- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bunga Bunga di Kantor


TS
ayomembaca
Bunga Bunga di Kantor
Bunga Bunga di Kantor
Pada suatu waktu, tersebutlah sebuah kisah. Seorang pemuda yang baru saja lulus kuliah dengan nilai tinggi melamar pekerjaan sebagai sekretaris di salah satu jawatan kantor milik pemerintah. Ia pun yakin akan dapat diterima.
Namun, di kantor tersebut ia tak sendirian. Ada seorang gadis cantik yang juga menginginkan posisi yang sama. Mau tak mau, pemuda itu harus bersaing untuk mendapatkannya.
Beberapa hari kemudian, pengumuman pun tiba. Betapa terkejutnya pemuda itu, karena ia kalah. Gadis cantik itu yang diterima sebagai sekretaris, dan ia harus pulang dengan tangan hampa.
Sampai di rumah, ia tak habis pikir. Mengapa nilai-nilai tinggi yang diraihnya dari bangku kuliah tak mampu menjadikannya seorang sekretaris, pekerjaan yang ia idam-idamkan. Ia harus kalah pula dengan seorang gadis cantik yang tidak memiliki kapabilitas dan menguasai bidang tersebut.
Waktu terus berlalu, pemuda lulusan kuliah itu pun telah sedikit melupakan sejarah pahit dalam rangkaian perjalanan hidupnya.
Hingga pada suatu saat, barulah ia mengerti bahwa kantor jawatan milik pemerintahan tersebut adalah tempat bagi orang-orang yang memeras otak dan tenaga. Orang-orang di sana sering terkena stres, karena tuntutan pekerjaan, tugas yang menumpuk, serta batas waktu yang seakan-akan terus mengejar mereka. Untuk itulah gadis cantik itu diterima sebagai karyawan.
Hari-hari di kantor yang selalu diwarnai dengan kesibukan dan rasa penat memang tempat yang cocok bagi gadis itu untuk menebarkan senyumnya yang menawan serta paras ayu ke semua orang. Karena mampu meredam timbulnya stres, wajah ayu dan senyumnya adalah senjata ampuh untuk bahan relaksasi. Sambil sesekali meletakkan secangkir kopi pada deretan meja yang di lewatinya. Semua orang yang pernah memandang wajahnya menganggap dirinya sebagai "bunga bunga di kantor".
Pak Soeharto, manajer kantor tersebut, juga merasa sangat senang dengan keberadaan gadis cantik itu. Walaupun gadis cantik itu tak cukup punya kapabilitas, namun Pak Soeharto senantiasa membimbingnya dengan pelan-pelan.
Pada akhirnya, pemuda lulusan kuliah itu menyimpulkan bahwasanya "Kantor tersebut lebih mengutamakan visual daripada intelektual."
***
Kendati nampak subjektif, Cerita ini adalah asli yang sengaja dicampur dengan imajinasi.
Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca.
Pada suatu waktu, tersebutlah sebuah kisah. Seorang pemuda yang baru saja lulus kuliah dengan nilai tinggi melamar pekerjaan sebagai sekretaris di salah satu jawatan kantor milik pemerintah. Ia pun yakin akan dapat diterima.
Namun, di kantor tersebut ia tak sendirian. Ada seorang gadis cantik yang juga menginginkan posisi yang sama. Mau tak mau, pemuda itu harus bersaing untuk mendapatkannya.
Beberapa hari kemudian, pengumuman pun tiba. Betapa terkejutnya pemuda itu, karena ia kalah. Gadis cantik itu yang diterima sebagai sekretaris, dan ia harus pulang dengan tangan hampa.
Sampai di rumah, ia tak habis pikir. Mengapa nilai-nilai tinggi yang diraihnya dari bangku kuliah tak mampu menjadikannya seorang sekretaris, pekerjaan yang ia idam-idamkan. Ia harus kalah pula dengan seorang gadis cantik yang tidak memiliki kapabilitas dan menguasai bidang tersebut.
Waktu terus berlalu, pemuda lulusan kuliah itu pun telah sedikit melupakan sejarah pahit dalam rangkaian perjalanan hidupnya.
Hingga pada suatu saat, barulah ia mengerti bahwa kantor jawatan milik pemerintahan tersebut adalah tempat bagi orang-orang yang memeras otak dan tenaga. Orang-orang di sana sering terkena stres, karena tuntutan pekerjaan, tugas yang menumpuk, serta batas waktu yang seakan-akan terus mengejar mereka. Untuk itulah gadis cantik itu diterima sebagai karyawan.
Hari-hari di kantor yang selalu diwarnai dengan kesibukan dan rasa penat memang tempat yang cocok bagi gadis itu untuk menebarkan senyumnya yang menawan serta paras ayu ke semua orang. Karena mampu meredam timbulnya stres, wajah ayu dan senyumnya adalah senjata ampuh untuk bahan relaksasi. Sambil sesekali meletakkan secangkir kopi pada deretan meja yang di lewatinya. Semua orang yang pernah memandang wajahnya menganggap dirinya sebagai "bunga bunga di kantor".
Pak Soeharto, manajer kantor tersebut, juga merasa sangat senang dengan keberadaan gadis cantik itu. Walaupun gadis cantik itu tak cukup punya kapabilitas, namun Pak Soeharto senantiasa membimbingnya dengan pelan-pelan.
Pada akhirnya, pemuda lulusan kuliah itu menyimpulkan bahwasanya "Kantor tersebut lebih mengutamakan visual daripada intelektual."
***
Kendati nampak subjektif, Cerita ini adalah asli yang sengaja dicampur dengan imajinasi.
Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca.


ayambucin memberi reputasi
1
217
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan