- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
IPO Rp21 T Lalu Marketplace Tutup, Investor Bukalapak Gigit Jari


TS
jaguarxj220
IPO Rp21 T Lalu Marketplace Tutup, Investor Bukalapak Gigit Jari
Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Bukalapak Tbk (BUKA), perintis e-commerce Indonesia, mengumumkan penghentian penjualan barang fisik di marketplace. Bukalapak tutup marketplace yang hingga 2025 saat ini, masih mempertahankan rekor sebagai Perusahaan IPO terbesar sepanjang sejarah.
Besarnya aksi penggalangan dana fantastis tersebut, belum mampu menorehkan catatan positif dalam memperkuat posisinya Bukalapak di pasar e-commerce dari para pesaing seperti Shopee, TikTok– Tokopedia, dan Lazada.
Dalam keterangan resminya, manajemen Bukalapak mengatakan hanya akan menjual produk-produk keuangan digital virtual, seperti penjualan pulsa, token listrik, hingga pembayaran BPJS Kesehatan.
“Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak,”
Harga Saham Bukalapak Bikin Investor Gigit Jari
Mencermati perjalanan harga saham Bukalapak, emiten dengan kode saham BUKA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 6 Agustus 2021 melalui penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) terbesar di Indonesia saat itu dengan sebanyak 25,76 miliar saham, yang sama dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perusahaan.

BUKA menetapkan harga IPO di Rp850/saham sehingga Bukalapak berhasil mengantongi dana segar mencapai Rp21,90 triliun.
Tidak hanya menyabet gelar rekor Perusahaan dengan raihan dana IPO terbesar sepanjang sejarah, Bukalapak juga tercatat menjadi unicorn pertama yang melantai di BEI.
Dalam memulai perjalanannya, awal perdagangan kala listing perdana, harga saham BUKA langsung melesat 24,71% di level Rp1.060/saham dari harga IPO Rp 850/saham, kenaikan saham BUKA lantas menyentuh batas atas Auto Reject Atas (ARA).
Kapitalisasi pasarnya pun langsung lompat hingga mencapai Rp109 triliun, yang masuk kategori saham Big Caps alias kapitalisasi pasar saham di atas Rp100 triliun.
Berselang keesokan harinya, saham Bukalapak (BUKA) hanya mampu ditutup dengan kenaikan 4,72% di harga Rp1.110/saham, pencapaian ini sekaligus menjadi rekor harga tertinggi (All Time High/ATH) saham BUKA sepanjang perdagangan sahamnya di Bursa, di tanggal 9 Agustus 2021.
Setelah dua hari listing tersebut, saham BUKA justru ambles dan memasuki tren Bearish dengan membentuk Lower Low Lower High hingga menyentuh All Time Low-nya dalam jangka panjang, mencapai titik terendah di posisi Rp109/saham, yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2024.
Sampai dengan saat ini, 8 Januari 2025, saham Bukalapak sudah anjlok mencapai 86,24% sejak IPO, hingga kapitalisasi pasar yang tersisa 'Hanya' Rp12,06 triliun.
“Keputusan Bukalapak hanya menjual produk virtual bukanlah strategi, melainkan sinyal permintaan bantuan,” kata Muhammad Farras Farhan, Analis dari Samuel Sekuritas di Jakarta, seperti yang diwartakan Bloomberg News, Farras lantas merekomendasikan Sell/ Jual saham BUKA.
“Perusahaan saat ini sedang menghadapi restrukturisasi bisnis besar-besaran.”
Penggunaan Dana IPO Belum Maksimal, Hingga OJK Beri Peringatan
Dalam keterbukaan informasi terbaru perihal penggunaan dana IPO mereka, dana IPO untuk modal kerja hanya akan digunakan 40%. Padahal, kala Perusahaan IPO, sebanyak-banyaknya mencapai 66% akan diserap sebagai modal kerja.
Kemudian akan dialokasikan untuk modal kerja Anak Usaha, kepada Buka Mitra Indonesia, Buka Usaha Indonesia, Buka Investasi Bersama, dan Buka Pengadaan Indonesia.
Selanjutnya dana IPO akan digunakan untuk modal kerja Bukalapak Pte. Ltd., dan untuk modal kerja PT Five Jack. Sisanya untuk pertumbuhan dan atau pengembangan usaha Perusahaan dan entitas anak.
Di sisi lain, sampai dengan Semester I-2024 sisa dana IPO BUKA tercatat ‘Masih Ada’ sebanyak Rp9,8 triliun yang disimpan pada berbagai instrumen keuangan, termasuk deposito, giro, dan obligasi.
Sampai-sampai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turun tangan dan meminta PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) untuk segera membelanjakan sisa dana IPO yang masih tersisa nilainya mencapai Rp9,8 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan saat itu, OJK sejatinya sudah beberapa kali menyurati Bukalapak (BUKA) sebagai peringatan untuk menyerap sisa dana IPO tersebut.
Namun, sampai saat ini, belum ada realisasi penyerapan sisa dana IPO yang dilakukan oleh BUKA, berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...ak-gigit-jari/
Farewell Bukalapak...
Btw, Achmad Zaky, co-founder dan mantan CEO Bukalapak, pernah dapat medali Satyalancana Wirakarya di tahun 2016 dari Pemerintah, diserahkan langsung oleh Presiden saat itu, Joko Widodo..

Besarnya aksi penggalangan dana fantastis tersebut, belum mampu menorehkan catatan positif dalam memperkuat posisinya Bukalapak di pasar e-commerce dari para pesaing seperti Shopee, TikTok– Tokopedia, dan Lazada.
Dalam keterangan resminya, manajemen Bukalapak mengatakan hanya akan menjual produk-produk keuangan digital virtual, seperti penjualan pulsa, token listrik, hingga pembayaran BPJS Kesehatan.
“Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak,”
Harga Saham Bukalapak Bikin Investor Gigit Jari
Mencermati perjalanan harga saham Bukalapak, emiten dengan kode saham BUKA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 6 Agustus 2021 melalui penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) terbesar di Indonesia saat itu dengan sebanyak 25,76 miliar saham, yang sama dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perusahaan.

Pergerakan Saham Bukalapak (Bloomberg)
BUKA menetapkan harga IPO di Rp850/saham sehingga Bukalapak berhasil mengantongi dana segar mencapai Rp21,90 triliun.
Tidak hanya menyabet gelar rekor Perusahaan dengan raihan dana IPO terbesar sepanjang sejarah, Bukalapak juga tercatat menjadi unicorn pertama yang melantai di BEI.
Dalam memulai perjalanannya, awal perdagangan kala listing perdana, harga saham BUKA langsung melesat 24,71% di level Rp1.060/saham dari harga IPO Rp 850/saham, kenaikan saham BUKA lantas menyentuh batas atas Auto Reject Atas (ARA).
Kapitalisasi pasarnya pun langsung lompat hingga mencapai Rp109 triliun, yang masuk kategori saham Big Caps alias kapitalisasi pasar saham di atas Rp100 triliun.
Berselang keesokan harinya, saham Bukalapak (BUKA) hanya mampu ditutup dengan kenaikan 4,72% di harga Rp1.110/saham, pencapaian ini sekaligus menjadi rekor harga tertinggi (All Time High/ATH) saham BUKA sepanjang perdagangan sahamnya di Bursa, di tanggal 9 Agustus 2021.
Setelah dua hari listing tersebut, saham BUKA justru ambles dan memasuki tren Bearish dengan membentuk Lower Low Lower High hingga menyentuh All Time Low-nya dalam jangka panjang, mencapai titik terendah di posisi Rp109/saham, yang terjadi pada tanggal 5 Agustus 2024.
Sampai dengan saat ini, 8 Januari 2025, saham Bukalapak sudah anjlok mencapai 86,24% sejak IPO, hingga kapitalisasi pasar yang tersisa 'Hanya' Rp12,06 triliun.
“Keputusan Bukalapak hanya menjual produk virtual bukanlah strategi, melainkan sinyal permintaan bantuan,” kata Muhammad Farras Farhan, Analis dari Samuel Sekuritas di Jakarta, seperti yang diwartakan Bloomberg News, Farras lantas merekomendasikan Sell/ Jual saham BUKA.
“Perusahaan saat ini sedang menghadapi restrukturisasi bisnis besar-besaran.”
Penggunaan Dana IPO Belum Maksimal, Hingga OJK Beri Peringatan
Dalam keterbukaan informasi terbaru perihal penggunaan dana IPO mereka, dana IPO untuk modal kerja hanya akan digunakan 40%. Padahal, kala Perusahaan IPO, sebanyak-banyaknya mencapai 66% akan diserap sebagai modal kerja.
Kemudian akan dialokasikan untuk modal kerja Anak Usaha, kepada Buka Mitra Indonesia, Buka Usaha Indonesia, Buka Investasi Bersama, dan Buka Pengadaan Indonesia.
Selanjutnya dana IPO akan digunakan untuk modal kerja Bukalapak Pte. Ltd., dan untuk modal kerja PT Five Jack. Sisanya untuk pertumbuhan dan atau pengembangan usaha Perusahaan dan entitas anak.
Di sisi lain, sampai dengan Semester I-2024 sisa dana IPO BUKA tercatat ‘Masih Ada’ sebanyak Rp9,8 triliun yang disimpan pada berbagai instrumen keuangan, termasuk deposito, giro, dan obligasi.
Sampai-sampai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turun tangan dan meminta PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) untuk segera membelanjakan sisa dana IPO yang masih tersisa nilainya mencapai Rp9,8 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan saat itu, OJK sejatinya sudah beberapa kali menyurati Bukalapak (BUKA) sebagai peringatan untuk menyerap sisa dana IPO tersebut.
Namun, sampai saat ini, belum ada realisasi penyerapan sisa dana IPO yang dilakukan oleh BUKA, berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...ak-gigit-jari/
Farewell Bukalapak...
Btw, Achmad Zaky, co-founder dan mantan CEO Bukalapak, pernah dapat medali Satyalancana Wirakarya di tahun 2016 dari Pemerintah, diserahkan langsung oleh Presiden saat itu, Joko Widodo..

Quote:
Diubah oleh jaguarxj220 08-01-2025 10:09






aldonistic dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1K
56


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan