- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Siswa SD Anak Tukang Bangunan di Medan Belajar di Lantai gegara Tunggak SPP


TS
mabdulkarim
Siswa SD Anak Tukang Bangunan di Medan Belajar di Lantai gegara Tunggak SPP

Nizar Aldi - detikSumut
Jumat, 10 Jan 2025 16:20 WIB
Foto: Siswa SD Swasta di Medan disuruh belajar di lantai karena tunggak uang sekolah. (Dok. Istimewa)
Medan - Sebuah video menampilkan seseorang siswa sekolah dasar (SD) swasta di Jalan STM, Kota Medan, disuruh belajar di lantai oleh wali kelas. Siswa kelas 4 SD itu disuruh belajar di lantai hanya karena menunggak uang sekolah selama 3 bulan.
Dalam video yang dilihat, Jumat (10/1/2025), terlihat siswa SD duduk di lantai dalam ruangan kelas. Kemudian perekam video yang ternyata orang tua siswa itu mempertanyakan perihal tersebut kepada wali kelas yang saat itu sedang berada di ruangan belajar.
Orang tua siswa, Kamelia (38), mengatakan jika peristiwa dalam video terjadi pada Rabu (8/1). Anaknya sendiri ternyata telah duduk selama 3 hari di lantai.
"Di hari Rabu, tanggal 6 (Januari) masuk sekolah kan, jadi sekitar 3 hari itu dia memang duduknya di lantai tanpa sepengetahuan saya," kata Kamelia kepada detikSumut, Jumat (10/1/2025).
Kamelia pun menceritakan kronologi dia mengetahui anaknya duduk di lantai saat belajar. Kamelia menyebutkan wali kelas membuat peraturan jika siswa yang belum mengambil rapor tidak boleh mengikuti kegiatan belajar mengajar.
"Jadi gini ceritanya, saya memang belum melunasi uang SPP awalnya, tapi wali kelasnya itu kan membuat peraturan kalau sudah terima raport baru muridnya bisa mengikuti pelajaran," sebutnya.
Peraturan itu kemudian diketahui dibuat sendiri oleh wali kelas tanpa sepengetahuan kepala sekolah. Anak Kamelia sendiri belum bisa mengambil rapor karena masih menunggak uang sekolah selama 3 bulan.
Kamelia mengaku sudah berkomunikasi dengan wali kelas jika dia belum bisa datang ke sekolah. Dirinya berniat menjual handphone-nya agar bisa melunasi uang sekolah kedua anaknya di sekolah itu.
Sedangkan, anaknya yang lain disebut tidak mendapat perlakuan seperti itu meskipun belum membayar uang sekolah.
"Saya sudah koordinasi hari Selasa-nya, saya bilang ibu izin saya belum bisa datang, itu rencana kemarin saya mau sempat jual HP untuk bayar uang sekolah biar (anak) dapat raport," ucapnya.
Dia mengaku mengetahui jika anaknya duduk di lantai berawal dari anaknya yang tidak mau berangkat ke sekolah pada Rabu (8/1) pagi. Saat itu, Kamelia meminta agar anaknya pergi duluan dan akan menyusul untuk membayar uang sekolah.
Anaknya kemudian menceritakan jika dia malu duduk di lantai beberapa hari ini karena belum mengambil rapor. Dari situlah kemudian Kamelia datang ke sekolah.
"Terus anak saya bilang gini 'jangan lah Mak, ayolah datang ke sekolah, Mahesa malu lo Mak asyik duduk di semen aja, dari pertama masuk," ujarnya.
Kamelia kemudian menghubungi wali kelas anaknya untuk memastikan informasi dari anaknya. Wali kelas membenarkan hal itu dan ngotot jika aturannya anak tidak bisa mengikuti pelajaran jika tidak mengambil rapor.
Mengetahui hal itu, Kamelia kemudian datang ke sekolah dan melihat langsung anaknya duduk di lantai saat belajar. Kamelia mengaku miris saat melihat anaknya duduk di lantai.
"Miris hati saya, kok kecewa kali, saya kan dari awal sudah izin, kenapa didudukkan di semen juga," ungkapnya.
Setelah sempat mempertanyakan soal anaknya duduk di lantai, Kamelia kemudian diajak ke kantor. Wali kelas disebut tetap kekeuh dengan sikapnya, padahal kepala sekolah mengatakan tidak ada membuat aturan seperti itu.
"Memang dia kekeuh, dia (wali kelas) bilang 'saya sudah suruh keluar tapi dia (siswa) nggak mau', saya tanya kepsek apakah itu peraturan dari sekolah, kepsek bilang 'peraturan itu nggak ada saya buat'," sebutnya.
Kamelia mengaku sudah memohon, apalagi dirinya saat itu sedang sakit. Suami Kamelia sendiri bekerja sebagai tukang bangunan.
Uang sekolah anaknya di SD itu sebesar Rp 60 ribu per bulan. Kedua anaknya yang sekolah di SD itu sama-sama menunggak uang sekolah selama 3 bulan.
"Kalau dia kan dari kelas 1 itu Rp 60 ribu, tidak ada naik sampai sekarang Rp 60 ribu, mereka kan ini berdua abang beradik, si adik lah satu, tiga bulan lah uang SPP mereka belum dibayar," ucapnya.
Kepala sekolah dan sejumlah guru disebut sudah meminta maaf atas kejadian itu dengan mendatangi rumah Kamelia. Namun, wali kelas tersebut hingga saat ini tidak ada menghubungi apalagi meminta maaf.
"Tadi guru-gurunya datang ke rumah untuk minta maaf, memang kepala sekolah saat di sekolah sudah meminta maaf, saya sebenarnya ingin wali kelasnya meminta maaf tapi sampai detik ini wali kelasnya tidak ada menghubungi padahal waktu di sekolah saya sampai pingsan-pingsan saya karena shock," ujarnya.
Kamelia yang merupakan ibu rumah tangga dan juga relawan sosial ini mengaku jika temannya sudah datang ke rumah. Teman relawannya berencana mencari bantuan agar bisa membayar uang sekolah anaknya.
"Tadi ada juga relawan yang datang, dia nanya juga berapa uang sekolah, cuma kita bayarkan ke sekolahnya kalau apa nanti kalau ada dapat bantuan, biarlah sampai setahun atau 2 tahun, biar nggak bayar," tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Medan Benny Sinomba Siregar saat dikonfirmasi detikSumut terkait kasus tersebut belum merespons.
https://www.detik.com/sumut/berita/d...a-tunggak-spp.
Gerindra Bantu Biayai Siswa SD yang Dihukum Belajar di Lantai
Kompas.com - 10/01/2025, 22:29 WIB Rahmat Utomo, Farid Assifa Tim Redaksi 1 Lihat Foto ()
MEDAN, KOMPAS.com - MA, siswa Kelas IV SD Swasta Abdi Sukma di Kota Medan, dihukum gurunya yang berinisial H untuk belajar di lantai, karena menunggak biaya sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) selama 3 bulan. Keadaan ini mengundang keprihatinan Partai Gerindra
. Melalui Wakil DPRD Sumut, Ihwan Ritonga, mereka mendatangi rumah MA dan langsung membantu pembiayaan sekolah MA hingga tamat SD.
"Kami mendapat instruksi dari Pak Presiden Prabowo Subianto, ketika ada masalah di masyarakat supaya hadir di tengah masyarakat. Kita juga diberi tahu admin Gerindra untuk turun," ujar Ihwan Ritonga di rumah MA, Jumat (10/1/2025).
"Maka di sini saya hadir untuk menyelesaikan masalah ini sampai anak ini tamat, jadi 2 tahun setengah kita lunasin sekaligus uang sekolahnya," tambah Ihwan Ritonga di rumah MA, Jumat (10/1/2025).
Ihwan mengatakan pihaknya juga menyerahkan sepenuhnya kepada ibu MA, yakni Kamelia, apakah MA tetap ingin bersekolah di situ atau pun pindah sekolah, demi memulihkan psikologis MA. P
Bila keluarga MA menghendaki pindah, pihaknya akan membantunya.
"Kami serahkan kepada ibu (Kamelia) apakah tetap di sekolah tersebut atau pindah sekolah," ujarnya.
Sementara itu, Kamelia mengatakan anaknya memang menunggak uang SPP selama 3 bulan dengan total biaya Rp 180 ribu.
Kata dia, salah satu penyebabnya adalah dana Program Indonesia Pintar (PIP) di tahun akhir 2024 belum cair.
Dia mengatakan awalnya anaknya juga tidak boleh mengikuti ujian akhir semester saat duduk di bangku kelas III SD, namun dia telah meminta kompensasi pembayaran kepada kepala sekolah dan anaknya diizinkan mengikuti ujian.
Namun, anaknya tidak mendapatkan rapor. Kemudian, Kamelia berencana menebus uang sekolah anaknya pada Rabu (8/1/2025).
Dia ingin menjual handphone-nya terlebih dahulu untuk tambahan membayar uang sekolah. Namun, sebelum dia pergi ke sekolah, dia sempat mendengar cerita anaknya yang malu datang ke sekolah karena sudah dua hari dihukum belajar di lantai oleh gurunya dari jam masuk sekolah pukul 08.00 hingga 13.00.
"Malu loh, Mak, ke sekolah. Kenapa malu? (Saya) disuruh duduk di semen, gara-gara belum ambil rapor, lah sejak Senin sampai Selasa," ujar Kamelia menirukan ucapan anaknya.
Kala itu, Kamelia tidak langsung percaya, sehingga pada Rabu (8/1/2025) dia langsung datang ke sekolah.
"Begitu sampai gerbang sekolah, kawan-kawan anak saya mengejar saya, sambil bilang, 'Ambil lah rapotnya, Bu, kasihan kali (korban) duduk di semen kayak pengemis.' Di situ saya sempat nangis, gitu kan, ya Allah, kok kayak gini kali," ujar Kamelia.
Lalu, saat tiba di ruang kelas, Kamelia melihat anaknya duduk di lantai sementara teman-teman yang lain duduk di kursi.
"Saya bilang ke anak saya, 'Kejam sekali gurumu, nak,' baru datang wali kelasnya dan langsung bilang, 'Peraturannya kalau belum bayar tidak dibenarkan sekolah,'" ujar Kamelia menirukan ucapan wali murid anaknya.
Kata Kamelia, wali murid menyuruh anaknya duduk di lantai karena sang anak tidak mau disuruh pulang.
"'Anak ibu sudah saya suruh pulang tetapi dia tidak mau pulang.' Jadi dia tidak boleh belajar? Kata saya, terus saya bilang, 'Dulu saya sekolah tapi tidak gini juga caranya dihukum kayak gini,'" ujar Kamelia menceritakan perdebatan dengan wali murid anaknya.
Selanjutnya, tidak berselang lama, kepala sekolah SD tersebut hadir dan menengahi. Kamelia lalu bertanya kepada kepala sekolah tersebut apakah aturan itu diberlakukan oleh sekolah.
"Saya tidak tahu," kata kepala sekolahnya.
"Terus peraturan dari mana, Bu? Tidak boleh mengikuti pelajaran. Saya tidak ada buat peraturan," ujar Kamelia menirukan ucapan kepala sekolah.
Kepala Sekolah Abdi Sukma, Juli Sari, menjelaskan, awalnya dirinya tidak mengetahui siswa kelas 4 SD tersebut duduk di lantai saat proses belajar mengajar di sekolah.
Dikatakan Juli, pihak yayasan tidak pernah mengeluarkan kebijakan siswa yang belum bayar SPP untuk duduk di lantai. Juli mengaku sudah melakukan pemanggilan terhadap wali murid dan wali kelas secara langsung.
Sebagai kepala sekolah, dia sudah meminta maaf kepada orangtua siswa tersebut. Untuk tindakan tegas terhadap wali kelas, kata Juli, pihaknya belum bisa memutuskan secara langsung.
https://medan.kompas.com/read/2025/0...age=all#page2.
Gerinda turun tangan gara-gara KIP lambat cair[/b]






aldonistic dan 6 lainnya memberi reputasi
7
715
46


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan