- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
Fenomena Romantisme Profesi Abdi Negara di Indonesia


TS
ramdhyahmad0433
Fenomena Romantisme Profesi Abdi Negara di Indonesia
Kalau kita ngomongin soal profesi yang dianggap "prestisius" di Indonesia, jadi abdi negara kayaknya selalu ada di top of mind banyak orang, ya. Profesi ini sering banget diromantisasi sebagai standar kesuksesan. Mulai dari kepastian hidup, kebanggaan tersendiri, sampai tuntutan orang tua, semuanya jadi alasan kenapa banyak orang ngejar profesi ini.
Kenapa Banyak yang Pilih Jadi Abdi Negara?
Kalau dilihat dari sisi kepastian, profesi abdi negara tuh emang menggoda banget. Gaji tetap, tunjangan yang jelas, bahkan ada dana pensiun. Ini yang bikin orang tua sering nyuruh anak-anaknya jadi PNS, polisi, atau tentara. Apalagi kalau orang tuanya juga abdi negara, biasanya ada dorongan kuat biar anaknya "ikut jejak".
Tapi, kalau kita lihat realitanya, proses buat masuk ke profesi ini tuh nggak main-main. Contoh aja, pendaftaran CPNS tiap tahun selalu rame. Tahun 2024 kemarin, jumlah pendaftarnya tembus 3,9 juta orang, sedangkan kuotanya cuma sekitar 250 ribu. Bayangin, persaingannya segila apa.
Karena ketatnya persaingan, nggak sedikit yang coba "jalan pintas". Ada yang jual aset, ada juga yang main suap. Tapi, gue harus tekankan, ya, ini cuma ulah oknum. Masih banyak kok yang daftar dengan cara jujur.
Romantisme Profesi Abdi Negara
Nah, ini yang mau gue highlight. Di balik benefit yang didapat, muncul fenomena romantisme profesi abdi negara yang menurut gue agak berlebihan. Profesi ini sering banget dianggap sebagai satu-satunya "puncak kesuksesan". Akhirnya, profesi lain sering dipandang sebelah mata. Padahal, tiap profesi punya tantangan dan kontribusinya masing-masing.
Contoh simpelnya, banyak banget konten di media sosial yang glorifikasi profesi abdi negara. Misalnya, ada yang bilang militer Indonesia paling kuat, atau profesi ini punya derajat yang nggak tertandingi. Narasi-narasi kayak gini bikin orang lupa kalau kekuatan negara nggak cuma dari militernya doang, tapi juga dari pendidikan, ekonomi, dan teknologi.
Eksklusivitas dan Kebanggaan Berlebihan
Gue juga sering lihat fenomena orang yang bangga duluan pas mau daftar jadi abdi negara. Bahkan, sebelum diterima aja, udah ada kebanggaan tersendiri karena merasa profesi ini bikin mereka terlihat lebih "eksklusif".
Sama aja kayak yang romantisasi profesi pebisnis atau "bos muda". Baru mulai bisnis aja, udah merasa lebih superior dari yang lain. Padahal, hasilnya belum tentu sesuai ekspektasi.
Budaya Orang Tua yang Memengaruhi
Kalau ngomongin budaya, orang tua zaman dulu sering banget dorong anaknya jadi abdi negara. Kenapa? Karena zaman mereka, profesi ini dianggap sebagai yang paling stabil dan punya "derajat tinggi". Budaya ini kebawa sampai sekarang, meskipun udah banyak profesi baru yang nggak kalah keren, kayak content creator, digital marketer, atau freelancer.
Risiko Romantisme
Romantisme profesi ini nggak cuma bikin orang terjebak glorifikasi, tapi juga jadi membabi buta buat mengejar status. Bahkan, ada yang rela bayar mahal ke oknum demi lolos seleksi. Padahal, kalau dari awal masuknya aja udah pakai cara curang, gimana mau jadi abdi negara yang benar-benar profesional?
Kesimpulan
Gue nggak bilang profesi abdi negara itu buruk. Justru gue respect banget sama orang-orang yang tulus mengabdi buat negara. Tapi, ketika kita terlalu meromantisasi sesuatu, kita kehilangan objektivitas. Semua profesi itu normatifnya sama, nggak ada yang lebih hebat atau lebih rendah.
Jadi, buat lo yang lagi ngejar profesi ini atau profesi apapun, coba fokus dulu ke tujuan dan kontribusi apa yang mau lo kasih. Jangan sampai kebanggaan lo terhadap profesi justru jadi beban buat diri sendiri.
Gimana menurut lo? Coba share pendapat lo di kolom komen.


tiokyapcing memberi reputasi
1
186
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan