- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Staf UIN Makassar Meninggal, Diduga Syok Terkait Kasus Uang Palsu


TS
viperlove
Staf UIN Makassar Meninggal, Diduga Syok Terkait Kasus Uang Palsu

Sebuah kasus besar mengguncang Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar setelah seorang staf kampus berinisial M meninggal dunia secara mendadak. M diduga mengalami syok setelah namanya disebut-sebut terlibat dalam jaringan peredaran uang palsu yang sedang diusut polisi.
M, yang baru muncul dalam proses penyelidikan, meninggal sebelum sempat menjalani pemeriksaan oleh pihak berwajib. Informasi ini semakin menambah ketegangan di lingkungan kampus, mengingat sebelumnya Kepala Perpustakaan UIN Alauddin, Andi Ibrahim (AI), dan seorang staf lain, Mubin Nasir, telah lebih dulu ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka.
Menurut sumber terpercaya, M diduga memiliki peran penting dalam distribusi uang palsu kepada tersangka lain, Sukmawati.
Sukmawati, yang merupakan seorang guru PNS, diketahui menggunakan uang palsu tersebut untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Namun, hingga kini pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi yang menguatkan dugaan keterlibatan M. “Kami mendengar informasi soal dugaan keterlibatan M dari lingkungan kampus, tetapi tidak ada bukti awal yang menguatkan hal tersebut,” ujar Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Bahtiar, pada Sabtu (21/12/2024).
Sindikat besar uang palsu Kasus ini bermula dari laporan masyarakat kepada Polsek Pallangga terkait peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Laporan tersebut segera ditindaklanjuti oleh tim Satreskrim Polres Gowa, yang dipimpin oleh AKP Bahtiar. Penyelidikan awal mengarahkan polisi kepada AI, yang terungkap memiliki keterlibatan dalam jaringan pencetakan uang palsu. Sebanyak 17 tersangka telah ditangkap dari lokasi berbeda, termasuk di Gowa, Makassar, Wajo, dan Mamuju, Sulawesi Barat.
Polisi juga berhasil membongkar lokasi produksi uang palsu yang tidak biasa: gedung Perpustakaan UIN Alauddin Makassar. Di lokasi ini, ditemukan sebuah mesin pencetak uang palsu seberat dua ton yang disembunyikan di salah satu ruangan. Menurut Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, mesin pencetak uang palsu yang digunakan dalam kasus ini didatangkan langsung dari China melalui Surabaya. Mesin tersebut, yang bernilai sekitar Rp600 juta, awalnya digunakan di rumah seorang pengusaha berinisial ASS di Jl Sunu, Makassar. Namun, kebutuhan produksi yang lebih besar memaksa pemindahan alat tersebut ke perpustakaan UIN Alauddin. “Mesin ini dipindahkan ke kampus karena mereka membutuhkan alat yang lebih besar untuk mencetak uang dalam jumlah banyak,” ujar Yudhiawan dalam konferensi pers di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024). Selain AI dan ASS, Sukmawati juga disebut memiliki peran penting dalam jaringan ini.
Sukmawati bertindak sebagai pengedar utama yang memanfaatkan uang palsu untuk transaksi sehari-hari. Polisi saat ini juga masih mengejar tiga tersangka lain yang telah masuk daftar pencarian orang (DPO). Pengungkapan kasus ini tidak hanya mencoreng nama baik UIN Alauddin Makassar, tetapi juga menimbulkan keresahan di kalangan civitas akademika.
Pihak kampus belum memberikan pernyataan resmi terkait keterlibatan staf mereka dalam jaringan kriminal ini. Beberapa mahasiswa menyatakan rasa kecewa dan khawatir terhadap dampak kasus ini pada reputasi kampus.
“Kami berharap kasus ini dapat diusut tuntas agar nama baik kampus tidak terus tercoreng,” ujar salah seorang mahasiswa yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu Kapolda Sulawesi Selatan menegaskan bahwa penyelidikan kasus ini akan dilakukan hingga tuntas. “Kami tidak akan berhenti sampai semua pihak yang terlibat, termasuk DPO, berhasil ditangkap,” kata Yudhiawan. Polisi juga mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menerima uang dan melaporkan jika menemukan uang palsu.
Sumur


kakekane.cell memberi reputasi
1
507
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan