- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
2025 Prihatin Dulu, Ini Tips Praktis Jalankan Frugal Living


TS
jaguarxj220
2025 Prihatin Dulu, Ini Tips Praktis Jalankan Frugal Living
Bloomberg Technoz, Jakarta - Pergantian tahun tinggal hitungan hari. Sedikit berbeda dengan tahun-tahun baru sebelumnya, bagi mayoritas masyarakat Indonesia, penyambutan tahun baru 2025 mungkin akan terasa lebih muram menyusul ada begitu banyak kebijakan penyelenggara negara yang potensial menekan kondisi keuangan rumah tangga.
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang diterapkan pada hampir semua jenis barang dan jasa, bukan hanya barang mewah sebagaimana klaim pemerintah RI sebelumnya, bisa menggerogoti kekuatan konsumsi masyarakat.
Walau kebijakan itu dibarengi dengan sejumlah kebijakan pengimbang tekanan konsumsi, akan tetapi 'masa diskon' dibatasi waktunya, multiplier effect kenaikan PPN jadi 12% dinilai akan lebih signifikan mengerosi kekuatan konsumsi masyarakat.
Lebih lagi, makin banyak kabar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Data terbaru yang dilansir oleh Kementerian Tenaga Kerja RI hari ini, sepanjang tahun 2024 hingga akhir November, terdapat 67.870 orang pekerja kehilangan pekerjaan mereka.
Situasi yang muram itu membutuhkan adaptasi dalam pengelolaan keuangan pribadi agar kondisi kocek bisa dipertahankan stabilitasnya. Menjalankan frugal living, hidup hemat, pada akhirnya bukan sekadar pilihan melainkan keterpaksaan terutama bila keran pendapatan stagnan.
Berikut ini beberapa jurus pengelolaan keuangan pribadi dan rumah tangga yang bisa diterapkan mengantisipasi tahun 2025 yang cenderung muram dan makin ketat, seperti disarikan oleh Certified Financial Planner dari Divisi Riset Bloomberg Technoz:
Susun Ulang Prioritas
Supaya pendapatan yang stagnan bisa mengimbangi lonjakan harga barang dan jasa akibat kenaikan tarif pajak atau berbagai pungutan baru lainnya, penting bagi Anda menyusun ulang prioritas pengeluaran.
Pengeluaran pribadi bisa dibagi menjadi beberapa kategori. Pertama, pengeluaran wajib atau mandatory spending. Ini merupakan jenis pengeluaran yang harus dilakukan karena Anda sudah terikat kewajiban.
Misalnya, cicilan KPR atau kredit lain, pembayaran uang kontrak/sewa rumah, uang sekolah anak, premi asuransi kesehatan atau iuran BPJS Kesehatan dan lain sebagainya.
Kedua, pengeluaran primer yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Mulai dari belanja dapur makanan dan minuman, biaya utilities (listrik, air, gas, air minum, internet, pulsa telpon).
Ketiga, pengeluaran future spending untuk mengantisipasi kebutuhan di masa depan. Misalnya, kebutuhan dana sekolah anak, dana pensiun, dan lain-lain.
Keempat, pengeluaran gaya hidup yaitu seperti biaya hiburan mulai dari langganan streaming film, musik, biaya rekreasi, liburan sampai menonton konser.
Mengacu pada hirarki kebutuhan di atas, mulailah membuat prioritas lebih ketat. Mandatory spending dan pengeluaran primer butuh didahulukan.
Wise Spending
Meski prioritas pengeluaran sudah dipertajam, Anda bisa lebih memperinci lagi masing-masing item pengeluaran agar bujet bisa optimal.
Menghemat konsumsi listrik, internet, masih bisa dilakukan dengan menurunkan gaya hidup. Sementara pengeluaran belanja dapur juga bisa lebih efisien dengan beralih ke barang/jasa lebih murah misalnya.
Mempersering memasak makanan atau membuat camilan sendiri di rumah juga bisa membantu Anda lebih hemat.
Kurangi 'Latte Factor'
Ada banyak pengeluaran kecil yang sering tidak disadari menjadi sumber 'bocor alus' anggaran yang disiapkan.
Misalnya, daripada membeli air minum dalam kemasan setiap kali pergi keluar rumah, biasakan membawa tumbler.
Begitu juga bagi penggemar kopi kekinian, bisa memulai membuat kopi sendiri di rumah dan membawanya dalam tumbler.
Biasakan juga membawa bekal makan siang sendiri ketimbang membeli ketika di luar rumah. Selain lebih sehat, Anda bisa terhindar dari pengeluaran lebih mahal gara-gara pajak yang naik.
Manfaatkan Diskon dan Rewards
Hindari membeli barang/jasa di harga penuh. Optimalkan diskon dan reward points. Saat ini ada banyak aplikasi belanja supermarket yang memberikan diskon dan reward points untuk setiap pembelanjaan. Poin belanja bisa digunakan untuk mengurangi nilai belanja.
Poin hadiah juga bisa didapatkan dari transaksi utilities seperti pembayaran internet atau telpon pascabayar. Poin hadiah itu seringkali bisa ditukarkan dengan langganan streaming film atau musik.
Tunda Pengeluaran Besar
Dalam situasi yang masih tidak pasti ke depan dengan potensi peningkatan pengeluaran, sebaiknya spending bernilai besar ditunda lebih dulu.
Misalnya, renovasi rumah, pembelian furniture baru, ganti mobil baru dan lain-lain.
Terkecuali barang tersebut adalah modal kerja yang sangat mempengaruhi tingkat produktivitas, maka sebenarnya itu termasuk kebutuhan yang tidak terlalu penting.
Perbesar Porsi Dana Darurat
Ketidakpastian ke depan membutuhkan safety net yang perlu disiapkan. Jaring pengaman itu bisa dalam bentuk dana darurat.
Dana darurat berperan menjadi 'sekoci' ketika terjadi guncangan penghasilan yang mengancam konsumsi semakin jauh.
Bila dalam situasi ekonomi normal, alokasi untuk darurat mungkin cukup disisihkan dari 10-20% pendapatan, maka atas nama frugal living alokasinya bisa mulai Anda tingkatkan hingga 30%.
Side Hustle
Berhemat dan berakrobat dengan anggaran pribadi memiliki batas. Tidak semua hal bisa dihemat. Gaya hidup pun seringkali sulit untuk diturunkan begitu saja.
Jalan satu-satunya yang bisa ditempuh agar pembengkakan pengeluaran tetap bisa tertutupi tanpa mengorbankan gaya hidup terlalu banyak adalah menambah penghasilan.
Para pekerja di Indonesia sudah biasa memiliki pekerjaan lebih dari satu karena gaji yang dimiliki sering kurang mampu menutup kebutuhan hidup dan gaya hidup.
Saat ini sudah cukup banyak kesempatan bekerja jarak jauh alias remote working. Seperti menjadi Virtual Assistant, Affiliate Marketer, Social Media Strategist, hingga konsultan lepas.
Jangan hanya terpaku dengan lapangan kerja dalam negeri. Lowongan kerja dari luar negeri cukup banyak melalui platform seperti Upwork, MarketHire, dan lain sebagainya.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...frugal-living/
Ingat.. Hemat pangkal Kaya

Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang diterapkan pada hampir semua jenis barang dan jasa, bukan hanya barang mewah sebagaimana klaim pemerintah RI sebelumnya, bisa menggerogoti kekuatan konsumsi masyarakat.
Walau kebijakan itu dibarengi dengan sejumlah kebijakan pengimbang tekanan konsumsi, akan tetapi 'masa diskon' dibatasi waktunya, multiplier effect kenaikan PPN jadi 12% dinilai akan lebih signifikan mengerosi kekuatan konsumsi masyarakat.
Lebih lagi, makin banyak kabar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Data terbaru yang dilansir oleh Kementerian Tenaga Kerja RI hari ini, sepanjang tahun 2024 hingga akhir November, terdapat 67.870 orang pekerja kehilangan pekerjaan mereka.
Situasi yang muram itu membutuhkan adaptasi dalam pengelolaan keuangan pribadi agar kondisi kocek bisa dipertahankan stabilitasnya. Menjalankan frugal living, hidup hemat, pada akhirnya bukan sekadar pilihan melainkan keterpaksaan terutama bila keran pendapatan stagnan.
Berikut ini beberapa jurus pengelolaan keuangan pribadi dan rumah tangga yang bisa diterapkan mengantisipasi tahun 2025 yang cenderung muram dan makin ketat, seperti disarikan oleh Certified Financial Planner dari Divisi Riset Bloomberg Technoz:
Susun Ulang Prioritas
Supaya pendapatan yang stagnan bisa mengimbangi lonjakan harga barang dan jasa akibat kenaikan tarif pajak atau berbagai pungutan baru lainnya, penting bagi Anda menyusun ulang prioritas pengeluaran.
Pengeluaran pribadi bisa dibagi menjadi beberapa kategori. Pertama, pengeluaran wajib atau mandatory spending. Ini merupakan jenis pengeluaran yang harus dilakukan karena Anda sudah terikat kewajiban.
Misalnya, cicilan KPR atau kredit lain, pembayaran uang kontrak/sewa rumah, uang sekolah anak, premi asuransi kesehatan atau iuran BPJS Kesehatan dan lain sebagainya.
Kedua, pengeluaran primer yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Mulai dari belanja dapur makanan dan minuman, biaya utilities (listrik, air, gas, air minum, internet, pulsa telpon).
Ketiga, pengeluaran future spending untuk mengantisipasi kebutuhan di masa depan. Misalnya, kebutuhan dana sekolah anak, dana pensiun, dan lain-lain.
Keempat, pengeluaran gaya hidup yaitu seperti biaya hiburan mulai dari langganan streaming film, musik, biaya rekreasi, liburan sampai menonton konser.
Mengacu pada hirarki kebutuhan di atas, mulailah membuat prioritas lebih ketat. Mandatory spending dan pengeluaran primer butuh didahulukan.
Wise Spending
Meski prioritas pengeluaran sudah dipertajam, Anda bisa lebih memperinci lagi masing-masing item pengeluaran agar bujet bisa optimal.
Menghemat konsumsi listrik, internet, masih bisa dilakukan dengan menurunkan gaya hidup. Sementara pengeluaran belanja dapur juga bisa lebih efisien dengan beralih ke barang/jasa lebih murah misalnya.
Mempersering memasak makanan atau membuat camilan sendiri di rumah juga bisa membantu Anda lebih hemat.
Kurangi 'Latte Factor'
Ada banyak pengeluaran kecil yang sering tidak disadari menjadi sumber 'bocor alus' anggaran yang disiapkan.
Misalnya, daripada membeli air minum dalam kemasan setiap kali pergi keluar rumah, biasakan membawa tumbler.
Begitu juga bagi penggemar kopi kekinian, bisa memulai membuat kopi sendiri di rumah dan membawanya dalam tumbler.
Biasakan juga membawa bekal makan siang sendiri ketimbang membeli ketika di luar rumah. Selain lebih sehat, Anda bisa terhindar dari pengeluaran lebih mahal gara-gara pajak yang naik.
Manfaatkan Diskon dan Rewards
Hindari membeli barang/jasa di harga penuh. Optimalkan diskon dan reward points. Saat ini ada banyak aplikasi belanja supermarket yang memberikan diskon dan reward points untuk setiap pembelanjaan. Poin belanja bisa digunakan untuk mengurangi nilai belanja.
Poin hadiah juga bisa didapatkan dari transaksi utilities seperti pembayaran internet atau telpon pascabayar. Poin hadiah itu seringkali bisa ditukarkan dengan langganan streaming film atau musik.
Tunda Pengeluaran Besar
Dalam situasi yang masih tidak pasti ke depan dengan potensi peningkatan pengeluaran, sebaiknya spending bernilai besar ditunda lebih dulu.
Misalnya, renovasi rumah, pembelian furniture baru, ganti mobil baru dan lain-lain.
Terkecuali barang tersebut adalah modal kerja yang sangat mempengaruhi tingkat produktivitas, maka sebenarnya itu termasuk kebutuhan yang tidak terlalu penting.
Perbesar Porsi Dana Darurat
Ketidakpastian ke depan membutuhkan safety net yang perlu disiapkan. Jaring pengaman itu bisa dalam bentuk dana darurat.
Dana darurat berperan menjadi 'sekoci' ketika terjadi guncangan penghasilan yang mengancam konsumsi semakin jauh.
Bila dalam situasi ekonomi normal, alokasi untuk darurat mungkin cukup disisihkan dari 10-20% pendapatan, maka atas nama frugal living alokasinya bisa mulai Anda tingkatkan hingga 30%.
Side Hustle
Berhemat dan berakrobat dengan anggaran pribadi memiliki batas. Tidak semua hal bisa dihemat. Gaya hidup pun seringkali sulit untuk diturunkan begitu saja.
Jalan satu-satunya yang bisa ditempuh agar pembengkakan pengeluaran tetap bisa tertutupi tanpa mengorbankan gaya hidup terlalu banyak adalah menambah penghasilan.
Para pekerja di Indonesia sudah biasa memiliki pekerjaan lebih dari satu karena gaji yang dimiliki sering kurang mampu menutup kebutuhan hidup dan gaya hidup.
Saat ini sudah cukup banyak kesempatan bekerja jarak jauh alias remote working. Seperti menjadi Virtual Assistant, Affiliate Marketer, Social Media Strategist, hingga konsultan lepas.
Jangan hanya terpaku dengan lapangan kerja dalam negeri. Lowongan kerja dari luar negeri cukup banyak melalui platform seperti Upwork, MarketHire, dan lain sebagainya.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...frugal-living/
Ingat.. Hemat pangkal Kaya








rizkync108 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
491
26


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan