks ini, Sumarno yang membawa barang dagangan di sepedanya dianggap sebagai sumber masalah dalam bisnis Bitner. Setelah ditegur, Sumarno memilih untuk pergi dan meninggalkan lokasi tersebut, tidak ingin memperpanjang masalah.
Namun, tindakan Bitner tidak berhenti sampai di sana. Ia kemudian memutuskan untuk membawa masalah ini ke jalur hukum dengan mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri Magetan. Tuntutan sebesar 500 juta rupiah menciptakan gelombang reaksi di kalangan pedagang sayur keliling lainnya. Banyak dari mereka merasa bahwa gugatan ini tidak hanya mengancam Sumarno, tetapi juga keseluruhan profesi pedagang sayur keliling yang beroperasi di daerah tersebut.

Gugatan ini memicu reaksi luas dari masyarakat sekitar. Ribuan pedagang sayur keliling serta warga lokal menggelar unjuk rasa di depan pengadilan, menuntut agar gugatan terhadap Sumarno dibatalkan. Penolakan ini didasari oleh pandangan bahwa pedagang sayur keliling sejatinya memberikan kemudahan bagi warga, terutama mereka yang tinggal di daerah pedalaman.

Keberadaan pedagang sayur keliling dianggap membantu warga dalam hal akses belanja. Masyarakat bisa membeli sayur dan bahan makanan lainnya tanpa harus pergi jauh-jauh ke pasar. Dalam hal ini, para pedagang sayur keliling berperan penting dalam meningkatkan aksesibilitas kebutuhan sehari-hari, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan atau tinggal jauh dari pusat perdagangan.
Proses Hukum dan Mediasi



Dalam rangka menangani kasus ini, sidang perdana diadakan di Pengadilan Negeri Magetan. Majelis hakim yang menangani kasus tersebut memutuskan untuk meminta kedua belah pihak melakukan mediasi. Langkah mediasi ini dimaksudkan untuk mencari penyelesaian damai tanpa harus melalui proses hukum yang panjang dan berpotensi merugikan kedua belah pihak. Meskipun telah dilakukan upaya mediasi, hingga saat ini, belum ada kesepakatan yang dicapai. Proses mediasi akan dilanjutkan pada minggu depan untuk mencoba menemukan solusi yang bisa diterima oleh semua pihak.

Kasus ini menjadi sorotan karena dianggap mencerminkan ketidakadilan yang sering terjadi bagi pedagang kecil. Masyarakat umum dan para pendukung pedagang sayur keliling berargumen bahwa keberadaan mereka bukanlah suatu bentuk persaingan yang tidak sehat, melainkan sebuah kontribusi positif bagi perekonomian lokal. Pedagang sayur keliling seringkali membantu masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan harga pasaran, serta memberikan kenyamanan dan kepraktisan bagi konsumen.



Dukungan warga terhadap Sumarno dan pedagang sayur keliling lainnya menunjukkan solidaritas yang kuat dalam komunitas. Pandangan ini menekankan pentingnya keberagaman dalam penghidupan ekonomi, di mana setiap pelaku usaha, baik besar maupun kecil, memiliki peran yang signifikan. Warga berharap agar kasus ini dapat diselesaikan dengan adil, sehingga para pedagang sayur keliling bisa terus melanjutkan usaha mereka tanpa rasa takut akan menghadapi tuntutan hukum.

sumber gambar dan berita Liputan 6 SCTV