- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
China dan India Cari Sumber Minyak Baru Akibat Sanksi AS terhadap Rusia


TS
hulkiest
China dan India Cari Sumber Minyak Baru Akibat Sanksi AS terhadap Rusia

SINGAPURA/NEW DELHI/MOSKOW, (Reuters) - Kilang minyak di China dan India tengah mencari pasokan bahan bakar alternatif sebagai respons terhadap sanksi baru Amerika Serikat yang ketat terhadap produsen dan kapal tanker Rusia. Sanksi ini dirancang untuk membatasi pendapatan ekspor minyak negara pengekspor minyak terbesar kedua di dunia tersebut.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada hari Jumat memberlakukan paket sanksi terluasnya sejauh ini, yang menargetkan pendapatan minyak dan gas Rusia.
Langkah ini diharapkan memberikan leverage kepada Kyiv dan tim pemerintahan Donald Trump yang akan datang dalam mencapai kesepakatan damai di Ukraina.
Pemerintahan Trump yang akan datang belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.
Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi terhadap produsen minyak Rusia seperti Gazprom Neft dan Surgutneftegaz, serta terhadap 183 kapal yang menjadi bagian dari armada bayangan yang selama ini memungkinkan Rusia menghindari sanksi untuk mengirimkan minyaknya ke pasar global.
Menurut Morgan Stanley, yang mengutip data dari pelacak kapal tanker Vortexa, kapal-kapal yang dikenai sanksi terbaru mengangkut sekitar 1,5 juta barel minyak mentah per hari pada 2024. Jumlah ini setara dengan sekitar 1,4% dari permintaan minyak global.
Sebagian besar kapal tersebut digunakan untuk mengirim minyak ke India dan China, setelah sanksi Barat dan batas harga yang diberlakukan oleh Kelompok Tujuh (G7) pada 2022 mengalihkan perdagangan minyak Rusia dari Eropa ke Asia. Beberapa kapal juga mengangkut minyak dari Iran, yang juga dikenai sanksi.
Lonjakan Harga Minyak Harga minyak melonjak. Minyak mentah patokan global, Brent, naik di atas $81 per barel pada hari Senin, level tertinggi sejak Agustus. Selisih harga minyak mentah jangka pendek terhadap pengiriman enam bulan kemudian mencapai titik tertinggi sejak April, menunjukkan bahwa para pedagang memperkirakan pasokan tetap ketat.
Kremlin menyatakan bahwa sanksi tersebut berisiko mengguncang pasar global, dan Moskow akan mencari cara untuk melawannya.
"Jelas bahwa Amerika Serikat akan terus mencoba melemahkan posisi perusahaan kami dengan cara yang tidak kompetitif, tetapi kami yakin dapat mengatasinya," ujar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada hari Senin.
Washington juga menjatuhkan sanksi pada perusahaan asuransi kapal utama Rusia, Ingosstrakh, dan penyedia asuransi lain, Alphastrakhovanie.
Namun, belum jelas apa yang akan terjadi pada kapal-kapal yang asuransinya tidak diketahui jika terjadi bencana lingkungan, serta mekanisme yang akan digunakan untuk menutupi biaya pembersihan atau klaim asuransi.
Adaptasi? China telah menegaskan kembali penolakannya terhadap sanksi unilateral Amerika Serikat.
Analis mengatakan bahwa sanksi baru kemungkinan akan mengurangi ekspor minyak Rusia dalam jangka pendek, tetapi Rusia dapat beradaptasi dengan menggunakan kapal dari armada bayangan yang masih belum terkena sanksi.
Ukuran sebenarnya dari armada bayangan Rusia tidak diketahui, tetapi diperkirakan mencakup hampir 600 kapal tanker.
Sejak diberlakukannya sanksi baru ini, setidaknya 65 kapal tanker minyak telah menurunkan jangkar di berbagai lokasi, termasuk di lepas pantai China dan Rusia, menurut data pelacakan kapal.
Lima di antaranya berhenti di pelabuhan China, sementara tujuh lainnya berada di lepas pantai Singapura, dengan sisanya berhenti di dekat Rusia di Laut Baltik dan Timur Jauh.
Grup Pelabuhan Shandong melarang kapal tanker yang dikenai sanksi AS untuk masuk ke pelabuhannya sebelum pengumuman Washington pada hari Jumat.
Pasar Ketat Kilang China, seperti Yulong Petrochemical, yang sebelumnya membeli minyak mentah Rusia jenis ESPO Blend, kini beralih membeli 4 juta barel minyak mentah Upper Zakum dari Abu Dhabi untuk pengiriman Februari dan Maret. Selain itu, kilang ini sedang menjajaki pembelian minyak dari Afrika Barat dan Kanada.
China juga memesan kapal tanker super besar untuk mengangkut minyak mentah dari Timur Tengah, menurut data dari firma intelijen Kpler.
Masa Transisi Dua Bulan
Saat ini, lebih dari 60% ekspor minyak laut Rusia diarahkan ke India, negara pengimpor dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia.
Meski kilang India menghentikan transaksi dengan kapal tanker dan entitas yang dikenai sanksi AS, pemerintah menyatakan bahwa pasokan minyak mentah Rusia tidak akan terganggu selama masa transisi dua bulan.
India akan mengizinkan kargo minyak Rusia yang dipesan sebelum 10 Januari untuk dibongkar di pelabuhan, dengan kemungkinan Rusia menawarkan diskon lebih besar untuk memenuhi batas harga $60 per barel yang diberlakukan G7 pada 2022.
Sementara itu, kilang India telah membeli lebih banyak minyak dari Timur Tengah dan pasar lainnya untuk mengantisipasi dampak sanksi baru ini.
Source
Sepertinya cuma Indonesia yang mempunyai nyali untuk menghadapi ancaman sanksi Amerika.




User telah dihapus dan combustor memberi reputasi
2
444
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan