Banjir yang melanda sejumlah area di Jakarta, khususnya Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, akibat hujan deras yang terjadi pada malam hari. Di Jakarta Pusat, banjir menggenangi Jalan Merdeka Barat dengan ketinggian air bervariasi, mencapai hingga 80 cm, serta area Cempaka Putih dan Johar Baru. Kondisi ini menyebapkan beberapa kendaraan mogok dan memperlambat waktu tempuh para pengendara karena banyak jalur yang terendam.


 
Ketinggian air di beberapa lokasi bahkan mencapai 1 meter, mengakibatkan pengendara sepeda motor harus berputar balik. Di jalan-jalan seperti Percetakan Negara dan Ahmad Yani, banyak pengendara mengalami kesulitan karena mesinnya mati akibat banjir. Situasi ini menjadi semakin parah dengan adanya informasi dari pengendara yang melaporkan terjebak di tengah genangan air yang mendalam. Pedagang di kawasan ini juga terpaksa menutup lapak dagangan mereka karena kondisi tersebut. Banyak dari mereka yang mengeluh mengenai kerugian yang diakibatkan oleh banjir, yang tidak hanya mengganggu aktivitas perdagangan sehari-hari tetapi juga mengancam kelangsungan usaha mereka.

Dampak dari banjir tidak hanya terasa di sektor transportasi dan perdagangan. Di sisi lain, warga yang tinggal di sekitar daerah rawan banjir merasakan dampak yang lebih menyedihkan. Beberapa pemukiman mengalami genangan air yang cukup dalam, mengakibatkan banyak rumah terendam. Di wilayah seperti Cempaka Putih dan Johar Baru, warga terpaksa harus menyelamatkan barang-barang berharga mereka dan memindahkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Keluarga-keluarga ini harus berjuang menghadapi cuaca buruk dan kenyataan pahit dari banjir yang tak terhindarkan.



Selain Jakarta Pusat, banjir juga merendam beberapa daerah di Jakarta Utara, termasuk Kelapa Gading dan Rawa Badak. Di Kelapa Gading, meski dikenal sebagai area yang lebih modern, kondisi drainase yang tidak memadai menjadi faktor penyebab timbulnya genangan. Banyak jalur akses menuju pusat perbelanjaan dan kawasan bisnis terputus, mengakibatkan kerugian bagi para pelaku usaha dan ketersediaan barang yang tersendat. Di Rawa Badak, pemukiman warga terancam dengan air yang menggenangi halaman rumah hingga mencapai lutut. Situasi ini semakin diperparah dengan cuaca yang tidak menentu dan perkiraan hujan yang masih akan berlangsung.

Secara keseluruhan, masalah ini terjadi tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, tetapi juga oleh buruknya drainase di wilayah tersebut. Banyak saluran air yang tersumbat oleh sampah dan limbah, yang memperparah kondisi saat hujan deras turun. Pemerintah daerah setempat sebelumnya telah melakukan beberapa program untuk membenahi infrastruktur di sektor drainase, namun hasilnya masih jauh dari harapan. Masyarakat juga diimbau bekerja sama dalam menjaga kebersihan lingkungan agar saluran drainase dapat berfungsi dengan baik.

Dalam konteks yang lebih luas, bencana banjir ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta yang merupakan ibu kota negara. Banyak solusi darurat yang ditawarkan, seperti pembangunan waduk, revitalisasi sungai, dan peningkatan sistem drainase, namun implementasinya seringkali terhambat oleh birokrasi dan anggaran. Di saat yang sama, kesadaran masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana perlu ditingkatkan agar bisa bersinergi dengan upaya pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman.



Warga setempat juga berupaya untuk menghadapi fenomena cuaca ekstrem ini dengan melakukan berbagai persiapan. Beberapa masyarakat mulai membangun sandbag di depan rumah mereka dan memasang pompa air untuk mengalirkan air hujan yang masuk ke dalam rumah. Komunitas-komunitas di area yang rentan banjir berkumpul untuk merencanakan tindakan preventif sebelum datangnya hujan yang berlebihan, dengan melakukan gotong royong untuk membersihkan saluran air dan mendorong pengelolaan sampah yang lebih baik.

sumber gambar dan berita Seputar iNews RCTI