- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Berat! Ini 3 Biang Kerok yang Bikin Dolar Sentuh Rp16.300


TS
bunga.leonor
Berat! Ini 3 Biang Kerok yang Bikin Dolar Sentuh Rp16.300
Berat! Ini 3 Biang Kerok yang Bikin Dolar Sentuh Rp16.300
Khoirul Anam, CNBC Indonesia
29 December 2024 15:40
FILE PHOTO - The logo of Indonesia's central bank, Bank Indonesia, is seen on a window in the bank's lobby in Jakarta, Indonesia September 22, 2016. REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menghadapi tren pelemahan jelang tutup tahun. Mata uang Garuda ini kembali menembus level Rp16.300/US$ beberapa waktu lalu. Bank Indonesia (BI) memandang situasi yang dihadapi rupiah ini tidak ringan.
"Beberapa bulan terakhir ini hampir semua mata uang, khususnya emerging market mengalami tantangan yang tidak ringan," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto saat berbincang dengan CNBC Indonesia, dikutip Minggu (29/12/2024)
Tantangan tersebut berasal dari global. Ada peningkatan ketidakpastian dikarenakan divergensi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS tampak menguat, ditandai dengan data tenaga kerja dan inflasi.
Baca:
Pergerakan Rupiah Sepanjang 2024, Bak Roller Coaster
"Sehingga statement dari FED adalah hawkish cut. Artinya di FMC terjadi cut tetapi perkiraan di 2025, yg semula diperkirakan 4 kali penurunan, hanya ada 2 kali penurunan. Ini yang mempengaruhi pasar," jelasnya.
Masalah kedua adalah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Meski belum resmi bekerja, Trump sudah mengungkapkan rencananya untuk menaikkan tarif impor terhadap beberapa negara sehingga akan berpengaruh terhadap kondisi fiskal AS.
"Ketiga tentu perkembangan geopolitik. Kami melihat apa yang terjadi di Suriah, Prancis, Korsel. Itu mempengaruhi perkembangan mata uang dunia," terang Edi.
Di samping itu, faktor domestik juga memberikan sedikit pengaruh. Antara lain keluarnya aliran modal asing dari pasar saham, baik repatriasi dividen hingga pembayaran kewajiban utang valas.
Baca:
Ke Arab Saudi Makin Mahal, Jemaah Wajib Rogoh Kocek Lebih Dalam
Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah kembali tumbang pada penutupan perdagangan akhir pekan ini Jumat (27/12/2024) setelah libur natal 2 hari kemarin.
27/12/2024
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan pekan ini (27/12/2024) rupiah melemah hingga 0,28% ke level Rp16,230/US$.
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menghadapi tren pelemahan jelang tutup tahun. Mata uang Garuda ini kembali menembus level Rp16.300/US$ beberapa waktu lalu. Bank Indonesia (BI) memandang situasi yang dihadapi rupiah ini tidak ringan.
"Beberapa bulan terakhir ini hampir semua mata uang, khususnya emerging market mengalami tantangan yang tidak ringan," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto saat berbincang dengan CNBC Indonesia, dikutip Minggu (29/12/2024)
Tantangan tersebut berasal dari global. Ada peningkatan ketidakpastian dikarenakan divergensi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS tampak menguat, ditandai dengan data tenaga kerja dan inflasi.
Baca:
Pergerakan Rupiah Sepanjang 2024, Bak Roller Coaster
"Sehingga statement dari FED adalah hawkish cut. Artinya di FMC terjadi cut tetapi perkiraan di 2025, yg semula diperkirakan 4 kali penurunan, hanya ada 2 kali penurunan. Ini yang mempengaruhi pasar," jelasnya.
Masalah kedua adalah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Meski belum resmi bekerja, Trump sudah mengungkapkan rencananya untuk menaikkan tarif impor terhadap beberapa negara sehingga akan berpengaruh terhadap kondisi fiskal AS.
"Ketiga tentu perkembangan geopolitik. Kami melihat apa yang terjadi di Suriah, Prancis, Korsel. Itu mempengaruhi perkembangan mata uang dunia," terang Edi.
Di samping itu, faktor domestik juga memberikan sedikit pengaruh. Antara lain keluarnya aliran modal asing dari pasar saham, baik repatriasi dividen hingga pembayaran kewajiban utang valas.
Baca:
Ke Arab Saudi Makin Mahal, Jemaah Wajib Rogoh Kocek Lebih Dalam
Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah kembali tumbang pada penutupan perdagangan akhir pekan ini Jumat (27/12/2024) setelah libur natal 2 hari kemarin.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan pekan ini (27/12/2024) rupiah melemah hingga 0,28% ke level Rp16,230/US$.
Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.180/US$ dan terjauh di posisi Rp16,255/US$. Selama sepekan ini, nilai tukar rupiah masih alami pelemahan sebesar 0,25%.
(tfa/haa)
Khoirul Anam, CNBC Indonesia
29 December 2024 15:40
FILE PHOTO - The logo of Indonesia's central bank, Bank Indonesia, is seen on a window in the bank's lobby in Jakarta, Indonesia September 22, 2016. REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menghadapi tren pelemahan jelang tutup tahun. Mata uang Garuda ini kembali menembus level Rp16.300/US$ beberapa waktu lalu. Bank Indonesia (BI) memandang situasi yang dihadapi rupiah ini tidak ringan.
"Beberapa bulan terakhir ini hampir semua mata uang, khususnya emerging market mengalami tantangan yang tidak ringan," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto saat berbincang dengan CNBC Indonesia, dikutip Minggu (29/12/2024)
Tantangan tersebut berasal dari global. Ada peningkatan ketidakpastian dikarenakan divergensi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS tampak menguat, ditandai dengan data tenaga kerja dan inflasi.
Baca:
Pergerakan Rupiah Sepanjang 2024, Bak Roller Coaster
"Sehingga statement dari FED adalah hawkish cut. Artinya di FMC terjadi cut tetapi perkiraan di 2025, yg semula diperkirakan 4 kali penurunan, hanya ada 2 kali penurunan. Ini yang mempengaruhi pasar," jelasnya.
Masalah kedua adalah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Meski belum resmi bekerja, Trump sudah mengungkapkan rencananya untuk menaikkan tarif impor terhadap beberapa negara sehingga akan berpengaruh terhadap kondisi fiskal AS.
"Ketiga tentu perkembangan geopolitik. Kami melihat apa yang terjadi di Suriah, Prancis, Korsel. Itu mempengaruhi perkembangan mata uang dunia," terang Edi.
Di samping itu, faktor domestik juga memberikan sedikit pengaruh. Antara lain keluarnya aliran modal asing dari pasar saham, baik repatriasi dividen hingga pembayaran kewajiban utang valas.
Baca:
Ke Arab Saudi Makin Mahal, Jemaah Wajib Rogoh Kocek Lebih Dalam
Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah kembali tumbang pada penutupan perdagangan akhir pekan ini Jumat (27/12/2024) setelah libur natal 2 hari kemarin.
27/12/2024
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan pekan ini (27/12/2024) rupiah melemah hingga 0,28% ke level Rp16,230/US$.
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menghadapi tren pelemahan jelang tutup tahun. Mata uang Garuda ini kembali menembus level Rp16.300/US$ beberapa waktu lalu. Bank Indonesia (BI) memandang situasi yang dihadapi rupiah ini tidak ringan.
"Beberapa bulan terakhir ini hampir semua mata uang, khususnya emerging market mengalami tantangan yang tidak ringan," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto saat berbincang dengan CNBC Indonesia, dikutip Minggu (29/12/2024)
Tantangan tersebut berasal dari global. Ada peningkatan ketidakpastian dikarenakan divergensi ekonomi di Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS tampak menguat, ditandai dengan data tenaga kerja dan inflasi.
Baca:
Pergerakan Rupiah Sepanjang 2024, Bak Roller Coaster
"Sehingga statement dari FED adalah hawkish cut. Artinya di FMC terjadi cut tetapi perkiraan di 2025, yg semula diperkirakan 4 kali penurunan, hanya ada 2 kali penurunan. Ini yang mempengaruhi pasar," jelasnya.
Masalah kedua adalah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Meski belum resmi bekerja, Trump sudah mengungkapkan rencananya untuk menaikkan tarif impor terhadap beberapa negara sehingga akan berpengaruh terhadap kondisi fiskal AS.
"Ketiga tentu perkembangan geopolitik. Kami melihat apa yang terjadi di Suriah, Prancis, Korsel. Itu mempengaruhi perkembangan mata uang dunia," terang Edi.
Di samping itu, faktor domestik juga memberikan sedikit pengaruh. Antara lain keluarnya aliran modal asing dari pasar saham, baik repatriasi dividen hingga pembayaran kewajiban utang valas.
Baca:
Ke Arab Saudi Makin Mahal, Jemaah Wajib Rogoh Kocek Lebih Dalam
Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah kembali tumbang pada penutupan perdagangan akhir pekan ini Jumat (27/12/2024) setelah libur natal 2 hari kemarin.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan pekan ini (27/12/2024) rupiah melemah hingga 0,28% ke level Rp16,230/US$.
Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.180/US$ dan terjauh di posisi Rp16,255/US$. Selama sepekan ini, nilai tukar rupiah masih alami pelemahan sebesar 0,25%.
(tfa/haa)






kakekane.cell dan 2 lainnya memberi reputasi
3
590
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan