- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Uskup Jayapura Minta Militer di Oksop Ditarik dan Warga Mengungsi ke Hutan Kembali


TS
mabdulkarim
Uskup Jayapura Minta Militer di Oksop Ditarik dan Warga Mengungsi ke Hutan Kembali
Uskup Jayapura Minta Aparat Militer di Oksop Ditarik dan Warga yang Mengungsi ke Hutan Kembali

Kompas.com - 20/12/2024, 15:16 WIB Roberthus Yewen, Andi Hartik Tim Redaksi Lihat Foto Nampak warga Distrik Oksob, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, saat mengungsi ke hutan, Senin (9/12/2024).(DOKUMENTASI Gereja Injili di Indonesia) JAYAPURA, KOMPAS.com - Uskup Keuskupan Jayapura Monsinyur (Mgr) Yanuarius You mengeluarkan seruan terkait darurat pengungsian yang terjadi di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.
Uskup meminta warga yang mengungsi ke hutan atau ke distrik lain untuk kembali. Selain itu, Uskup Mgr Yan meminta aparat keamanan menarik pasukannya. Mgr Yan menjelaskan, sejak 11 Desember 2024, Keuskupan Jayapura mendapatkan informasi awal mengenai gelombang pengungsi dari lima kampung yang ada di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang.
"Kami telah telah membentuk tim investigasi independen dari Keuskupan Jayapura, Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Fransiskan Papua, serta Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Gereja Injili di Indonesia (GIDI)," katanya dalam seruan yang diterima Kompas.com, Jumat (20/12/2024).
Menurut Yan, tim yang dibentuk ini telah menemukan beberapa data yang bertentangan dengan pernyataan Kepala Kepolisian Resor (Polres) Pegunungan Bintang AKBP Anto Seven, bahwa para pengungsi telah kembali ke rumah masing-masing dan situasi di Oksop aman dan kondusi serta tidak ada operasi militer yang sedang berlangsung.
"Sejak awal Desember 2024, ratusan warga sipil di Distrik Oksop telah mengungsi ke hutan dan distrik lain akibat pengerahan personel militer ke kampung-kampung mereka," tuturnya.
Menurut data yang kami himpun, jumlah pengungsi diperkirakan mencapai 401 jiwa, dengan rincian, anak-anak 30 orang berusia 2 bulan hingga 12 tahun, perempuan, ibu hamil, lansia, dan pemuda, sekitar 115 orang pengungsi di luar tenda. Yan menyampaikan, atas nama umat dan masyarakat Oksop, meminta agar militer yang saat ini menguasai wilayah mereka ditarik mundur.
"Mereka (masyarakat) merasa kehadiran militer justru menimbulkan rasa takut dan ketidakamanan, sehingga menghambat mereka untuk kembali ke kampung halaman," ungkapnya.
"Umat (masyarakat) di Oksop ingin menjalani kehidupan normal terutama menjelang perayaan Natal yang adalah hari besar umat Kristen (Katolik dan GIDI) di wilayah tersebut," lanjutnya.
Dia menyatakan, pernyataan dari masyarakat Oksop dan data yang dihimpun pihaknya menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan klaim pihak kepolisian.
"Ketakutan masyarakat terhadap kehadiran militer, serta jumlah pengungsi yang signifikan, mengindikasikan adanya situasi darurat kemanusiaan yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak," ujar Uskup pertama orang asli Papua ini.
Kompas.com telah berupaya menghubungi Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan untuk meminta klarifikasi terkait imbauan Uskup Jayapura. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada respons.
https://regional.kompas.com/read/202...an-warga-yang.
Serangan Udara Brutal di Kroptak: Ribuan Rumah Hancur Warga Mengungsi Massal
/photo/2024/12/20/11331371.jpg)
Rakyat Papua - 20 Des 2024, 13:20 WIB Penulis: Tim Rakyat Papua 01 Editor: Amin Momiage Warga pengungsi /Dok. Suaralapagonews /
RAKYAT PAPUA - Warga Distrik Kroptak Meminta kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto Panglima TNI Agus Subianto, DPD RI dan DPR RI, Serta PJ.Bupati Nduga Bapak Elai Giban, Dandim 1706 Letkol Inf Saeri dan Kapolres Nduga, segera tarik anggota TNI Non Organik yang saat ini beroperasi di distrik Kroptak kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan
Kronologis
Sebelum terjadi penyerangan di distrik kroptak Panglima kunjungi ibu kota kenyam Kabupaten Nduga pada 5 Desember 2024. Peristiwa penyerangan dan pembakaran rumah milik warga sipil distrik Kroptak oleh TNI pada tgl 07 Desember 2024 (pukul 05:00 subuh).
Penyerangan dari atas udara menggunakan 5 helikopter setelah kunjungan panglima pada 5 desember 2024. Pada Tanggal 07 desember 2024
TNI telah melakukan operasi penyisiran dan sekalian pembakaran 13 rumah milik warga, TNI juga merusak alat beberapa fasilitas Warga dan bunuh ternak milik warga.
TNI masuk di distrik kroptak melalui dua arah jalan yaitu; Dari lapangan terbang Lendumu menuju kampung Miniem, kampung Gol, dan kampung Golparek TNI melakukan membakar rumah warga mulai dari kampung Miniem 5 unit rumah, kampung Gol 3 unit rumah dan kampung Golparek 5 unit rumah.
Dari lapangan terbang lendumu menuju ke kampung pesat, kampung kroptak, kampung Komoroam TNI melakukan operasi serta sita barang milik warga sipil, menembak dan melempar bom rumah warga.
Tni melakulan kejahatan serta merusak beberapa fasilitas membongkar rumah warga, curi daun seng warga dan papan rumah guru, gereja kroptak di bom dan rumah warga dihancurkan serta buang alat dapur.
Lanjut warga, sejak tgl 07 Desember 2024 sampai hari jumat 20 Desember 2024 tidak ada korban jiwa. Namun rumah harta dan dan segala fasilitas dibom dan dibakar dan dihancurkan luar biasa melalui operasi militer ini.
Warga distrik kroptak, sampai saat ini tentara Non Organik masih menguasai wilayah distrik kroptak 2 Gereja dan 6 kampung, warga ditekan diintimidasi dibom sehingga kami minta semua pihak tolong melihat dan selamatkan kami
Lanjut warga, sampai saat ini belum ada orang yang datang melihat kami warga distrik kroptak sedang mengungsi keluar ke arah Wamena dan kenyam.
Berikut data pengungsi:
Balita 65 orang
Ibu hamil 8 orang
Pasien berat 5 orang Lansia
15 orang
33 kepala keluarga
Semuanya sekitar 2000an jiwa mengungsi
Sementara nasib para pengungsi di distrik kroptak saat ini belum ada penanganan serius dari pemerintah nduga dan pihak-pihak kemanusiaan secara netral serius untuk turun kelapangan dalam menangani para korban pengungsi.
Para pengungsi distrik kroptak membangun pondok dan rumah gubuk di hutan-hutan pengungsian dengan tenda dan daunan demi bertahan hidup dihutan tengah angin dan nyamuk. Sementara nasib pengungsi yang sakit, anak-anak balita dan lansia tidak mendapatkan obat-obatan ketika sakit.
Data pos militer di distrik kroptak, Tni dan anggota gabungan menempati rumah kepala kampung pesat. Rumah kepala kampung Pesat kroptak dijadikan pos anggota gabungan. Lanjut pos lain ujung lapangan lendumu dan Pos ujung putaran pesawat lendumu Nduga, 20 Desember 2024
https://papua.pikiran-rakyat.com/tan...-massal?page=2
Sejumlah organisasi mahasiswa di Jayapura galang bantuan untuk pengungsi Oksop

Syam Terrajana
Last updated: December 20, 2024 8:28 pm
Penulis: Silpester Kasipka
Editor: Syam Terrajana
Share
4 Min Read
Mahasiswa
Para aktivis mahasiswa peduli Oksop lakukan aksi penggalangan di lampu merah Abe, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua pada Kamis (19/12/2024).-Jubi/Silpester Kasipka
SHARE
Jayapura, Jubi – Sejumlah organisasi mahasiswa melakukan penggalangan bantuan selama 3 hari untuk warga distrik Oksop Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan yang masih mengungsi di hutan akibat konflik bersenjata antara militer Indonesia dan Tentara Pembebasan Papua Barat atau TPNPB yang berlangsung sejak 8 Desember hingga kini.
Aksi penggalangan dipusatkan di tiga titik lokasi antara lain, lampu merah Abepura, lampu merah Waena dan lampu merah Brimob Kota Raja, yang berlangsung selama tiga hari, yaitu sejak Rabu hingga Jumat, 18-20 Desember 2024.
Organisasi mahasiswa yang terlibat penggalangan antara lain Ikatan Mahasiswa Pelajar Pegunungan Bintang atau Imppetang, BEM USTJ, BEM Fakultas Hukum Uncen, IMPJ Jayawijaya, P3B dan para aktivis mahasiswa
Hal itu dikatakan Binius Kakyarmabin, koordinator tim peduli pengungsi warga Oksop di Jayapura pada Kamis (19/12/2024).
Katanya, Imppetang juga telah membuka posko umum di asrama mahasiswa Pegunungan Bintang Jl.Buper Waena,Distrik Heram, Kota Jayapura.
“Walaupun pemerintah daerah membuka akses ke Oksop, tapi setelah kami konfirmasi ke masyarakat yang berada di distrik Oksop, bahwa TNI-Polri masih berada di Mimin dan di Kampung Alutbakon, sehingga masyarakat masih trauma dan mengungsi di hutan untuk menyelamatkan diri,” katanya.
Katanya, aktivitas posko dan penggalangan bantuan bisa terlaksana, atas izin pemerintah Kota Jayapura melalui Dinas Sosial.
Dalam aksi penggalangan itu, pihaknya tidak hanya menerima tidak bantuan berupa uang saja. Tetapi dalam bentuk pakaian, sembako, berbagai perlengkapan mandi dan kebutuhan dapur.
Rencananya, bantuan yang terkumpul akan distribusikan pada awal Januari 2025. Untuk itu, Ia meminta Pemerintah yang ada di 6 provinsi di Papua juga pihak swasta atau yayasan kemanusiaan yang ingin membantu, bisa berkoordinasi. Ini mengingat pendistribusian hanya bisa dilakukan melalui pesawat udara. Butuh biaya sangat besar.
“Para senior, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, legislatif dan juga birokrasi bisa membantu kami dalam pendistribusian nantinya,” katanya.
Sementara itu, Laban Ap Heluka, Ketua BEM Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih mengatakan, menyangkut konflik bersenjata di distrik Oksop menyebabkan lima kampung dan jemaat di dua gereja setempat, mengungsi ke hutan sejak 8 Desember hingga sekarang.
“Data riil kami belum terima, tapi kami dengar hari ini ada 401 penduduk yang mengungsi ke Kota Oksibil. Sementara yang lainnya semua masih di hutan, kami mendengar juga dalam pengungsian itu ada 3 anak (bayi) yang lahir di sana,” katanya.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat ikut mendukung. Membantu donasi. Karena menurutnya warga Oksop adalah bagian dari masyarakat Papua dan warga negara republik Indonesia yang wajib dilindungi hak-haknya.
Pihaknya juga berharap pemerintah pusat maupun daerah, terutama Pemda Kabupaten Pegunungan Bintang serta Pemda Provinsi Papua Pegunungan, segera negosiasi dengan pihak TNI, agar pasukan militer ditarik dari distrik Oksop. Supaya masyarakat Oksop bisa kembali ke rumah mereka untuk merayakan Natal.
“Hari ini umat Kristiani yang ada di Tanah Papua maupun di seluruh dunia sedang merayakan hari Natal, tetapi kami mendapatkan duka cita bukan sukacita karena mama-mama kami, ade-ade kami, dan orang tua kami di Oksop menderita kelaparan di hutan,” . (*)
https://jubi.id/polhukam/2024/sejuml...ngungsi-oksop/
KEBIADABAN TNI DI DAERAH PEDALAMAN PAPUA !!!
MASYARAKAT DITEROR TNI MENURUT INFORMASI GEREJA
PADAHAL TNI HARUSNYA PREVENTIF SAJA MENGHADAPI KKB UNTUK MENCEGAH MASALAH INI TERJADI TERUS

Kompas.com - 20/12/2024, 15:16 WIB Roberthus Yewen, Andi Hartik Tim Redaksi Lihat Foto Nampak warga Distrik Oksob, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, saat mengungsi ke hutan, Senin (9/12/2024).(DOKUMENTASI Gereja Injili di Indonesia) JAYAPURA, KOMPAS.com - Uskup Keuskupan Jayapura Monsinyur (Mgr) Yanuarius You mengeluarkan seruan terkait darurat pengungsian yang terjadi di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.
Uskup meminta warga yang mengungsi ke hutan atau ke distrik lain untuk kembali. Selain itu, Uskup Mgr Yan meminta aparat keamanan menarik pasukannya. Mgr Yan menjelaskan, sejak 11 Desember 2024, Keuskupan Jayapura mendapatkan informasi awal mengenai gelombang pengungsi dari lima kampung yang ada di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang.
"Kami telah telah membentuk tim investigasi independen dari Keuskupan Jayapura, Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Fransiskan Papua, serta Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Gereja Injili di Indonesia (GIDI)," katanya dalam seruan yang diterima Kompas.com, Jumat (20/12/2024).
Menurut Yan, tim yang dibentuk ini telah menemukan beberapa data yang bertentangan dengan pernyataan Kepala Kepolisian Resor (Polres) Pegunungan Bintang AKBP Anto Seven, bahwa para pengungsi telah kembali ke rumah masing-masing dan situasi di Oksop aman dan kondusi serta tidak ada operasi militer yang sedang berlangsung.
"Sejak awal Desember 2024, ratusan warga sipil di Distrik Oksop telah mengungsi ke hutan dan distrik lain akibat pengerahan personel militer ke kampung-kampung mereka," tuturnya.
Menurut data yang kami himpun, jumlah pengungsi diperkirakan mencapai 401 jiwa, dengan rincian, anak-anak 30 orang berusia 2 bulan hingga 12 tahun, perempuan, ibu hamil, lansia, dan pemuda, sekitar 115 orang pengungsi di luar tenda. Yan menyampaikan, atas nama umat dan masyarakat Oksop, meminta agar militer yang saat ini menguasai wilayah mereka ditarik mundur.
"Mereka (masyarakat) merasa kehadiran militer justru menimbulkan rasa takut dan ketidakamanan, sehingga menghambat mereka untuk kembali ke kampung halaman," ungkapnya.
"Umat (masyarakat) di Oksop ingin menjalani kehidupan normal terutama menjelang perayaan Natal yang adalah hari besar umat Kristen (Katolik dan GIDI) di wilayah tersebut," lanjutnya.
Dia menyatakan, pernyataan dari masyarakat Oksop dan data yang dihimpun pihaknya menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan klaim pihak kepolisian.
"Ketakutan masyarakat terhadap kehadiran militer, serta jumlah pengungsi yang signifikan, mengindikasikan adanya situasi darurat kemanusiaan yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak," ujar Uskup pertama orang asli Papua ini.
Kompas.com telah berupaya menghubungi Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan untuk meminta klarifikasi terkait imbauan Uskup Jayapura. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada respons.
https://regional.kompas.com/read/202...an-warga-yang.
Serangan Udara Brutal di Kroptak: Ribuan Rumah Hancur Warga Mengungsi Massal
/photo/2024/12/20/11331371.jpg)
Rakyat Papua - 20 Des 2024, 13:20 WIB Penulis: Tim Rakyat Papua 01 Editor: Amin Momiage Warga pengungsi /Dok. Suaralapagonews /
RAKYAT PAPUA - Warga Distrik Kroptak Meminta kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto Panglima TNI Agus Subianto, DPD RI dan DPR RI, Serta PJ.Bupati Nduga Bapak Elai Giban, Dandim 1706 Letkol Inf Saeri dan Kapolres Nduga, segera tarik anggota TNI Non Organik yang saat ini beroperasi di distrik Kroptak kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan
Kronologis
Sebelum terjadi penyerangan di distrik kroptak Panglima kunjungi ibu kota kenyam Kabupaten Nduga pada 5 Desember 2024. Peristiwa penyerangan dan pembakaran rumah milik warga sipil distrik Kroptak oleh TNI pada tgl 07 Desember 2024 (pukul 05:00 subuh).
Penyerangan dari atas udara menggunakan 5 helikopter setelah kunjungan panglima pada 5 desember 2024. Pada Tanggal 07 desember 2024
TNI telah melakukan operasi penyisiran dan sekalian pembakaran 13 rumah milik warga, TNI juga merusak alat beberapa fasilitas Warga dan bunuh ternak milik warga.
TNI masuk di distrik kroptak melalui dua arah jalan yaitu; Dari lapangan terbang Lendumu menuju kampung Miniem, kampung Gol, dan kampung Golparek TNI melakukan membakar rumah warga mulai dari kampung Miniem 5 unit rumah, kampung Gol 3 unit rumah dan kampung Golparek 5 unit rumah.
Dari lapangan terbang lendumu menuju ke kampung pesat, kampung kroptak, kampung Komoroam TNI melakukan operasi serta sita barang milik warga sipil, menembak dan melempar bom rumah warga.
Tni melakulan kejahatan serta merusak beberapa fasilitas membongkar rumah warga, curi daun seng warga dan papan rumah guru, gereja kroptak di bom dan rumah warga dihancurkan serta buang alat dapur.
Lanjut warga, sejak tgl 07 Desember 2024 sampai hari jumat 20 Desember 2024 tidak ada korban jiwa. Namun rumah harta dan dan segala fasilitas dibom dan dibakar dan dihancurkan luar biasa melalui operasi militer ini.
Warga distrik kroptak, sampai saat ini tentara Non Organik masih menguasai wilayah distrik kroptak 2 Gereja dan 6 kampung, warga ditekan diintimidasi dibom sehingga kami minta semua pihak tolong melihat dan selamatkan kami
Lanjut warga, sampai saat ini belum ada orang yang datang melihat kami warga distrik kroptak sedang mengungsi keluar ke arah Wamena dan kenyam.
Berikut data pengungsi:
Balita 65 orang
Ibu hamil 8 orang
Pasien berat 5 orang Lansia
15 orang
33 kepala keluarga
Semuanya sekitar 2000an jiwa mengungsi
Sementara nasib para pengungsi di distrik kroptak saat ini belum ada penanganan serius dari pemerintah nduga dan pihak-pihak kemanusiaan secara netral serius untuk turun kelapangan dalam menangani para korban pengungsi.
Para pengungsi distrik kroptak membangun pondok dan rumah gubuk di hutan-hutan pengungsian dengan tenda dan daunan demi bertahan hidup dihutan tengah angin dan nyamuk. Sementara nasib pengungsi yang sakit, anak-anak balita dan lansia tidak mendapatkan obat-obatan ketika sakit.
Data pos militer di distrik kroptak, Tni dan anggota gabungan menempati rumah kepala kampung pesat. Rumah kepala kampung Pesat kroptak dijadikan pos anggota gabungan. Lanjut pos lain ujung lapangan lendumu dan Pos ujung putaran pesawat lendumu Nduga, 20 Desember 2024
https://papua.pikiran-rakyat.com/tan...-massal?page=2
Sejumlah organisasi mahasiswa di Jayapura galang bantuan untuk pengungsi Oksop

Syam Terrajana
Last updated: December 20, 2024 8:28 pm
Penulis: Silpester Kasipka
Editor: Syam Terrajana
Share
4 Min Read
Mahasiswa
Para aktivis mahasiswa peduli Oksop lakukan aksi penggalangan di lampu merah Abe, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua pada Kamis (19/12/2024).-Jubi/Silpester Kasipka
SHARE
Jayapura, Jubi – Sejumlah organisasi mahasiswa melakukan penggalangan bantuan selama 3 hari untuk warga distrik Oksop Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan yang masih mengungsi di hutan akibat konflik bersenjata antara militer Indonesia dan Tentara Pembebasan Papua Barat atau TPNPB yang berlangsung sejak 8 Desember hingga kini.
Aksi penggalangan dipusatkan di tiga titik lokasi antara lain, lampu merah Abepura, lampu merah Waena dan lampu merah Brimob Kota Raja, yang berlangsung selama tiga hari, yaitu sejak Rabu hingga Jumat, 18-20 Desember 2024.
Organisasi mahasiswa yang terlibat penggalangan antara lain Ikatan Mahasiswa Pelajar Pegunungan Bintang atau Imppetang, BEM USTJ, BEM Fakultas Hukum Uncen, IMPJ Jayawijaya, P3B dan para aktivis mahasiswa
Hal itu dikatakan Binius Kakyarmabin, koordinator tim peduli pengungsi warga Oksop di Jayapura pada Kamis (19/12/2024).
Katanya, Imppetang juga telah membuka posko umum di asrama mahasiswa Pegunungan Bintang Jl.Buper Waena,Distrik Heram, Kota Jayapura.
“Walaupun pemerintah daerah membuka akses ke Oksop, tapi setelah kami konfirmasi ke masyarakat yang berada di distrik Oksop, bahwa TNI-Polri masih berada di Mimin dan di Kampung Alutbakon, sehingga masyarakat masih trauma dan mengungsi di hutan untuk menyelamatkan diri,” katanya.
Katanya, aktivitas posko dan penggalangan bantuan bisa terlaksana, atas izin pemerintah Kota Jayapura melalui Dinas Sosial.
Dalam aksi penggalangan itu, pihaknya tidak hanya menerima tidak bantuan berupa uang saja. Tetapi dalam bentuk pakaian, sembako, berbagai perlengkapan mandi dan kebutuhan dapur.
Rencananya, bantuan yang terkumpul akan distribusikan pada awal Januari 2025. Untuk itu, Ia meminta Pemerintah yang ada di 6 provinsi di Papua juga pihak swasta atau yayasan kemanusiaan yang ingin membantu, bisa berkoordinasi. Ini mengingat pendistribusian hanya bisa dilakukan melalui pesawat udara. Butuh biaya sangat besar.
“Para senior, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, legislatif dan juga birokrasi bisa membantu kami dalam pendistribusian nantinya,” katanya.
Sementara itu, Laban Ap Heluka, Ketua BEM Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih mengatakan, menyangkut konflik bersenjata di distrik Oksop menyebabkan lima kampung dan jemaat di dua gereja setempat, mengungsi ke hutan sejak 8 Desember hingga sekarang.
“Data riil kami belum terima, tapi kami dengar hari ini ada 401 penduduk yang mengungsi ke Kota Oksibil. Sementara yang lainnya semua masih di hutan, kami mendengar juga dalam pengungsian itu ada 3 anak (bayi) yang lahir di sana,” katanya.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat ikut mendukung. Membantu donasi. Karena menurutnya warga Oksop adalah bagian dari masyarakat Papua dan warga negara republik Indonesia yang wajib dilindungi hak-haknya.
Pihaknya juga berharap pemerintah pusat maupun daerah, terutama Pemda Kabupaten Pegunungan Bintang serta Pemda Provinsi Papua Pegunungan, segera negosiasi dengan pihak TNI, agar pasukan militer ditarik dari distrik Oksop. Supaya masyarakat Oksop bisa kembali ke rumah mereka untuk merayakan Natal.
“Hari ini umat Kristiani yang ada di Tanah Papua maupun di seluruh dunia sedang merayakan hari Natal, tetapi kami mendapatkan duka cita bukan sukacita karena mama-mama kami, ade-ade kami, dan orang tua kami di Oksop menderita kelaparan di hutan,” . (*)
https://jubi.id/polhukam/2024/sejuml...ngungsi-oksop/
KEBIADABAN TNI DI DAERAH PEDALAMAN PAPUA !!!
MASYARAKAT DITEROR TNI MENURUT INFORMASI GEREJA
PADAHAL TNI HARUSNYA PREVENTIF SAJA MENGHADAPI KKB UNTUK MENCEGAH MASALAH INI TERJADI TERUS
0
105
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan