- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
KEMUNGKINAN KEJADIAN BERDASARKAN 🧑🏻✈️PILOT KOREA🇰🇷... [NYESEK BACANYA]


TS
ramdhyahmad0433
KEMUNGKINAN KEJADIAN BERDASARKAN 🧑🏻✈️PILOT KOREA🇰🇷... [NYESEK BACANYA]
Oke guys, jadi gini ceritanya ya. Kalau kalian follow kejadian kemarin yang rame banget soal insiden pesawat di Korea, ini tuh sebenarnya banyak banget yang jadi perdebatan—mulai dari regulasi sampai keputusan pilot. Nah, kali ini gue mau coba breakdown apa yang sebenarnya ada di kepala pilot saat kejadian itu. Seru banget sih, apalagi ada satu YouTuber Korea yang juga seorang pilot. Dia ngejelasin banyak insight soal keputusan yang diambil si pilot.
Crash Recap
Kejadiannya itu tanggal 29 kemarin jam 08.57, awalnya kontrol tower kasih info kalau ada pergerakan burung-burung. Trus jam 08.59, pesawat langsung bilang "mayday mayday mayday, bird strike, go around." Buat yang belum tahu, "mayday" itu kode super darurat. Kalau cuma "pan pan pan," itu artinya masih manageable, tapi kalau udah "mayday," levelnya udah life-threatening banget.
Si pilot ini ngasih mayday karena kemungkinan besar kedua mesin pesawat mati. Yep, bukan cuma satu, tapi dua mesin langsung KO. Udah gitu, kalau mesin mati, landing gear (roda pendaratan) itu gak bisa keluar otomatis. Ada cara manual, tapi ribet dan butuh waktu sekitar dua menit. Masalahnya, di tengah chaos kayak gitu, pilot harus multitasking. Pilot fokus kendali, kopilot harus ngawasin situasi.
Kenapa Gak Landing di Air?
Gue tau pasti banyak yang mikir, "Lah, kenapa gak landing di laut aja?" Ternyata, kemungkinan selamat landing di air itu cuma 20%, bro. Sedangkan kalau belly landing (mendarat tanpa roda) di runway, peluang selamatnya bisa sampai 90%. Jadi, daripada gambling di laut, mereka pilih yang lebih safe.
Kenapa Landing di Tengah Runway?
Next question, "Kenapa gak landing dari ujung runway aja?" Jawabannya, posisi pesawat udah terlalu rendah. Kalau maksa muter lebih jauh buat start dari ujung, ada risiko jatuh sebelum sempat landing. Pilot akhirnya ambil keputusan terbaik: langsung turunin pesawat di mana pun yang memungkinkan, meskipun posisinya di tengah runway.
Pilot’s Final Moments
Yang bikin nyesek adalah ternyata pas landing, si pilot ini udah narik lever buat rem sampai detik terakhir. Dia mungkin udah yakin banget, "Oke, gue berhasil landing, tinggal sliding aja nih." Tapi masalahnya ada beton di bawah localizer (alat navigasi di runway). Beton ini tuh semacam "jebakan Batman," karena tersembunyi di bawah tanah. Si pilot gak tau itu ada di sana. Di banyak negara lain, localizer gak dikasih beton di bawahnya, tapi di Korea, beberapa bandara masih pakai desain kayak gini.
What Went Wrong?
Yang bikin kesel lagi, bandara di Korea ternyata belum punya fasilitas EMAS (Engineered Materials Arrestor System). Ini semacam area pengereman darurat yang bisa ngurangin kecepatan pesawat kalau terjadi kecelakaan. Masalahnya, sistem ini mahal dan cuma sekali pakai, jadi gak semua bandara masang. Tapi ya, serius deh, apa ada yang lebih mahal dari nyawa manusia?
Final Thought
Denger cerita ini, gue jadi makin respect sama pilotnya. Dia literally ngasih usaha terbaik buat nyelamatin semua penumpang. Sayangnya, ada hal-hal yang di luar kontrol dia—kayak desain bandara dan kurangnya fasilitas keamanan. Kalau aja gak ada beton di situ, kejadian ini bisa jadi kisah heroik di akhir tahun: seorang pilot yang berhasil nyelamatin 181 nyawa. Tapi yang ada malah tragedi.
Jadi guys, jangan sampai ada yang nyalahin si pilot, ya. Menurut pilot-pilot lain, dia udah ngelakuin yang terbaik dalam kondisi yang super sulit. Kesalahan sebenarnya ada di sistem, regulasi, dan desain bandara yang gak sesuai standar.
Oke, segitu dulu sharing gue. Kalau ada update lagi soal kasus ini, bakal gue share lagi. Stay safe dan jangan lupa saling support. See ya!
Crash Recap
Kejadiannya itu tanggal 29 kemarin jam 08.57, awalnya kontrol tower kasih info kalau ada pergerakan burung-burung. Trus jam 08.59, pesawat langsung bilang "mayday mayday mayday, bird strike, go around." Buat yang belum tahu, "mayday" itu kode super darurat. Kalau cuma "pan pan pan," itu artinya masih manageable, tapi kalau udah "mayday," levelnya udah life-threatening banget.
Si pilot ini ngasih mayday karena kemungkinan besar kedua mesin pesawat mati. Yep, bukan cuma satu, tapi dua mesin langsung KO. Udah gitu, kalau mesin mati, landing gear (roda pendaratan) itu gak bisa keluar otomatis. Ada cara manual, tapi ribet dan butuh waktu sekitar dua menit. Masalahnya, di tengah chaos kayak gitu, pilot harus multitasking. Pilot fokus kendali, kopilot harus ngawasin situasi.
Kenapa Gak Landing di Air?
Gue tau pasti banyak yang mikir, "Lah, kenapa gak landing di laut aja?" Ternyata, kemungkinan selamat landing di air itu cuma 20%, bro. Sedangkan kalau belly landing (mendarat tanpa roda) di runway, peluang selamatnya bisa sampai 90%. Jadi, daripada gambling di laut, mereka pilih yang lebih safe.
Kenapa Landing di Tengah Runway?
Next question, "Kenapa gak landing dari ujung runway aja?" Jawabannya, posisi pesawat udah terlalu rendah. Kalau maksa muter lebih jauh buat start dari ujung, ada risiko jatuh sebelum sempat landing. Pilot akhirnya ambil keputusan terbaik: langsung turunin pesawat di mana pun yang memungkinkan, meskipun posisinya di tengah runway.
Pilot’s Final Moments
Yang bikin nyesek adalah ternyata pas landing, si pilot ini udah narik lever buat rem sampai detik terakhir. Dia mungkin udah yakin banget, "Oke, gue berhasil landing, tinggal sliding aja nih." Tapi masalahnya ada beton di bawah localizer (alat navigasi di runway). Beton ini tuh semacam "jebakan Batman," karena tersembunyi di bawah tanah. Si pilot gak tau itu ada di sana. Di banyak negara lain, localizer gak dikasih beton di bawahnya, tapi di Korea, beberapa bandara masih pakai desain kayak gini.
What Went Wrong?
Yang bikin kesel lagi, bandara di Korea ternyata belum punya fasilitas EMAS (Engineered Materials Arrestor System). Ini semacam area pengereman darurat yang bisa ngurangin kecepatan pesawat kalau terjadi kecelakaan. Masalahnya, sistem ini mahal dan cuma sekali pakai, jadi gak semua bandara masang. Tapi ya, serius deh, apa ada yang lebih mahal dari nyawa manusia?
Final Thought
Denger cerita ini, gue jadi makin respect sama pilotnya. Dia literally ngasih usaha terbaik buat nyelamatin semua penumpang. Sayangnya, ada hal-hal yang di luar kontrol dia—kayak desain bandara dan kurangnya fasilitas keamanan. Kalau aja gak ada beton di situ, kejadian ini bisa jadi kisah heroik di akhir tahun: seorang pilot yang berhasil nyelamatin 181 nyawa. Tapi yang ada malah tragedi.
Jadi guys, jangan sampai ada yang nyalahin si pilot, ya. Menurut pilot-pilot lain, dia udah ngelakuin yang terbaik dalam kondisi yang super sulit. Kesalahan sebenarnya ada di sistem, regulasi, dan desain bandara yang gak sesuai standar.
Oke, segitu dulu sharing gue. Kalau ada update lagi soal kasus ini, bakal gue share lagi. Stay safe dan jangan lupa saling support. See ya!
0
213
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan