- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Indonesia Gabung BRICS, demi Apa?


TS
beacuka1
Indonesia Gabung BRICS, demi Apa?

KOMPAS.com - Indonesia baru saja bergabung ke kelompok negara-negara BRICS, Senin (6/1/2025). Secara ekonomi, adakah manfaatnya? Apakah wacana mata uang acuan baru juga realistis?
"Kalau untuk harapkan investasi (dari BRICS), rasanya tidak banyak. Mungkin (ada keuntungan) dari perdagangan," ujar ekonom senior Dradjad Hari Wibowo, dalam perbincangan dengan Kompas.com, Kamis (16/1/2025).
Menurut Dradjad, Indonesia bergabung ke BRICS ada imbas positif dan negatif.
Baca juga: Neraca Dagang RI ke Negara BRICS Masih Defisit 1,63 Miliar Dollar AS di 2024
Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dradjad Wibowo saat ditemui di Hotel Le Meredien, Jakarta, Rabu (9/10/2024).
Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dradjad Wibowo saat ditemui di Hotel Le Meredien, Jakarta, Rabu (9/10/2024).(KOMPAS.com/Isna Rifka Sri Rahayu)
"Tapi (karena) sudah diputuskan oleh Presiden (untuk bergabung ke BRICS), tentu harus kita jalankan," kata dia.
Investasi vs perdagangan
Berdasarkan data, papar Dradjad, investasi terbesar ke Indonesia masih berasal dari negara-negara barat atau yang cenderung ke barat. Sebut saja Amerika Serikat, Uni Eropa, atau negara seperti Singapura dan Jepang.
Adapun dari negara-negara BRICS, posisi saat ini dan potensi investasi ke depan kemungkinan hanya berasal dari China. Meskipun peluang dari India tetap dimungkinkan, Dradjad menyebut selama ini ada persoalan terkait investasi yang tak pernah selesai antara Indonesia dan India.
Data berbeda muncul untuk perdagangan.
"Kalau lihat data (2024), ekspor kita ke BRICS itu sekitar 33-34 persen dari total ekspor Indonesia. Sepertiga dari total," sebut Dradjad.
Baca juga: Indonesia Anggota BRICS, Kemenko Perekonomian Yakin Tak Akan Ganggu Proses Aksesi ke OECD
Tapi, lanjut dia, dari proporsi total ekspor itu, 32 persen adalah ekspor ke China dan India, dengan porsi China sekitar 24 persen dan India di kisaran 8 persen.
Ekspor Indonesia dengan porsi besar berikutnya adalah negara-negara ASEAN, dengan proporsi sekitar 17 persen. Baru setelah itu ada Amerika Serikat di kisaran 10 persen, Uni Eropa 7 persen.
"Itu yang besar. Selebihnya nyebar, (seperti ke) Timur Tengah, dan sebagainya," imbuh dia.
Adapun Rusia dan Brasil, Dradjad menyebut ada pertimbangan yang lebih kompleks. Dari Brasil, kata dia, kemungkinan Indonesia akan mendatangkan sapi. Sementara dengan Rusia, pertimbangan geopolitik lebih mengemuka.
https://money.kompas.com/read/2025/0...brics-demi-apa
ini baru presidenku, berani mengambil posisi
kadrun anak abah yaman sang agen penjilat barat terguncang hebat




kakekane.cell dan 128.199.190.86 memberi reputasi
2
380
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan