- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Alarm Menyala, Analis Sebut Defisit APBN Lampaui Batas


TS
jaguarxj220
Alarm Menyala, Analis Sebut Defisit APBN Lampaui Batas
Bloomberg Technoz, Jakarta - Laporan kondisi terkini keuangan negara menjadi alarm peringatan terbaru bagi para investor yang mungkin akan memicu tekanan jual lebih besar di pasar surat utang di masa mendatang.
Analis menilai, masa bulan madu pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah berakhir. Pemerintah sebaiknya bertindak lebih taktis agar pembengkakan defisit tak sampai memicu masalah baru yang bisa berdampak fatal bagi pasar, seperti misalnya penurunan peringkat investasi.
Menurut perhitungan Mega Capital Sekuritas, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam 12 bulan terakhir [TTM] telah mencapai -3,1% dari Produk Domestik Bruto pada November lalu. Angka itu telah melanggar batas legal sebesar -3% yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 17/2023 tentang Keuangan Negara.
Sementara itu, penggunaan Saldo Anggaran Lebih berada pada jalur menuju Rp150 triliun.
"Bulan madu telah berakhir bagi Pemerintahan Prabowo. Menurut kami, penurunan peringkat [investasi] adalah sebuah kemungkinan yang nyata saat ini. Pemerintah harus bertindak tegas sebelum terlambat," kata Macro and Fixed Income Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi dalam catatannya, Kamis sore.
Risiko terdekat bila kondisi defisit fiskal terus berlanjut melampaui batas legal, adalah penurunan peringkat investasi. Bila peringkat investasi Indonesia turun, hal itu dapat memantik penjualan aset-aset pasar domestik terutama surat utang, hingga tingkat imbal hasil obligasi negara bisa naik tinggi.
Saat ini, Indonesia mengantongi peringkat BBB, satu tingkat di atas investment grade dengan outlook stabil dari lembaga pemeringkat global Standar & Poor (S&P). Sementara dari Moody's, Sovereign Credit Rating Indonesia ditetapkan di peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade juga dengan outlook stabil.
Adapun dari Fitch Ratings telah menetapkan Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Lokal Issuer Default Rating (IDR) Indonesia Investment Authority (INA) 'BBB'. Juga, Peringkat Jangka Pendek Mata Uang Asing IDR 'F2'. Fitch Ratings Indonesia juga telah menetapkan Peringkat Nasional Jangka Panjang 'AAA(idn)' dan Peringkat Nasional Jangka Pendek 'F1+(idn)'. Prospek peringkat jangka panjang adalah Stabil.
Peringkat Nasional 'AAA(idn)' menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan oleh lembaga tersebut dalam skala Peringkat Nasionalnya untuk Indonesia. Peringkat terseut diberikan kepada penerbit atau obligasi dengan ekspektasi risiko gagal bayar terendah dibandingkan dengan semua penerbit atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.
Defisit Bengkak
Dalam laporan kinerja keuangan negara kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, posisi APBN per November 2024 mencatat defisit, meski keseimbangan primer masih surplus.
APBN hingga akhir bulan lalu mencatat defisit sebesar Rp401,8 triliun atau 76,8% dari porsi total yang ditetapkan sepanjang tahun ini sebesar Rp522,8 triliun. Nilai defisit itu juga lebih besar dibanding Oktober yang sebesar Rp309,2 triliun, setara dengan 1,37% terhadap PDB.
"Kalau dihitung dari size-nya, angka ini [defisit per November] tercatat -1,81% terhadap PDB," kata Sri Mulyani dalamKonferensi Pers APBN 2024, Rabu (11/12/2024).
Adapun posisi keseimbangan primer tercatat surplus Rp47,1 triliun. "Ini sesuatu yang tetap akan kita jaga, meskipun berat karena banyak tekanan belanja cukup besar, sementara pendapatan baru mau mulai pulih kembali," tutur Sri Mulyani.
Pembengkakan defisit anggaran negara pada November tak lain karena laju belanja yang jauh melampaui laju pendapatan. Sampai November lalu, pendapatan negara mencapai Rp2.492,7 triliun, setara 89% dari target APBN 2024. Secara tahunan, nilai pendapatan negara itu hanya naik 1,3%.
Pada saat yang sama, belanja negara mencapai Rp2.894,5 triliun. Angka itu setara dengan 87% dari pagu APBN 2024. Menghitung pertumbuhan, laju belanja negara sampai November tercatat naik 15,3% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kondisi defisit yang mencemaskan bisa makin membebani pasar surat utang. Beberapa waktu terakhir, yield SUN terus meningkat terutama karena sentimen bearish yang melanda pasar surat utang global. Pada Kamis sore, pergerakan yield juga meningkat di hampir semua tenor.
Yield 2Y misalnya, kini sudah di 6,97%. Sementara tenor lebih panjang yaitu 10Y kini ada di 6,98%, nyaris tak berjarak dengan tenor pendek.
Selama November lalu, pemodal asing telah melepas kepemilikan di SUN sekitar Rp13,07 triliun. Itu menjadi kali pertama posisi net sell asing di SBN setelah enam bulan beruntun mencetak net buy.
Sedangkan di pasar saham, investor asing juga telah melepas sekitar Rp16,81 triliun. Adapun dari instrumen bank sentral yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), asing net sell sebanyak Rp18,47 triliun, lalu dari Sekuritas Valas (SVBI) serta Sukuk Valas (SUVBI) nilai penjualan investor nonresiden mencapai Rp7,45 triliun.
Alhasil, selama November lalu, total nilai arus keluar modal asing mencapai Rp55,8 triliun. Sepanjang bulan lalu, rupiah tergerus sekitar 0,94% dengan pergerakan rata-rata di kisaran Rp15.807/US$. Rupiah sempat menyentuh level terlemah bulan lalu di posisi Rp15.930/US$.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...-lampaui-batas
Makan siang gratis belum mulai, duitnya udah abis.
Dari Program Makan Siang Gratis bakal jadi Makan Siang bawa sendiri-sendiri..

Analis menilai, masa bulan madu pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah berakhir. Pemerintah sebaiknya bertindak lebih taktis agar pembengkakan defisit tak sampai memicu masalah baru yang bisa berdampak fatal bagi pasar, seperti misalnya penurunan peringkat investasi.
Menurut perhitungan Mega Capital Sekuritas, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam 12 bulan terakhir [TTM] telah mencapai -3,1% dari Produk Domestik Bruto pada November lalu. Angka itu telah melanggar batas legal sebesar -3% yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 17/2023 tentang Keuangan Negara.
Sementara itu, penggunaan Saldo Anggaran Lebih berada pada jalur menuju Rp150 triliun.
"Bulan madu telah berakhir bagi Pemerintahan Prabowo. Menurut kami, penurunan peringkat [investasi] adalah sebuah kemungkinan yang nyata saat ini. Pemerintah harus bertindak tegas sebelum terlambat," kata Macro and Fixed Income Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi dalam catatannya, Kamis sore.
Risiko terdekat bila kondisi defisit fiskal terus berlanjut melampaui batas legal, adalah penurunan peringkat investasi. Bila peringkat investasi Indonesia turun, hal itu dapat memantik penjualan aset-aset pasar domestik terutama surat utang, hingga tingkat imbal hasil obligasi negara bisa naik tinggi.
Saat ini, Indonesia mengantongi peringkat BBB, satu tingkat di atas investment grade dengan outlook stabil dari lembaga pemeringkat global Standar & Poor (S&P). Sementara dari Moody's, Sovereign Credit Rating Indonesia ditetapkan di peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade juga dengan outlook stabil.
Adapun dari Fitch Ratings telah menetapkan Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Lokal Issuer Default Rating (IDR) Indonesia Investment Authority (INA) 'BBB'. Juga, Peringkat Jangka Pendek Mata Uang Asing IDR 'F2'. Fitch Ratings Indonesia juga telah menetapkan Peringkat Nasional Jangka Panjang 'AAA(idn)' dan Peringkat Nasional Jangka Pendek 'F1+(idn)'. Prospek peringkat jangka panjang adalah Stabil.
Peringkat Nasional 'AAA(idn)' menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan oleh lembaga tersebut dalam skala Peringkat Nasionalnya untuk Indonesia. Peringkat terseut diberikan kepada penerbit atau obligasi dengan ekspektasi risiko gagal bayar terendah dibandingkan dengan semua penerbit atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.
Defisit Bengkak
Dalam laporan kinerja keuangan negara kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, posisi APBN per November 2024 mencatat defisit, meski keseimbangan primer masih surplus.
APBN hingga akhir bulan lalu mencatat defisit sebesar Rp401,8 triliun atau 76,8% dari porsi total yang ditetapkan sepanjang tahun ini sebesar Rp522,8 triliun. Nilai defisit itu juga lebih besar dibanding Oktober yang sebesar Rp309,2 triliun, setara dengan 1,37% terhadap PDB.
"Kalau dihitung dari size-nya, angka ini [defisit per November] tercatat -1,81% terhadap PDB," kata Sri Mulyani dalamKonferensi Pers APBN 2024, Rabu (11/12/2024).
Adapun posisi keseimbangan primer tercatat surplus Rp47,1 triliun. "Ini sesuatu yang tetap akan kita jaga, meskipun berat karena banyak tekanan belanja cukup besar, sementara pendapatan baru mau mulai pulih kembali," tutur Sri Mulyani.
Pembengkakan defisit anggaran negara pada November tak lain karena laju belanja yang jauh melampaui laju pendapatan. Sampai November lalu, pendapatan negara mencapai Rp2.492,7 triliun, setara 89% dari target APBN 2024. Secara tahunan, nilai pendapatan negara itu hanya naik 1,3%.
Pada saat yang sama, belanja negara mencapai Rp2.894,5 triliun. Angka itu setara dengan 87% dari pagu APBN 2024. Menghitung pertumbuhan, laju belanja negara sampai November tercatat naik 15,3% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kondisi defisit yang mencemaskan bisa makin membebani pasar surat utang. Beberapa waktu terakhir, yield SUN terus meningkat terutama karena sentimen bearish yang melanda pasar surat utang global. Pada Kamis sore, pergerakan yield juga meningkat di hampir semua tenor.
Yield 2Y misalnya, kini sudah di 6,97%. Sementara tenor lebih panjang yaitu 10Y kini ada di 6,98%, nyaris tak berjarak dengan tenor pendek.
Selama November lalu, pemodal asing telah melepas kepemilikan di SUN sekitar Rp13,07 triliun. Itu menjadi kali pertama posisi net sell asing di SBN setelah enam bulan beruntun mencetak net buy.
Sedangkan di pasar saham, investor asing juga telah melepas sekitar Rp16,81 triliun. Adapun dari instrumen bank sentral yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), asing net sell sebanyak Rp18,47 triliun, lalu dari Sekuritas Valas (SVBI) serta Sukuk Valas (SUVBI) nilai penjualan investor nonresiden mencapai Rp7,45 triliun.
Alhasil, selama November lalu, total nilai arus keluar modal asing mencapai Rp55,8 triliun. Sepanjang bulan lalu, rupiah tergerus sekitar 0,94% dengan pergerakan rata-rata di kisaran Rp15.807/US$. Rupiah sempat menyentuh level terlemah bulan lalu di posisi Rp15.930/US$.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...-lampaui-batas
Makan siang gratis belum mulai, duitnya udah abis.
Dari Program Makan Siang Gratis bakal jadi Makan Siang bawa sendiri-sendiri..







jktpanasmacet dan 6 lainnya memberi reputasi
7
728
74


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan