- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
Kenapa Gibran Disukai Banyak Orang?


TS
ramdhyahmad0433
Kenapa Gibran Disukai Banyak Orang?
Gibran ini emang keren sih kalau lo lihat dari sisi komunikasi politik. Dia ngerti banget market-nya siapa, target-nya siapa, dan apa yang harus dia jual buat bisa diterima mayoritas rakyat Indonesia. Yang bikin dia beda dari politisi lain tuh ya dia paham banget zaman sekarang tuh kayak apa. Zaman joget-joget di TikTok, konten receh, dan branding yang relatable buat anak muda. Gibran paham itu dan dia eksekusi spot on.
Sekarang kita ngomongin soal strategi dia. Gibran itu nggak cuma sekedar belusukan kayak Jokowi dulu. Kalau Jokowi kan fokus ke image "pemimpin sederhana", nggak pake jam tangan, baju murah, masuk gorong-gorong. Nah, Gibran lebih upgrade. Dia tetap ada sentuhan sederhana kayak bapaknya, tapi dia tambahin vibe anak muda, milenial, gen z vibes. Contohnya? Ya, bikin konten joget-joget, jedag-jedug TikTok, nongkrong di tempat anak muda, ngobrol sama warga sambil bagi-bagi susu. Ini bikin dia keliatan approachable, asik, dan relatable.
Terus soal pencitraan, ya ini penting banget, bro. Dalam politik, pencitraan tuh not a sin, legal banget malah. Semua politisi juga main pencitraan, cuma beda cara aja. Gibran kebetulan lebih bold dan fun. Komentarnya di medsos tuh kebanyakan positif, karena mayoritas orang Indonesia tuh nggak ribet-ribet mikirin kebijakan, mereka cuma pengen lihat politisi yang dekat, down-to-earth, dan keliatan asik.
Tapi nggak semua politisi bisa pake gaya ini. Kenapa? Karena Gibran itu first mover di gaya politik anak muda asik ini. Kayak Jokowi dulu first mover di gaya wong cilik sederhana. Kalau lo coba copy-paste gaya orang, ya nggak bakal efektif. Ganjar coba gaya wong cilik ala Jokowi, tapi gagal total karena udah expired strateginya. Orang udah bosen.
Dan jujur aja, kalau lo bandingin Gibran sama politisi lain, ya jelas Gibran lebih unggul di mata mayoritas. Anies atau Ganjar mungkin lebih educated atau lebih politis, tapi Gibran main di majority rules. Dia ngerti banget demokrasi tuh soal siapa yang dapet suara terbanyak, bukan siapa yang paling pinter. Dia juga ngerti, suara orang yang nggak terlalu peduli politik itu sama pentingnya dengan suara orang yang ngerti politik.
Soal fufu fafa alias pura-pura paham itu sih emang jadi rumor yang bikin penasaran. Tapi Gibran nggak perlu klarifikasi, karena yang peduli sama isu ini cuma minoritas. Mayoritas rakyat nggak peduli soal ini, jadi dia fokus aja ke strategi content-friendly yang ngena di hati rakyat bawah.
Intinya, bro, Gibran itu ngerti banget cara mainnya. Dia bukan cuma anak presiden yang numpang nama, tapi dia bikin own style yang beda dari Jokowi. Kalau dia lanjut konsisten kayak gini, bisa aja dia jadi game changer di politik nasional. Tapi ya, semua gaya ada masanya. Entah gaya joget-joget ini bakal laku terus atau enggak di 2029, kita lihat aja nanti.
Sekarang kita ngomongin soal strategi dia. Gibran itu nggak cuma sekedar belusukan kayak Jokowi dulu. Kalau Jokowi kan fokus ke image "pemimpin sederhana", nggak pake jam tangan, baju murah, masuk gorong-gorong. Nah, Gibran lebih upgrade. Dia tetap ada sentuhan sederhana kayak bapaknya, tapi dia tambahin vibe anak muda, milenial, gen z vibes. Contohnya? Ya, bikin konten joget-joget, jedag-jedug TikTok, nongkrong di tempat anak muda, ngobrol sama warga sambil bagi-bagi susu. Ini bikin dia keliatan approachable, asik, dan relatable.
Terus soal pencitraan, ya ini penting banget, bro. Dalam politik, pencitraan tuh not a sin, legal banget malah. Semua politisi juga main pencitraan, cuma beda cara aja. Gibran kebetulan lebih bold dan fun. Komentarnya di medsos tuh kebanyakan positif, karena mayoritas orang Indonesia tuh nggak ribet-ribet mikirin kebijakan, mereka cuma pengen lihat politisi yang dekat, down-to-earth, dan keliatan asik.
Tapi nggak semua politisi bisa pake gaya ini. Kenapa? Karena Gibran itu first mover di gaya politik anak muda asik ini. Kayak Jokowi dulu first mover di gaya wong cilik sederhana. Kalau lo coba copy-paste gaya orang, ya nggak bakal efektif. Ganjar coba gaya wong cilik ala Jokowi, tapi gagal total karena udah expired strateginya. Orang udah bosen.
Dan jujur aja, kalau lo bandingin Gibran sama politisi lain, ya jelas Gibran lebih unggul di mata mayoritas. Anies atau Ganjar mungkin lebih educated atau lebih politis, tapi Gibran main di majority rules. Dia ngerti banget demokrasi tuh soal siapa yang dapet suara terbanyak, bukan siapa yang paling pinter. Dia juga ngerti, suara orang yang nggak terlalu peduli politik itu sama pentingnya dengan suara orang yang ngerti politik.
Soal fufu fafa alias pura-pura paham itu sih emang jadi rumor yang bikin penasaran. Tapi Gibran nggak perlu klarifikasi, karena yang peduli sama isu ini cuma minoritas. Mayoritas rakyat nggak peduli soal ini, jadi dia fokus aja ke strategi content-friendly yang ngena di hati rakyat bawah.
Intinya, bro, Gibran itu ngerti banget cara mainnya. Dia bukan cuma anak presiden yang numpang nama, tapi dia bikin own style yang beda dari Jokowi. Kalau dia lanjut konsisten kayak gini, bisa aja dia jadi game changer di politik nasional. Tapi ya, semua gaya ada masanya. Entah gaya joget-joget ini bakal laku terus atau enggak di 2029, kita lihat aja nanti.


tiokyapcing memberi reputasi
1
222
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan